Rabu, 28 Desember 2011

TRIK MENGHADAPI TAHUN BARU


Sebagian besar orang memiliki kebiasaan yang dianggap sebuah tradisi dunia dalam memasuki tahun baru. Diberbagai belahan dunia ada yang merayakannya dengan pesta pora, seperti menayangkan di televisi acara kaleidoskop yang mengulas peristiwa-peristiwa yang terjadi satu tahun yang akan ditinggalkan. Dukun dan paranormal banyak diminta hadir berbicara distasiun TV untuk memprediksi ramalan jodoh, rizki, musibah, atau peruntungannya di tahun depan. Para desainer pakaian, penata rambut, atau produsen kosmetik juga udah siap me-launching produk-produk terbarunya untuk dipopulerkan di tahun "Baru" mendatang.

Ada juga yang punya tradisi berburu kalender baru yang gratisan (jangan tesinggung ya?). Di mana saja dan kapan saja, panca inderanya tidak lepas dari pantauan sinyal-sinyal yang menunjukkan keberadaan kalender gratisan. Bahkan, yang biasanya tidak suka suatu produk terpaksa belikanya karena, dibela-belain supaya dapet kalender gratis. Itu sudah lumrah disekitar kita..

Sudah harga mati bila moment istimewa ini tidak boleh lewat tanpa dirayakan dengan heebooooh..! Bagi remaja, terasa hambar bila malam tahun baru tidak ikut acara arak-arakan di jalan raya. Baik dengan jalan kaki atau menggunakan kendaraan bermotor sambil bakar petasan, bakar jagung, bakar ikan dan kembang api, niup terompet, metik gitar, serta nabuh gendang
sebagai simbol kegembiraan menyambut tahun baru.

Hampir seluruh stasiun televisi jauh-jauh hari udah wanti-wanti bakal ngegelar acara spesial dalam rangka menyambut tahun baru. Musik, dance, kuis, games, semuanya digelar hingga larut? malam. Puncak kemeriahan terjadi pada saat perhitungan mundur menjelang detik-detik proklamasi, eh pergantian tahun sebelum jarum jam menunjukkan pukul 00.00 (tahun baru) Lima… empat… tiga… dua… satu… toooeet!!!
suara teromper menggema diseantero tempat pesta diadakan, dan itu ada kita yang sedang menikmatinya..

Hingga dalam gelapnya malam tanpa dikomando, penonton di studio maupun pemirsa di rumah serempak meniup terompet. Di jalan raya, raungan keras dari knalpot dan teriakan klakson kendaraan bermotor memecah kesunyian malam. Nyala kembang api dalam berbagai warna menerangi gelapnya langit dan makin menambah kemeriahan dan semaraknya suasana. Kemudian berlanjut dengan pemberian ucapan selamat tahun baru, sun pipi kiri-kanan dan tukar-menukar kado dalam iringan musik yang hingar-bingar.

IBROH
Di tengah gencarnya ajakan dari sana-sini untuk merayakan tahun baru, kita justru seharusnya prihatin dan bersedih. kenapa...? karena banyak di antara kita, khususnya remaja muslim, yang tidak mengerti bahwa perayaan tahun baru merupakan bagian dari hari suci umat Kristen.

Bagi umat kristiani yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Melihat relaita yang ada bahwa perayaan pergantian tahun merupakan tradisi yang berasal dari orang non muslim. Dengan dukungan sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyeru dan mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat kesan seolah-olah hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum, populer, trend, dan bisa diperingati oleh siapa saja. Padahal ini merupakan salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai ajaran agama Islam.

Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam dengan tegas melarang umatnya untuk meniru-niru budaya atau tradisi agama atau kepercayaan lain melalui sabdanya :
"Barangsiapa yang menyerupai (bertasyabuh) suatu kaum, maka ia termasuk salah seorang dari mereka." (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani)

Hadits
Nabi SAW  mengajarkan kita untuk menghindari syiar dan ibadah orang kafir, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu.
Meski itu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT,
karena yang demikian itu sama halnya ikut berpartisipasi menghidupkan syiar-syiar mereka.

Sebagai dasar di atas diharapkan mampu mengerEm keinginan untuk berpartisipasi dalam perayaan tahun baru atau hari-hari besar umat lain. Kecuali kalo kita sebagai umatnya nabi Muhammad SAW mau digolongkan ke dalam penganut agama selain Islam. Konsekuensinya bila Allah Subhanahu Wata'ala menggolongkan kita ke dalam golongan orang-orang kafir, itu artinya kita bakal kekal nginep selamalamya di neraka yang kekal dan abadi, ......naudzubillahi min zalik.

T
IPS Menghadapi Malam Tahun Baru

Pertama,
kita tidak perlu malu atau segan untuk menolak ajakan teman untuk hura-hura di malam tahun baru. Di hadapan tetangga boleh jadi kita dianggap sombong, nggak toleran, atau malah dikira alien alias makhluk asing karena "beda". Tapi di hadapan Allah Subhanahu Wata'ala, kita bisa termasuk golongan para penghuni surga, Amin Ya Robbal Alamiiin.
Kedua,
kita nggak ngikut tahun baruan bukan berarti kita nggak peduli dengan pergantian tahun lho. Tetep kita nyadar kalo pergantian tahun merupakan bagian dari perubahan waktu. Saking sadarnya, kita mencoba mensikapi sang waktu seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Salallahu alaihi Wasallam

Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam bersabda : "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya."
(HR. Ahmad)

Kesempatan yang Allah berikan tidak akan datang dua kali. Waktu yang telah kita lewati tidak akan bisa diputar ulang dan kita perlu sadar bahwa kita tidk akan selamanya muda. Jika usia kita panjang, mau tidak mau, waktu bakal mghantarkan kita memasuki kehidupan orang dewasa dengan segudang permasalahannya. Apa yang kita harapkan di masa depan jika sekarang kita lebih doyan hura-hura and pesta-pora dibanding memanfaatkan waktu untuk mengasah keterampilan, pola sikap, dan pola pikir kita. Bisa-bisa otak kita sampai meninggal masih orisinil karena jarang dipake buat nyari pemecahan masalah.

Suatu saat juga kita akan sampai di ujung waktu. Satu masa dalam hidup saat kita tidak akan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat. Masihkah kita memimpikan kesenangan surgawi di kala kita sibuk mengejar materi dan popularitas dengan mengorbankan aturan Ilahi.

Mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah SWT berikan dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah.
Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah SWT. Kita ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat mengkaji, memahami, meyakini semua aturan Allah SWT. Kita kuatkan pijakan kaki kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat. Kita padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan masa persidangan yaumul hisab kelak.

Akhirul ka
lam, mari kita tanam dan semayamkan dalam diri kita semangat perjuangan Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam, para shahabat, tabi'it, tabi'ut, tabi'in dan para mujahid di medan perang untuk mengembalikan izzah Islam wal Muslimin.

(DISarikan  dari
Buletin STUDIA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar