tag:blogger.com,1999:blog-63942927973586441092024-03-11T20:47:46.899+00:00KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN(Suatu Pendekatan Hidup Berdasarkan Qur'an dan Hadis)Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.comBlogger381125tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-650275398658413902015-08-30T07:57:00.004+01:002015-08-30T07:57:33.552+01:00APLIKASI CINTA DALAM PERNIKAHAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tujuan pernikahan adalah menciptakan sakinah, sakinah tercipta melalui pemanfaatan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah kepada suami, istri dan juga peranan seluruh anggota keluarga.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Perkawianan dinamai oleh al qur’an, nikah dan zawwaj, ini harus dipahami dengan benar, karena pemilihan kata-kata itu adalah pilihan yang dilakukan Allah dan tidak sah pernikahan kecuali dengan menggunakan salah satu dari dua nama kata tersebut.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nikah artinya menyatu, zawwaj artinya keberpasangan, suami dan isrti harus menyatu tapi dalam saat yang sama mereka harus sadar bahwa mereka adalah dua sosok tetapi berpasangan.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cinta bukan pemaksanaan kehendak tetapi dialog antara dua aku. Seorang yang mencintai seseorang harus mengakui bahwa siapa yang dicintainya mempunyai kepribadianya sehingga kepribadianya tidak boleh dilebur.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cinta adalah dialog dua aku, perkawianan adalah dialog dan masing-masing hendaknya mengakui kepribadian dan eksistensi dari pasangannya.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bukan cinta siapa yang mencintai dirinya, bukan juga cinta siapa yang memaksakan kehendaknya.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cinta harus diperjuangkan dan memperjuangkanya melalui potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia yaitu potensi mawaddah, sedang rahmat adalah suatu perasaan, suatu kondisi kejiwaan, yang mengantar seseorang merasa perih, melihat ketidak berdayaan pihak lain, seorang suami harus memiliki rahmat, melihat ketidak berdayaan istrinya dan merasa pedih dengan ketidak berdayaan itu, demikian juga istri harus memiliki rahmat sehingga berusaha untuk mengurangi kepedihan yang dilihatnya pada pasanganya, itu yang dinamakan mawaddah warohmah. Dan itu perlu diperjuangkan oleh masing-masing pasangan suami dan istri.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Kb_VhcX5Iv7fi6xcAIgMWoow6IaoF-mB3UVysTm_0ixyDihGwjUz-mmMEED-S_HyvrmG4dSMh05DADZXDm2XuS-JzHCqzxh1qgEZP5_rokRVlgmtupTuz8e8mVd2NvpdJuBqwG8x-xhS/s1600/11929_187021481448467_766990207_n+-+Copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="312" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Kb_VhcX5Iv7fi6xcAIgMWoow6IaoF-mB3UVysTm_0ixyDihGwjUz-mmMEED-S_HyvrmG4dSMh05DADZXDm2XuS-JzHCqzxh1qgEZP5_rokRVlgmtupTuz8e8mVd2NvpdJuBqwG8x-xhS/s320/11929_187021481448467_766990207_n+-+Copy.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nikah adalah penyatuan dan zawwaj adalah keberpasangan. Memang suami dan istri harus memiliki kesamaan-kesamaan dan harus juga memiliki perbedaan. Paling tidak persamaanya ada empat dan perbedaanya ada satu. Mereka sama-sama hidup, sama-sama dewasa, sama-sama cinta, dan sama-sama bertanggung jawab. Bedanya adalah satu laki-laki dan satu perempuan.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sama-sama hidup, hidup adalah rasa tau dan gerak dan hidup sama-sama sama-sama geraknya dan sama-sama tau.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jangan menyembunyikan sesuatu terhadap pasagan anda, jangan berrgerak berbeda dengan pasangan anda. Dan hendaknya selalu dengan perasaan yang sama.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bedanya satu lelaki dan satu perempuan. Ada perbedaan sifat-sifat lelaki denga sifat-sifat perempuan. Jangan sampai lelaki menjadi perempuan, dan jangan juga perempuan menjadi lelaki. Ada sifat-sifat terpuji bagi lelaki, dan ada pula sifat-sifat terpuji bagi perempuan. Sifat terpuji bagi lelaki adalah berani, murah tangan dan rendah hati. Sedang sifat terpuji bagi perempuan adalah hati yang tinggi sehingga tidak mudah untuk diganggu, jinaknya bagai jinak merpati, tangannya tertutup, dalam arti tidak boros, sehingga selalu memeliara harta dan penghasilan suaminya, kemudian yang terakhir sifat terpuji bagi perempuan disamping rendah hati, dan tangan tertutup adalah seorang yang tidak berani bertindak kecuali setelah berkonsultasi dengan pasanganya.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Itu perbedaaan-perbedaan yang harus dipelajari, yang harus dicamkan agar langkah terus sama kedepan, perasaan selalu seia dan sekata. Ketika itu perkawinan akan langgeng mencapai sebuah bahagia. </span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><em>Allahumma nawwir qulubana, washroh sudurona, wa anzil sakinatah alaiha. </em>Ya Allah sinarilah hati kami, lapangkanlah dada kami dan anugerahilah kami sakinah, ketenangan dalam kehidupan rumah tangga.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ya Allah hindarilah kami dari keraguan, hindarkanlah kami dari sangka buruk serta cemburu yang berlebihan.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<em><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Allahumma Robbana Habblana wadzuriyatina qurrota a’yun waj alana lil muttaqina imamma.</span></em></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<em><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Wasshollahu ala sayidina muhammad,walhamdulilahirobil alamin</span></em></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<em><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></em></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="color: #141823; font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><i>https://www.facebook.com/notes/alhallaj-riki-bsa/aplikasi-cinta-dan-nikah/10150415986781427</i></span></span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-24502713083911611172015-08-30T04:56:00.000+01:002015-08-30T04:56:50.925+01:00PERMASALAHAN BIOLOGIS DALAM ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebenarnya,
masalah hubungan antara suami-istri itu pengaruhnya amat besar bagi kehidupan
mereka. Maka hendaknya mereka memerhatikan atau menghindari hal-hal yang dapat
menyebabkan kerusakan dan kelangsungan hubungan suami-istri. Kesalahan yang
bertumpuk dapat mengakibatkan kehancuran bagi kehidupan keluarganya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Agama Islam
dengan nyata tidak mengabaikan segi-segi kehidupan manusia dan kehidupan
berkeluarga, yang telah diterangkan tentang perintah dan larangannya. Semua
telah tercantum dalam ajaran-ajaran Islam, misalnya mengenai akhlak, tabiat,
suluk, dan sebagainya. Tidak ada satu hal pun yang diabaikan (dilalaikan).</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBOwUZpFAi43JY3UtxPDZoHlxJ9ul2oOAgpXKifsVShzWrbu4EudK4A9A0hL-hhUiM8HS9Iwf1eOO_cBABjhHUbbhHWDnNDXvnfre2sgbyCkxBc9qYwDoyBqZ91X37JhglVC9TnlARY9xP/s1600/17888_472198372851451_1107709190_n+-+Copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBOwUZpFAi43JY3UtxPDZoHlxJ9ul2oOAgpXKifsVShzWrbu4EudK4A9A0hL-hhUiM8HS9Iwf1eOO_cBABjhHUbbhHWDnNDXvnfre2sgbyCkxBc9qYwDoyBqZ91X37JhglVC9TnlARY9xP/s320/17888_472198372851451_1107709190_n+-+Copy.jpg" width="320" /></a></span></span></div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Islam telah
menetapkan pengakuan bagi fitrah manusia dan dorongannya akan seksual, serta
ditentangnya tindakan ekstrim yang condong menganggap hal itu kotor. Oleh
karena itu, Islam melarang bagi orang yang hendak menghilangkan dan
memfungsikannya dengan cara menentang orang yang berkehendak untuk selamanya
menjadi bujang dan meninggalkan sunnah Nabi SAW, yaitu menikah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi SAW
telah menyatakan sebagai berikut: “Aku lebih mengenal Allah daripada kamu dan
aku lebih khusyuk, kepada Allah daripada kamu. Tetapi aku bangun malam, tidur,
berpuasa, tidak berpuasa dan menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak
senang (mengakui) sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Islam telah
menerangkan terhadap kedua pasangan setelah pernikahan, mengenai hubungannya
dan masalah-masalah seksual. Bahkan mengerjakannya dianggap suatu ibadat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagaimana
dikatakan Nabi SAW, “Di kemaluan kamu ada sedekah (pahala).” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ketika kami bersetubuh dengan istri akan
mendapat pahala?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya. Andaikata bersetubuh pada
tempat yang dilarang (diharamkan) itu berdosa. Begitu juga dilakukan pada
tempat yang halal, pasti mendapat pahala. Kamu hanya menghitung hal-hal yang
buruk saja, akan tetapi tidak menghitung hal-hal yang baik.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Berdasarkan
tabiat dan fitrah, biasanya pihak laki-laki yang lebih agresif, tidak memiliki
kesabaran dan kurang dapat menahan diri. Sebaliknya wanita itu bersikap pemalu
dan dapat menahan diri.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Karenanya
diharuskan bagi wanita menerima dan menaati
panggilan suami. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, “Jika si istri dipanggil
oleh suaminya karena perlu, maka supaya segera datang, walaupun dia sedang
masak.” (HR Tirmidzi)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi SAW
menganjurkan supaya si istri jangan sampai menolak kehendak suaminya tanpa
alasan, yang dapat menimbulkan kemarahan atau menyebabkannya menyimpang ke
jalan yang tidak baik, atau membuatnya gelisah dan tegang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi SAW
bersabda, “Jika suami mengajak tidur si istri lalu dia menolak, kemudian
suaminya marah kepadanya, maka malaikat akan melaknat dia sampai pagi.”
(Muttafaq Alaih).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Keadaan yang
demikian itu jika dilakukan tanpa uzur dan alasan yang masuk akal, misalnya
sakit, letih, berhalangan, atau hal-hal yang layak. Bagi suami, supaya menjaga
hal itu, menerima alasan tersebut, dan sadar bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi
hamba-hamba-Nya Yang Maha Pemberi Rezeki dan Hidayat, dengan menerima uzur
hambaNya. Dan hendaknya hamba-Nya juga menerima uzur tersebut.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Selanjutnya,
Islam telah melarang bagi seorang istri yang berpuasa sunnah tanpa seizin
suaminya, karena baginya lebih diutamakan untuk memelihara haknya daripada
mendapat pahala </span><a href="http://www.dakwatuna.com/topik/puasa/" title="puasa"><span style="color: blue; font-size: 12pt;">puasa</span></a><span style="font-size: 12pt;">. Nabi SAW bersabda, “Dilarang bagi
si istri (puasa sunnah) sedangkan suaminya ada, kecuali dengan izinnya.”
(Muttafaq Alaih)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Disamping
dipeliharanya hak kaum laki-laki (suami) dalam Islam, tidak lupa hak wanita
(istri) juga harus dipelihara dalam segala hal. Nabi SAW menyatakan kepada
laki-laki (suami) yang terus-menerus puasa dan bangun malam. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya bagi jasadmu ada hak dan bagi keluargamu (istrimu) ada hak.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Abu Hamid
Al-Ghazali, ahli fiqih dan tasawuf, dalam kitab Ihya’ mengenai adab bersetubuh,
berkata, “Disunnahkan memulainya dengan membaca basmalah dan berdoa,
sebagaimana diajarkan Nabi SAW, “Ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan
jauhkanlah setan dari apa yang Engkau berikan kepadaku.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Al-Ghazali
berkata, “Dalam suasana ini (akan bersetubuh) hendaknya didahului dengan
kata-kata manis, bermesra-mesraan dan sebagainya. Dan menutup diri mereka
dengan selimut, jangan telanjang menyerupai binatang. Sang suami harus
memelihara suasana dan menyesuaikan diri, sehingga kedua pasangan sama-sama
dapat menikmati dan merasa puas.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut
Ibnul Qayyim, tujuan utama dari jimak (bersetubuh) itu adalah: 1) Dipeliharanya
nasab (keturunan), sehingga mencapai jumlah yang ditetapkan menurut takdir
Allah. 2) Mengeluarkan air yang dapat mengganggu kesehatan badan jika ditahan
terus. 3) Mencapai maksud dan merasakan kenikmatan, sebagaimana kelak di
surga.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ditambah
lagi mengenai manfaatnya, yaitu menundukkan pandangan, menahan nafsu,
menguatkan jiwa dan agar tidak berbuat serong bagi kedua pasangan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi SAW
bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu melaksanakan pernikahan,
maka hendaknya menikah. Sesungguhnya hal itu menundukkan penglihatan dan
memelihara kemaluan.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian
Ibnul Qayyim berkata, “Sebaiknya sebelum bersetubuh hendaknya diajak
bersenda-gurau dan menciumnya, sebagaimana Rasulullah SAW melakukannya.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ini semua
menunjukkan bahwa para ulama dalam usaha mencari jalan baik tidak bersifat
konservatif. Bahkan tidak kalah kemajuannya daripada penemuan-penemuan atau
pendapat masa kini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang dapat
disimpulkan di sini adalah bahwa sesungguhnya Islam telah mengenal hubungan
seksual di antara kedua pasangan, suami-istri, yang telah diterangkan dalam
Alquranul Karim pada surah Al-Baqarah, yang ada hubungannya dengan peraturan
keluarga.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Firman Allah
SWT: <i>“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa, bercampur dengan
istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka. Allah mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu, Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan
makan minumlah kamu, hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu
campuri mereka itu, sedangkan kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah
larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya…”</i> (QS
Al-Baqarah: 187).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak ada
kata yang lebih indah, serta lebih benar, mengenai hubungan antara suami-istri,
kecuali yang telah disebutkan, yaitu: <i>“Mereka itu adalah pakaian bagimu,
dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” </i>(QS Al-Baqarah: 187)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada ayat
lain juga diterangkan, yaitu: <i>“Mereka bertanya kepadamu tentang haid,
katakanlah: Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu, hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu dengan cara bagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan takwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah
kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.”</i> (QS Al-Baqarah: 222-223)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Maka, semua
hadis yang menafsirkan bahwa dijauhinya yang disebut pada ayat di atas, hanya
masalah persetubuhan saja. Selain itu, apa saja yang dapat dilakukan, tidak
dilarang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada ayat di
atas disebutkan: <i>“Maka, datangilah tanah tempat bercocok tanammu dengan
cara bagaimanapun kamu kehendaki.”</i> (QS Al-Baqarah: 223)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak
ada suatu perhatian yang melebihi daripada disebutnya masalah dan undang-undang
atau peraturannya dalam Alquranul Karim secara langsung, sebagaimana </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">diterangkan di atas. </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">WALLAHU'ALAMBISHOWAB<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber:
Fatwa Qaradhawi</span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-18454427739009543762015-08-30T04:50:00.001+01:002015-08-30T04:50:21.869+01:00PANDANGAN ISLAM TENTANG PERGAULAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kesulitan
kita – sebagaimana yang sering saya kemukakan – ialah bahwa dalam memandang
berbagai persoalan agama, umumnya masyarakat berada dalam kondisi ifrath
(berlebihan) dan tafrith (mengabaikan). Jarang sekali kita temukan sikap
tawassuth (pertengahan) yang merupakan salah satu keistimewaan dan
kecemerlangan manhaj Islam dan umat Islam.</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtHq912yoJ0KL2qhZddlwrF-Jzx5Znq70l-pkfIFpvtg0POQyWqSzmgbLz-_HWxKRT_vA5o3HJXqM4dLZMt0nlon_NMUU3uiso41FF0DB9EopLxHMH78GfUPhNzRo6F5BLDErVhnTVy8Wz/s1600/IMG_20159059527881.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtHq912yoJ0KL2qhZddlwrF-Jzx5Znq70l-pkfIFpvtg0POQyWqSzmgbLz-_HWxKRT_vA5o3HJXqM4dLZMt0nlon_NMUU3uiso41FF0DB9EopLxHMH78GfUPhNzRo6F5BLDErVhnTVy8Wz/s320/IMG_20159059527881.jpeg" width="215" /></a></span></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sikap
demikian juga sama ketika mereka memandang masalah pergaulan wanita muslimah di
tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, ada dua golongan masyarakat yang
saling bertentangan dan menzhalimi kaum wanita.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pertama,
golongan yang kebarat-baratan yang menghendaki wanita muslimah mengikuti
tradisi Barat yang bebas tetapi merusak nilai-nilai agama dan menjauh dari
fitrah yang lurus serta jalan yang lempang. Mereka jauh dari Allah yang telah
mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya untuk menjelaskan dan
menyeru manusia kepada-Nya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mereka
menghendaki wanita muslimah mengikuti tata kehidupan wanita Barat “sejengkal
demi sejengkal, sehasta demi sehasta” sebagaimana yang digambarkan oleh hadits
Nabi, sehingga andaikata wanita-wanita Barat itu masuk ke lubang biawak niscaya
wanita muslimah pun mengikuti di belakangnya. Sekalipun lubang biawak tersebut
melingkar-lingkar, sempit, dan pengap, wanita muslimah itu akan tetap
merayapinya. Dari sinilah lahir “solidaritas” baru yang lebih dipopulerkan
dengan istilah “solidaritas lubang biawak.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mereka
melupakan apa yang dikeluhkan wanita Barat sekarang serta akibat buruk yang
ditimbulkan oleh pergaulan bebas itu, baik terhadap wanita maupun laki-laki,
keluarga, dan masyarakat. Mereka sumbat telinga mereka dari kritikan-kritikan
orang yang menentangnya yang datang silih berganti dari seluruh penjuru dunia,
termasuk dari Barat sendiri. Mereka tutup telinga mereka dari fatwa para ulama,
pengarang, kaum intelektual, dan para muslihin yang mengkhawatirkan kerusakan
yang ditimbulkan peradaban Barat, terutama jika semua ikatan dalam pergaulan
antara laki-laki dan perempuan benar-benar terlepas.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mereka lupa
bahwa tiap-tiap umat memiliki kepribadian sendiri yang dibentuk oleh aqidah dan
pandangannya terhadap alam semesta, kehidupan, Tuhan, nilai-nilai agama,
warisan budaya, dan tradisi. Tidak boleh suatu masyarakat melampaui tatanan
suatu masyarakat lain.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kedua,
golongan yang mengharuskan kaum wanita mengikuti tradisi dan kebudayaan lain,
yaitu tradisi Timur, bukan tradisi Barat. Walaupun dalam banyak hal mereka
telah dicelup oleh pengetahuan agama, tradisi mereka tampak lebih kokoh
daripada agamanya. Termasuk dalam hal wanita, mereka memandang rendah dan
sering berburuk sangka kepada wanita.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bagaimanapun,
pandangan-pandangan di atas bertentangan dengan pemikiran-pemikiran lain yang
mengacu pada Al-Qur’anul Karim dan petunjuk Nabi SAW serta sikap dan pandangan
para sahabat yang merupakan generasi muslim terbaik.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ingin saya
katakan di sini bahwa istilah ikhtilath (percampuran) dalam lapangan pergaulan
antara laki-laki dengan perempuan merupakan istilah asing yang dimasukkan dalam
“Kamus Islam.” Istilah ini tidak dikenal dalam peradaban kita selama
berabad-abad yang silam, dan baru dikenal pada zaman sekarang ini saja.
Tampaknya ini merupakan terjemahan dari kata asing yang punya konotasi tidak
menyenangkan terhadap perasaan umat Islam. Barangkali lebih baik bila digunakan
istilah liqa’ (perjumpaan), muqabalah (pertemuan), atau musyarakrah
(persekutuan) laki-laki dengan perempuan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tetapi
bagaimanapun juga, Islam tidak menetapkan hukum secara umum mengenai masalah
ini. Islam justru memperhatikannya dengan melihat tujuan atau kemaslahatan yang
hendak diwujudkannya, atau bahaya yang dikhawatirkannya, gambarannya, dan
syarat-syarat yang harus dipenuhinya, atau lainnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sebaik-baik
petunjuk dalam masalah ini ialah petunjuk Nabi Muhammad SAW, petunjuk
khalifah-khalifahnya yang lurus, dan sahabat-sahabatnya yang terpimpin.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Orang yang
mau memperhatikan petunjuk ini, niscaya ia akan tahu bahwa kaum wanita tidak
pernah dipenjara atau diisolasi seperti yang terjadi pada zaman kemunduran umat
Islam.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pada zaman
Rasulullah SAW, kaum wanita biasa menghadiri shalat berjamaah dan shalat
Jum’at. Beliau SAW menganjurkan wanita untuk mengambil tempat khusus di shaf
(baris) belakang sesudah shaf laki-laki. Bahkan, shaf yang paling utama bagi
wanita adalah shaf yang paling belakang. Mengapa? Karena, dengan paling
belakang, mereka lebih terpelihara dari kemungkinan melihat aurat laki-laki.
Perlu diketahui bahwa pada zaman itu kebanyakan kaum laki-laki belum mengenal
celana.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pada zaman
Rasulullah SAW (jarak tempat shalat) antara laki-laki dengan perempuan tidak
dibatasi dengan tabir sama sekali, baik yang berupa dinding, kayu, kain, maupun
lainnya. Pada mulanya kaum laki-laki dan wanita masuk ke masjid lewat pintu
mana saja yang mereka sukai, tetapi karena suatu saat mereka berdesakan, baik
ketika masuk maupun keluar, maka Nabi SAW bersabda:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Alangkah
baiknya kalau kamu jadikan pintu ini untuk wanita”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dari sinilah
mula-mula diberlakukannya pintu khusus untuk wanita, dan sampai sekarang pintu
itu terkenal dengan istilah “pintu wanita.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kaum wanita
pada zaman Nabi SAW juga biasa menghadiri shalat Jum’at, sehingga salah seorang
di antara mereka ada yang hafal surat “Qaf.” Hal ini karena seringnya mereka
mendengar dari lisan Rasulullah SAW ketika berkhutbah Jum’at.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kaum wanita
juga biasa menghadiri shalat Idain (Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha). Mereka
biasa menghadiri hari raya Islam yang besar ini bersama orang dewasa dan
anak-anak, laki-laki dan perempuan, di tanah lapang dengan bertahlil dan
bertakbir.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Imam Muslim
meriwayatkan dari Ummu Athiyah, katanya:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Kami
diperintahkan keluar (untuk menunaikan shalat dan mendengarkan khutbah) pada
dua hari raya, demikian pula wanita-wanita pingitan dan para gadis.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan menurut
satu riwayat Ummu Athiyah berkata:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Rasulullah
SAW menyuruh kami mengajak keluar kaum wanita pada hari raya Fitri dan Adha,
yaitu wanita-wanita muda, wanita-wanita yang sedang haid, dan gadis-gadis
pingitan. Adapun wanita-wanita yang sedang haid, mereka tidak mengerjakan
shalat, melainkan mendengarkan nasihat dan dakwah bagi umat Islam (khutbah, dan
sebagainya). Aku (Ummu Athiyah) bertanya, ‘Ya Rasulullah salah seorang di
antara kami tidak mempunyai jilbab.’ Beliau menjawab, ‘Hendaklah temannya
meminjamkan jilbab yang dimilikinya.'”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Ini adalah
sunnah yang telah dimatikan umat Islam di semua negara Islam, kecuali yang
belakangan digerakkan oleh pemuda-pemuda Shahwah Islamiyyah (Kebangkitan
Islam). Mereka menghidupkan sebagian sunnah-sunnah Nabi SAW yang telah
dimatikan orang, seperti sunnah i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan </span><a href="http://www.dakwatuna.com/topik/Ramadhan/" title="Ramadhan"><span style="color: blue; font-size: 12pt;">Ramadhan</span></a><span style="font-size: 12pt;"> dan sunnah kehadiran kaum wanita
pada shalat Id.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kaum wanita
juga menghadiri pengajian-pengajian untuk mendapatkan ilmu bersama kaum
laki-laki di sisi Nabi SAW Mereka biasa menanyakan beberapa persoalan agama
yang umumnya malu ditanyakan oleh kaum wanita. Aisyah RA pernah memuji
wanita-wanita Anshar yang tidak dihalangi oleh rasa malu untuk memahami
agamanya, seperti menanyakan masalah jinabat, mimpi mengeluarkan sperma, mandi
junub, haid, istihadhah, dan sebagainya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tidak hanya
sampai di situ hasrat mereka untuk menyaingi kaum laki-laki dalam menimba-ilmu
dari Rasulullah SAW. Mereka juga meminta kepada Rasulullah SAW agar menyediakan
hari tertentu untuk mereka, tanpa disertai kaum laki-laki. Hal ini mereka
nyatakan terus terang kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, kami dikalahkan
kaum laki-laki untuk bertemu denganmu, karena itu sediakanlah untuk kami hari
tertentu untuk bertemu denganmu.” Lalu Rasulullah SAW menyediakan untuk mereka
suatu hari tertentu guna bertemu dengan mereka, mengajar mereka, dan
menyampaikan perintah-perintah kepada mereka.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lebih dari
itu kaum wanita juga turut serta dalam perjuangan bersenjata untuk membantu
tentara dan para mujahid, sesuai dengan kemampuan mereka dan apa yang baik
mereka kerjakan, seperti merawat yang sakit dan terluka, di samping memberikan
pelayanan-pelayanan lain seperti memasak dan menyediakan air minum.
Diriwayatkan dari Ummu Athiyah, ia berkata:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Saya turut
berperang bersama Rasulullah SAW sebanyak tujuh kali, saya tinggal di
tenda-tenda mereka, membuatkan mereka makanan, mengobati yang terluka, dan
merawat yang sakit.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Imam Muslim
juga meriwayatkan dari Anas:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Bahwa
Aisyah dan Ummu Sulaim pada waktu perang Uhud sangat cekatan membawa qirbah
(tempat air) di punggungnya kemudian menuangkannya ke mulut orang-orang, lalu
mengisinya lagi.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Aisyah RA
yang waktu itu sedang berusia belasan tahun menepis anggapan orang-orang yang
mengatakan bahwa keikutsertaan kaum wanita dalam perang itu terbatas bagi
mereka yang telah lanjut usia. Anggapan ini tidak dapat diterima, dan apa yang
dapat diperbuat wanita-wanita yang telah berusia lanjut dalam situasi dan
kondisi yang menuntut kemampuan fisik dan psikis sekaligus?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Imam Ahmad
meriwayatkan bahwa enam orang wanita mukmin turut serta dengan pasukan yang
mengepung Khaibar. Mereka memungut anak-anak panah, mengadoni tepung, mengobati
yang sakit, mengepang rambut, turut berperang di jalan Allah, dan Nabi saw
memberi mereka bagian dari rampasan perang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bahkan
terdapat riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa sebagian istri para
sahabat ada yang turut serta dalam peperangan Islam dengan memanggul senjata,
ketika ada kesempatan bagi mereka. Sudah dikenal bagaimana yang dilakukan Ummu
Ammarah Nusaibah binti Ka’ab dalam perang Uhud, sehingga Nabi SAW bersabda
mengenai dia, “Sungguh kedudukannya lebih baik daripada si Fulan dan si Fulan.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Demikian pula
Ummu Sulaim menghunus badik pada waktu perang Hunain untuk menusuk perut musuh
yang mendekat kepadanya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Imam Muslim
meriwayatkan dari Anas, anaknya (anak Ummu Sulaim) bahwa Ummu Sulaim menghunus
badik pada waktu perang Hunain, maka Anas menyertainya. Kemudian suami Ummu
Sulaim Abu Thalhah, melihatnya lantas berkata, “Wahai Rasulullah, ini Ummu
Sulaim membawa badik.” Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada Ummu Sulaim, “Untuk
apa badik ini? Ia menjawab, “Saya mengambilnya, apabila ada salah seorang
musyrik mendekati saya akan saya tusuk perutnya dengan badik ini.” Kemudian
Rasulullah SAW tertawa.5<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Imam Bukhari
telah membuat bab tersendiri di dalam Shahih-nya mengenai peperangan yang
dilakukan kaum wanita.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ambisi kaum
wanita muslimah pada zaman Nabi SAW untuk turut perang tidak hanya peperangan
dengan negara-negara tetangga atau yang berdekatan dengan negeri Arab seperti
Khaibar dan Hunain saja tetapi mereka juga ikut melintasi lautan dan ikut
menaklukkan daerah-daerah yang jauh guna menyampaikan risalah Islam.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Diriwayatkan
dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Anas bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW
tidur siang di sisi Ummu Haram binti Mulhan – bibi Anas – kemudian beliau
bangun seraya tertawa. Lalu Ummu Haram bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Ada beberapa orang dari umatku yang
diperlihatkan kepadaku berperang fi sabilillah. Mereka menyeberangi lautan
seperti raja-raja naik kendaraan.” Ummu Haram berkata, “Wahai Rasulullah,
doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan saya termasuk di antara mereka.”
Lalu Rasulullah SAW mendoakannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dikisahkan
bahwa Ummu Haram ikut menyeberangi lautan pada zaman Utsman bersama suaminya
Ubadah bin Shamit ke Qibris. Kemudian ia jatuh dari kendaraannya (setelah
menyeberang) di sana, lalu meninggal dan dikubur di negeri tersebut,
sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli sejarah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dalam
kehidupan bermasyarakat kaum wanita juga turut serta berdakwah: menyuruh
berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, sebagaimana firman Allah:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Dan orang-orang
yang beriman, laki-laki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah
dari yang munkar…” (at-Taubah: 71)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Di antara
peristiwa yang terkenal ialah kisah salah seorang wanita muslimah pada zaman
khalifah Umar bin Khattab yang mendebat beliau di sebuah masjid. Wanita
tersebut menyanggah pendapat Umar mengenai masalah mahar (mas kawin), kemudian
Umar secara terang-terangan membenarkan pendapatnya, seraya berkata, “Benar
wanita itu, dan Umar keliru.” Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam
menafsirkan surat an-Nisa’, dan beliau berkata, “Isnadnya bagus.” Pada masa
pemerintahannya, Umar juga telah mengangkat asy-Syifa binti Abdullah
al-Adawiyah sebagai pengawas pasar.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Orang yang
mau merenungkan Al-Qur’an dan hadits tentang wanita dalam berbagai masa dan
pada zaman kehidupan para rasul atau nabi, niscaya ia tidak merasa perlu
mengadakan tabir pembatas yang dipasang oleh sebagian orang antara laki-laki
dengan perempuan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kita dapati
Musa – ketika masih muda dan gagah perkasa – bercakap-cakap dengan dua orang
gadis putri seorang syekh yang telah tua (Nabi Syusaib; ed.). Musa bertanya
kepada mereka dan mereka pun menjawabnya dengan tanpa merasa berdosa atau
bersalah, dan dia membantu keduanya dengan sikap sopan dan menjaga diri.
Setelah Musa membantunya, salah seorang di antara gadis tersebut datang kepada
Musa sebagai utusan ayahnya untuk memanggil Musa agar menemui ayahnya. Kemudian
salah seorang dari kedua gadis itu mengajukan usul kepada ayahnya agar Musa
dijadikan pembantunya, karena dia seorang yang kuat dan dapat dipercaya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Marilah kita
baca kisah ini dalam Al-Qur’an:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Dan tatkala
ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan
orang yang sedang meminumi (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang
banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata,
‘Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu?)’ Kedua wanita itu menjawab, ‘Kami
tidak dapat meminumi (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu
memulangkan (ternaknya), sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah
lanjut umurnya.’ Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya,
kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’ Kemudian
datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
kemalu-maluan, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi
balasan terhadap (kebaikan)-mu memberi minum (ternak) kami.’ Maka tatkala Musa
mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai
dirinya), Syu’aib berkata, ‘Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari
orang-orang yang zhalim itu.’ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Ya
bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.'” (Al-Qashash: 23-26)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mengenai Maryam,
kita jumpai Zakaria masuk ke mihrabnya dan menanyakan kepadanya tentang rezeki
yang ada di sisinya:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“… Setiap
Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.
Zakaria berkata, ‘Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam
menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”(Ali Imran: 37)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lihat pula
tentang Ratu Saba, yang mengajak kaumnya bermusyawarah mengenai masalah Nabi
Sulaiman:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Berkata dia
(Bilqis), ‘Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku
tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam
majelis-(ku).’ Mereka menjawab, ‘Kita adalah orang-orang yang memilih kekuatan
dan (juga) memilih keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan
berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.’ Dia
berkata, ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka
membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian
pulalah yang akan mereka perbuat.” (An-Naml 32-34)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Berikut ini
percakapan antara Bilqis dan Sulaiman:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Dan ketika
Bilqis datang, ditanyakanlah kepadanya, ‘Serupa inikah singgasanamu?’ Dia
menjawab, ‘Seakan akan singgasanamu ini singgasanaku, kami telah diberi
pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.’ Dan apa
yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan
keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang
kafir. Dikatakan kepadanya, ‘Masuk1ah ke dalam istana.’ Maka tatka1a ia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya. Berkatalah Sulaiman, ‘Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat
dari kaca. ‘Berkata1ah Bilqis, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat
zhalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah,
Tuhan semesta alam.'”(An-Naml: 42-44)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kita tidak
boleh mengatakan “bahwa syariat (dalam kisah di atas) adalah syariat yang hanya
berlaku pada zaman sebelum kita (Islam) sehingga kita tidak perlu
mengikutinya.” Bagaimanapun, kisah-kisah yang disebutkan dalam Al-Qur’an
tersebut dapat dijadikan petunjuk, peringatan, dan pelajaran bagi orang-orang
berpikiran sehat. Karena itu, perkataan yang benar mengenai masalah ini ialah
“bahwa syariat orang sebelum kita yang tercantum dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
adalah menjadi syariat bagi kita, selama syariat kita tidak menghapusnya.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Allah telah
berfirman kepada Rasul-Nya:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah
petunjuk mereka …” (al-An’am: 90)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sesungguhnya
menahan wanita dalam rumah dan membiarkannya terkurung di dalamnya dan tidak
memperbolehkannya keluar dari rumah oleh Al-Qur’an – pada salah satu tahap di
antara tahapan-tahapan pembentukan hukum sebelum turunnya nash yang menetapkan
bentuk hukuman pezina sebagaimana yang terkenal itu – ditentukan bagi wanita
muslimah yang melakukan perzinaan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hukuman ini dianggap sebagai hukuman yang
sangat berat. Mengenai masalah ini Allah berfirman:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Dan
(terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat
orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah
memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah
sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai memberi jalan lain kepadanya.”
(An-Nisa': 15)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Setelah itu
Allah memberikan jalan bagi mereka ketika Dia mensyariatkan hukum had, yaitu
hukuman tertentu dalam syara’ sebagai hak Allah Ta’ala. Hukuman tersebut berupa
hukuman dera (seratus kali) bagi ghairu muhshan (laki-laki atau wanita belum
kawin) menurut nash Al-Qur’an, dan hukum rajam bagi yang mahshan (laki-laki
atau wanita yang sudah kawin) sebagaimana disebutkan dalam As-Sunnah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jadi, bagaimana
mungkin logika Al-Qur’an dan Islam akan menganggap sebagai tindakan lurus dan
tepat jika wanita muslimah yang taat dan sopan itu harus dikurung dalam rumah
selamanya? Jika kita melakukan hal itu, kita seakan-akan menjatuhkan hukuman
kepadanya selama-lamanya, padahal dia tidak berbuat dosa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><span style="font-size: 12pt;">Kesimpulan</span></b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dari
penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pertemuan antara laki-laki
dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu
kadang-kadang dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan
ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kebajikan, perjuangan, atau lain-lain yang
memerlukan banyak tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Namun,
kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas di antara keduanya menjadi lebur
dan ikatan-ikatan syar’iyah yang baku dilupakan. Kita tidak perlu menganggap
diri kita sebagai malaikat yang suci yang dikhawatirkan melakukan pelanggaran,
dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya Barat kepada kita. Yang harus kita
lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam kebajikan
dan takwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan oleh Islam.
Batas-batas hukum tersebut antara lain:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Menahan
pandangan dari kedua belah pihak. Artinya, tidak boleh melihat aurat, tidak
boleh memandang dengan syahwat, tidak berlama-lama memandang tanpa ada
keperluan. Allah berfirman:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada
wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya …”(an-Nur: 30-31)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Pihak
wanita harus mengenakan pakaian yang sopan yang dituntunkan syara’, yang
menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan. Jangan yang tipis dan
jangan dengan potongan yang menampakkan bentuk tubuh. Allah berfirman:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“… Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya …” (an-Nur: 31)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Diriwayatkan
dari beberapa sahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan tangan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Allah
berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“… Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu …” (al-Ahzab: 59)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dengan
pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik-baik dengan wanita
nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya,
sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk
menghormatinya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">3. Mematuhi
adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya dengan
laki-laki:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">a. Dalam
perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan
rangsangan. Allah berfirman:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“… Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">b. Dalam
berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allah:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“… Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan…” (An-Nur: 31)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hendaklah
mencontoh wanita yang diidentifikasikan oleh Allah dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Kemudian
datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
kemalu-maluan …” (al-Qashash: 25)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">c. Dalam
gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok, seperti yang disebut dalam
hadits:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“(Yaitu)
wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan menjadikan hati laki-laki
cenderung kepada kerusakan (kemaksiatan).8 HR Ahmad dan Muslim)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jangan
sampai ber-tabarruj (menampakkan aurat) sebagaimana yang dilakukan
wanita-wanita jahiliah tempo dulu atau pun jahiliah modern<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">4.
Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna perhiasan yang
seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan dan di dalam pertemuan-pertemuan
dengan kaum laki-laki.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">5. Jangan
berduaan (laki-laki dengan perempuan) tanpa disertai mahram. Banyak hadits
shahih yang melarang hal ini seraya mengatakan, ‘Karena yang ketiga adalah
setan.’<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jangan
berduaan sekalipun dengan kerabat suami atau istri. Sehubungan dengan ini,
terdapat hadits yang berbunyi:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Jangan kamu
masuk ke tempat wanita.” Mereka (sahabat) bertanya, “Bagaimana dengan ipar
wanita.” Beliau menjawab, “Ipar wanita itu membahayakan.” (HR Bukhari)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Maksudnya,
berduaan dengan kerabat suami atau istri dapat menyebabkan kebinasaan, karena
bisa jadi mereka duduk berlama-lama hingga menimbulkan fitnah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">6. Pertemuan
itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk bekerja sama, tidak
berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan wanita dari naluri kewanitaannya,
menimbulkan fitnah, atau melalaikannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah
tangga dan mendidik anak-anak.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(hdn)</span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-77679963694881901782015-08-30T04:42:00.001+01:002015-08-30T04:42:23.141+01:00AURAT DALAM PANDANGAN ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7ohk4GY5oALfjZnyXjoB_VBVB62kkpZU7YLY_gO-sP4ambhvyn8o019sRTNc0LVvmLQyQAyvXpFAwLh1bJGCsqtQ5Xb9NIPQX6CEahVupDgDJ0g_l7C7G7YgOQh1uMR54JY175A3pfnh9/s1600/24796_113946955282803_100000024975971_306068_8344426_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7ohk4GY5oALfjZnyXjoB_VBVB62kkpZU7YLY_gO-sP4ambhvyn8o019sRTNc0LVvmLQyQAyvXpFAwLh1bJGCsqtQ5Xb9NIPQX6CEahVupDgDJ0g_l7C7G7YgOQh1uMR54JY175A3pfnh9/s320/24796_113946955282803_100000024975971_306068_8344426_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Allah
menciptakan seluruh makhluk hidup berpasang-pasangan, bahkan menciptakan alam
semesta ini pun berpasang-pasangan. Sebagaimana firman-Nya: <i>“Maha Suci
Allah yang telah menciptakan pasang-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui.”</i> (QS Yasin: 36)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“Dan segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran
Allah.” </span></i><span style="font-size: 12pt;">(QS
Adz-Dzaariyat: 49)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berdasarkan
sunnah kauniyah (ketetapan Allah) yang umum ini, manusia diciptakan
berpasang-pasangan, terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan, sehingga
kehidupan manusia dapat berlangsung dan berkembang. Begitu pula dijadikan daya
tarik antara satu jenis dengan jenis lain, sebagai fitrah Allah untuk manusia.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setelah
menciptakan Adam, Allah menciptakan (dari dan untuk Adam) seorang istri supaya
ia merasa tenang hidup dengannya, begitu pula si istri merasa tenang hidup
bersamanya. Sebab secara hukum fitrah, tidak mungkin ia (Adam) dapat merasa
bahagia jika hanya seorang diri, walaupun dalam surga ia dapat makan
minum secara leluasa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Seperti
telah saya singgung di muka bahwa taklif ilahi (tugas dari Allah) yang pertama
adalah ditujukan kepada kedua orang ini sekaligus secara bersama-sama, yakni
Adam dan istrinya: <i>“… Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang zalim.”</i> (QS Al-Baqarah: 35)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Karena itu,
tidaklah dapat dibayangkan seorang laki-laki akan hidup sendirian, jauh dari
perempuan, tidak melihat perempuan dan perempuan tidak melihatnya, kecuali jika
sudah keluar dari keseimbangan fitrah dan menjauhi kehidupan—sebagaimana cara
hidup kependetaan yang dibikin-bikin kaum Nasrani.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak dapat
dibayangkan bagaimana wanita akan hidup sendirian dengan menjauhi laki-laki.
Bukankah kehidupan itu dapat tegak dengan adanya tolong-menolong dan
bantu-membantu antara kedua jenis manusia ini dalam urusan-urusan dunia dan
akhirat?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“Dan
orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain…”</span></i><span style="font-size: 12pt;"> (QS At-Taubah: 71)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hakikat lain
yang wajib diingat di sini—berkenaan dengan kebutuhan timbal balik antara
laki-laki dengan perempuan—bahwa Allah SWT telah menanamkan dalam fitrah
masing-masing dari kedua jenis manusia ini rasa ketertarikan terhadap lawan
jenisnya dan kecenderungan syahwati yang instinktif. Dengan adanya fitrah
ketertarikan ini, terjadilah pertemuan (perkawinan) dan reproduksi, sehingga
terpeliharalah kelangsungan hidup manusia dan planet bumi ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam kaitan
ini, baiklah kita bahas antara hukum memandang laki-laki terhadap
perempuan. Kami menguatkan pendapat jumhur ulama yang menafsirkan
firman Allah: <i>“…Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang (biasa) tampak daripadanya…”</i> (QS An-Nur: 31 )<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menurut
jumhur ulama, perhiasan yang biasa tampak itu ialah “wajah dan telapak tangan.”
Dengan demikian, wanita boleh menampakkan wajahnya dan kedua telapak
tangannya, bahkan (menurut pendapat Abu Hanifah dan Al-Muzni) kedua kakinya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apabila
wanita boleh menampakkan bagian tubuhnya ini (muka dan tangan/kakinya), maka
bolehkah laki-laki melihat kepadanya ataukah tidak?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pandangan
pertama (secara tiba-tiba) adalah tidak dapat dihindari sehingga dapat dihukumi
sebagai darurat. Adapun pandangan berikutnya (kedua) diperselisihkan hukumnya
oleh para ulama.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang
dilarang dengan tidak ada keraguan lagi ialah melihat dengan menikmati
(taladzdzudz) dan bersyahwat, karena ini merupakan pintu bahaya dan penyulut
api. Oleh sebab itu, ada ungkapan, “memandang merupakan pengantar perzinaan”.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dan bagus
sekali apa yang dikatakan oleh Syauki ihwal memandang yang dilarang ini,
“Memandang (berpandangan) lalu tersenyum, lantas mengucapkan salam, lalu
bercakap-cakap, kemudian berjanji, akhirnya bertemu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adapun
melihat perhiasan (bagian tubuh) yang tidak biasa tampak, seperti rambut,
leher, punggung, betis, lengan (bahu), dan sebagainya, tidak diperbolehkan bagi
selain mahram, menurut ijma. Ada dua kaidah yang menjadi acuan masalah ini
beserta masalah-masalah yang berhubungan dengannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pertama,
bahwa sesuatu yang dilarang itu diperbolehkan ketika darurat atau ketika dalam
kondisi membutuhkan, seperti kebutuhan berobat, melahirkan, dan
sebagainya. Demikian pula pembuktian tindak pidana, dan lain-lainnya yang
diperlukan dan menjadi keharusan, baik untuk perseorangan maupun masyarakat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kedua, bahwa
apa yang diperbolehkan itu menjadi terlarang apabila dikhawatirkan terjadinya
fitnah, baik kekhawatiran itu terhadap laki-laki maupun perempuan. Dan hal ini
apabila terdapat petunjuk petunjuk yang jelas, tidak sekadar perasaan dan
khayalan sebagian orang-orang yang takut dan ragu-ragu terhadap setiap
orang dan setiap persoalan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Oleh karena
itu, Nabi SAW pernah memalingkan muka anak pamannya yang bernama Fadhl bin
Abbas, agar tidak melihat wanita Khats’amiyah pada waktu haji, ketika beliau
melihat Fadhl berlama-lama memandang wanita itu. Dalam suatu riwayat disebutkan
bahwa Fadhl bertanya kepada Rasulullah SAW, “Mengapa engkau palingkan
muka anak pamanmu?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Beliau
menjawab, “Aku melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka aku tidak
merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kekhawatiran
akan terjadinya fitnah itu kembali kepada hati nurani si Muslim, yang wajib
mendengar dan menerima fatwa, baik dari hati nuraninya sendiri maupun orang
lain. Artinya, fitnah itu tidak dikhawatirkan terjadi jika hati dalam kondisi
sehat, tidak dikotori syahwat, tidak dirusak syubhat (kesamaran), dan tidak
menjadi sarang pikiran-pikiran yang menyimpang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jadi,
memandang itu hukumnya boleh dengan syarat jika tidak dibarengi dengan
upaya “menikmati” dan bersyahwat. Jika dengan menikmati dan bersyahwat, maka
hukumnya haram. Karena itu, Allah menyuruh kaum mukminah menundukkan sebagian
pandangannya sebagaimana Dia menyuruh laki-laki menundukkan sebagian
pandangannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 12pt;">Allah SWT
berfirman: </span><i style="font-size: 12pt;">“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka
menahan pendangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya.”</i><span style="font-size: 12pt;"> (QS An-Nur: 30-31)</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di antara
hal yang telah disepakati ialah bahwa melihat kepada aurat itu hukumnya haram,
baik dengan syahwat maupun tidak, kecuali jika hal itu terjadi secara
tiba-tiba, tanpa sengaja.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebagaimana
diriwayatkan dalam hadits sahih dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, “Saya
bertanya kepada Nabi SAW tentang memandang (aurat orang lain) secara tiba-tiba
(tidak disengaja). Lalu beliau bersabda, ‘Palingkanlah pandanganmu.” (HR
Muslim)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lantas,
apakah aurat laki-laki itu? Bagian mana saja yang disebut aurat laki-laki?
Kemaluan adalah aurat mughalladzah (besar/berat) yang telah disepakati akan
keharaman membukanya di hadapan orang lain dan haram pula melihatnya, kecuali
dalam kondisi darurat seperti berobat dan sebagainya. Bahkan kalau aurat ini
ditutup dengan pakaian tetapi tipis atau menampakkan bentuknya, maka ia juga
terlarang menurut syara’.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mayoritas
fuqaha berpendapat bahwa paha laki-laki termasuk aurat, dan aurat laki-laki
ialah antara pusar dengan lutut. Mereka mengemukakan beberapa dalil dengan
hadits-hadits yang tidak lepas dari cacat. Sebagian mereka menghasankannya dan
sebagian lagi mengesahkannya karena banyak jalannya, walaupun masing-masing
hadits itu tidak dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan suatu hukum syara’.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebagian
fuqaha lagi berpendapat bahwa paha laki-laki itu bukan aurat, dengan
berdalilkan hadits Anas bahwa Rasulullah SAW pernah membuka pahanya dalam
beberapa kesempatan. Pendapat ini didukung oleh Muhammad Ibnu Hazm.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menurut
mazhab Maliki sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab mereka bahwa aurat
mughalladzah laki-laki ialah qubul (kemaluan) dan dubur saja, dan aurat ini
bila dibuka dengan sengaja membatalkan shalat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam hal
ini terdapat rukhshah (keringanan) bagi para olahragawan dan sebagainya yang
biasa mengenakan celana pendek, termasuk bagi penontonnya, begitu juga bagi
para pandu (pramuka) dan pecinta alam. Meskipun demikian, kaum Muslimin
berkewajiban menunjukkan kepada peraturan internasional tentang ciri khas
kostum umat Islam dan apa yang dituntut oleh nilai-nilai agama semampu mungkin.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Perlu
diingat bahwa aurat laki-laki itu haram dilihat, baik oleh perempuan maupun
sesama laki-laki. Ini merupakan masalah yang sangat jelas. Adapun terhadap
bagian tubuh yang tidak termasuk aurat laki-laki, seperti wajah, rambut,
lengan, bahu, betis, dan sebagainya, menurut pendapat yang sahih boleh dilihat,
selama tidak disertai syahwat atau dikhawatirkan terjadinya fitnah. Ini
merupakan pendapat jumhur fuqaha umat, dan ini diperlihatkan oleh praktek kaum
muslim sejak zaman Nabi dan generasi sesudahnya, juga diperkuat oleh beberapa
hadits sharih (jelas) dan tidak bisa dicela.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adapun
masalah wanita melihat laki-laki, maka dalam hal ini terdapat dua riwayat.
Pertama, ia boleh melihat laki-laki asal tidak pada auratnya. Kedua, ia tidak
boleh melihat laki-laki melainkan hanya bagian tubuh yang laki-laki boleh
melihatnya. Pendapat ini yang dipilih oleh Abu Bakar dan merupakan salah satu
pendapat di antara dua pendapat Imam Syafi’i.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hal ini
didasarkan pada riwayat Az-Zuhri dari Ummu Salamah, yang berkata, “Aku
pernah duduk di sebelah Nabi SAW, tiba-tiba Ibnu Ummi Maktum meminta izin
masuk. Kemudian Nabi saw bersabda, ‘Berhijablah kamu daripadanya. ‘Aku berkata,
wahai Rasulullah, dia itu tuna netra.’ Beliau menjawab dengan nada bertanya,
‘Apakah kamu berdua (Ummu Salamah dan Maimunah) juga buta dan tidak
melihatnya?” (HR Abu Daud dan lain-lain)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Larangan
bagi wanita untuk melihat aurat laki-laki didasarkan pada hipotesis bahwa Allah
menyuruh wanita menundukkan pandangannya sebagaimana Dia menyuruh laki-laki
berbuat begitu. Juga didasarkan pada hipotesis bahwa wanita itu adalah salah
satu dari dua jenis anak Adam (manusia), sehingga mereka haram melihat (aurat)
lawan jenisnya. Haramnya bagi wanita ini dikiaskan pada laki-laki (yang
diharamkan melihat kepada lawan jenisnya).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alasan utama
diharamkannya melihat itu karena dikhawatirkan terjadinya fitnah. Bahkan
kekhawatiran ini pada wanita lebih besar lagi, sebab wanita itu lebih besar
syahwatnya dan lebih sedikit (pertimbangan) akalnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Nabi SAW
bersabda kepada Fatimah binti Qais, “Beriddahlah engkau di rumah Ibnu Ummi
Maktum, karena dia seorang tuna netra, engkau dapat melepas pakaianmu sedangkan
dia tidak melihatmu.” (Muttafaq alaih)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aisyah
berkata, “Adalah Rasulullah SAW melindungiku dengan selendangnya ketika aku
melihat orang-orang Habsyi sedang bernain-main (olahraga) dalam masjid.”
(Muttafaq alaih)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam
riwayat lain disebutkan, pada waktu Rasulullah SAW selesai berkhutbah shalat
Id, beliau menuju kepada kaum wanita dengan disertai Bilal untuk memberi
peringatan kepada mereka, lalu beliau menyuruh mereka bersedekah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Seandainya
wanita dilarang melihat laki-laki, niscaya laki-laki juga diwajibkan berhijab
sebagaimana wanita diwajibkan berhijab, supaya mereka tidak dapat melihat
laki-laki.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jadi,
memandang itu hukumnya boleh dengan syarat jika tidak dibarengi dengan upaya
“menikmati” dan bersyahwat. Jika dengan menikmati dan bersyahwat, maka hukumnya
haram. Oleh sebab itu, Allah menyuruh kaum mukminah menundukkan sebagian
pandangannya sebagaimana Dia menyuruh laki-laki menundukkan sebagian
pandangannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Firman
Allah: <i>“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya.”</i> (QS An-Nur: 30-31)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Memang benar
bahwa wanita dapat membangkitkan syahwat laki-laki lebih banyak daripada
laki-laki membangkitkan syahwat wanita, dan memang benar bahwa wanita lebih
banyak menarik laki-laki, serta wanitalah yang biasanya dicari laki-laki. Namun
semua ini tidak menutup kemungkinan bahwa di antara laki-laki ada yang menarik
pandangan dan hati wanita karena kegagahan, ketampanan, keperkasaan, dan
kelelakiannya, atau karena faktor-faktor lain yang menarik pandangan dan hati
perempuan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Al-Qur’an
telah menceritakan kepada kita kisah istri pembesar Mesir dengan pemuda pembantunya,
Yusuf, yang telah membuatnya dimabuk cinta. Lihatlah, bagaimana wanita itu
mengejar-ngejar Yusuf, dan bukan sebaliknya, serta bagaimana dia menggoda Yusuf
untuk menundukkannya seraya berkata, <i>“Marilah ke sini.” Yusuf berkata,
“Aku berlindung kepada Allah.”</i> (QS An-Nur: 23)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apabila
seorang wanita melihat laki-laki lantas timbul hasrat kewanitaannya, hendaklah
ia menundukkan pandangannya. Janganlah ia terus memandangnya, demi
menjauhi timbulnya fitnah, dan bahaya itu akan bertambah besar lagi bila si
laki-laki juga memandangnya dengan rasa cinta dan syahwat.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Akhirnya,
untuk mendapat keselamatan, lebih baik kita menjauhi tempat-tempat dan hal-hal
yang mendatangkan keburukan dan bahaya. Kita memohon kepada Allah
keselamatan dalam urusan agama dan dunia. Amin.</span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-69787947646291430002015-08-30T04:39:00.001+01:002015-08-30T04:39:07.272+01:00KETELADANAN RASUL SAW DENGAN ISTRINYA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Syariat
mewajibkan kepada suami untuk memenuhi kebutuhan istrinya yang berupa
kebutuhan material seperti nafkah, pakaian, tempat tinggal, pengobatan dan
sebagainya, sesuai dengan kondisi masing-masing, atau seperti yang dikatakan
oleh Al-Qur’an “bil ma’ruf” (menurut cara yang ma’ruf/patut).</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1rScKRF5LePFLPXpeL7K3KoGzyDnb71lOrlBUQIVvHNVjgYleju_kf1H3TEULvrDK9WDs_0EX3PbUDaryStPzUtmE_CXyBSJM_clf-JfNm6IvSRJbw1OluTzgDgOjNOmSj2MxSPjo-y3E/s1600/IMG_27895311053952.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1rScKRF5LePFLPXpeL7K3KoGzyDnb71lOrlBUQIVvHNVjgYleju_kf1H3TEULvrDK9WDs_0EX3PbUDaryStPzUtmE_CXyBSJM_clf-JfNm6IvSRJbw1OluTzgDgOjNOmSj2MxSPjo-y3E/s1600/IMG_27895311053952.jpeg" /></a></span></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun
syariat tidak pernah melupakan akan kebutuhan-kebutuhan spiritual yang
manusia tidaklah bernama manusia kecuali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan
tersebut, sebagaimana kata seorang pujangga kuno: “Maka karena jiwamu itulah
engkau sebagai manusia, bukan cuma dengan badanmu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahkan
Al-Qur’an menyebut perkawinan ini sebagai salah satu ayat di antara ayat-ayat
Allah di alam semesta dan salah satu nikmat yang diberikan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Firman-Nya: <i>“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”</i> (QS Ar Rum: 21)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ayat ini
menjadikan sasaran atau tujuan hidup bersuami istri ialah ketenteraman hati,
cinta, dan kasih sayang antara keduanya, yang semua ini merupakan aspek
kejiwaan, bukan material. Tidak ada artinya kehidupan bersuami istri yang
sunyi dari aspek-aspek maknawi ini, sehingga badan berdekatan tetapi ruh
berjauhan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam hal
ini banyak suami yang keliru—padahal diri mereka sebenarnya baik—ketika mereka
mengira bahwa kewajiban mereka terhadap istri mereka ialah memberi nafkah,
pakaian, dan tempat tinggal, tidak ada yang lain lagi. Dia melupakan bahwa
wanita (istri) itu bukan hanya membutuhkan makan, minum, pakaian, dan lain-lain
kebutuhan material, tetapi juga membutuhkan perkataan yang baik, wajah yang
ceria, senyum yang manis, sentuhan yang lembut, ciuman yang mesra, pergaulan
yang penuh kasih sayang, dan belaian yang lembut yang menyenangkan hati dan
menghilangkan kegundahan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Imam Ghazali
mengemukakan sejumlah hak suami istri dan adab pergaulan di antara mereka yang
kehidupan berkeluarga tidak akan dapat harmonis tanpa semua itu. Di antara
adab-adab yang dituntunkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah itu ialah berakhlaq yang
baik terhadapnya dan sabar dalam menghadapi godaannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah berfirman: <i>“…
Dan gaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang ma’ruf (patut)…”</i> (QS
An Nisa': 19)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“… Dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”</span></i><span style="font-size: 12pt;"> (QS An Nisa': 21)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“… Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu…”</span></i><span style="font-size: 12pt;"> (QS An Nisa': 36)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada yang
menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “teman sejawat” dalam ayat di atas ialah
istri. Imam Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa berakhlaq baik kepada mereka
(istri) bukan cuma tidak menyakiti mereka, tetapi juga sabar menerima keluhan
mereka, dan penyantun ketika mereka sedang emosi serta marah, sebagaimana
diteladankan Rasulullah SAW. Istri-istri beliau itu sering meminta beliau untuk
mengulang-ulangi perkataan, bahkan pernah ada pula salah seorang dari mereka
menghindari beliau sehari semalam.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau
pernah berkata kepada Aisyah, “Sungguh, aku tahu kalau engkau marah dan kalau
engkau rela.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Aisyah
bertanya, “Bagaimana engkau tahu?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau
menjawab, “Kalau engkau rela, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad,’ dan
bila engkau marah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Aisyah
menjawab, “Betul, (kalau aku marah) aku hanya menghindari menyebut namamu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari adab
yang dikemukakan Imam Ghazali itu dapat ditambahkan bahwa di samping bersabar
menerima atau menghadapi kesulitan istri, juga bercumbu, bergurau, dan
bermain-main dengan mereka, karena yang demikian itu dapat menyenangkan hati wanita.
Rasulullah SAW biasa bergurau dengan istri-istri beliau dan menyesuaikan diri
dengan pikiran mereka dalam bertindak dan berakhlaq, sehingga diriwayatkan
bahwa beliau pernah melakukan perlombaan lari cepat dengan Aisyah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Umar bin
Al-Khathab—yang dikenal berwatak keras itu—pernah berkata, “Seyogianya sikap
suami terhadap istrinya seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada
di sisinya (keadaan yang sebenarnya) maka dia adalah seorang laki-laki.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam
menafsirkan hadits: “Sesungguhnya Allah membenci alja’zhari al-jawwazh,”
dikatakan bahwa yang dimaksud ialah orang yang bersikap keras terhadap istri
(keluarganya) dan sombong pada dirinya. Dan ini merupakan salah satu makna
firman Allah: <i>‘utul</i>. Ada yang mengatakan bahwa lafal <i>‘utul</i> berarti
orang yang kasar mulutnya dan keras hatinya terhadap keluarganya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Keteladanan
tertinggi bagi semua itu ialah Rasulullah SAW. Meski bagaimanapun besarnya
perhatian dan banyaknya kesibukan beliau dalam mengembangkan dakwah dan
menegakkan agama, memelihara jamaah, menegakkan tiang daulah dari dalam dan
memeliharanya dari serangan musuh yang senantiasa mengintainya dari luar,
beliau tetap sangat memperhatikan para istrinya. Beliau adalah manusia yang
senantiasa sibuk berhubungan dengan Tuhannya seperti berpuasa, shalat, membaca
Al-Qur’an, dan berdzikir, sehingga kedua kaki beliau bengkak karena lamanya
berdiri ketika melakukan shalat lail, dan menangis sehingga air matanya
membasahi jenggotnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun
sesibuk apa pun beliau tidak pernah melupakan hak-hak istri-istri beliau yang
harus beliau penuhi. Jadi aspek-aspek Rabbani tidaklah melupakan beliau
terhadap aspek insani dalam melayani mereka dengan memberikan makanan ruhani
dan perasaan mereka yang tidak dapat terpenuhi dengan makanan yang
mengenyangkan perut dan pakaian penutup tubuh.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam
menjelaskan sikap Rasulullah dan petunjuk beliau dalam mempergauli istri, Imam </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ibnu Qayyim berkata, “Sikap Rasulullah SAW terhadap istri-istrinya ialah
bergaul dan berakhlaq baik kepada mereka. Beliau pernah menyuruh gadis-gadis Anshar
menemani Aisyah bermain. Apabila istrinya (Aisyah) menginginkan sesuatu yang
tidak terlarang menurut agama, beliau menurutinya. Bila Aisyah minum dari
suatu bejana, maka beliau ambil bejana itu dan beliau minum daripadanya pula
dan beliau letakkan mulut beliau di tempat mulut Aisyah tadi (bergantian minum
pada satu bejana/tempat), dan beliau juga biasa makan kikil bergantian
dengan Aisyah.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau biasa
bersandar di pangkuan Aisyah, beliau membaca Al-Qur’an sedang kepala
beliau berada di pangkuannya. Bahkan pernah ketika Aisyah sedang haidh,
beliau menyuruhnya memakai sarung, lalu beliau memeluknya. Bahkan pernah
juga menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Di antara
kelemah-lembutan dan akhlaq baik beliau lagi ialah beliau memperkenankan istrinya
untuk bermain dan mempertunjukkan kepadanya permainan orang-orang Habsyi ketika
mereka sedang bermain di masjid, dia (Aisyah) menyandarkan kepalanya ke pundak
beliau untuk melihat permainan orang-orang Habsyi itu. Beliau juga pernah
berlomba lari dengan Aisyah dua kali, dan keluar dari rumah bersama-sama.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sabda Nabi
SAW, “Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku
adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Apabila
selesai melaksanakan shalat Ashar, Nabi senantiasa mengelilingi (mengunjungi)
istri-istrinya dan beliau tanyakan keadaan mereka, dan bila malam tiba beliau
pergi ke rumah istri beliau yang pada waktu itu mendapat giliran. Aisyah
berkata, “Rasulullah SAW tidak melebihkan sebagian kami terhadap sebagian yang
lain dalam pembagian giliran. Dan setiap hari beliau mengunjungi kami semuanya,
yaitu mendekati tiap-tiap istri beliau tanpa menyentuhnya, hingga sampai kepada
istri yang menjadi giliran beliau, lalu beliau bermalam di situ.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalau kita
renungkan apa yang telah kita kutip di sini mengenai petunjuk Nabi SAW tentang
pergaulan beliau dengan istri-istri beliau, kita dapati bahwa beliau sangat
memperhatikan mereka, menanyakan keadaan mereka, dan mendekati mereka.
Tetapi beliau mengkhususkan Aisyah dengan perhatian lebih. Namun ini
bukan berarti beliau bersikap pilih kasih, tetapi karena untuk
menjaga kejiwaan Aisyah yang beliau nikahi ketika masih perawan dan karena
usianya yang masih muda.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau
menikahi Aisyah ketika masih gadis kecil yang belum mengenal seorang laki-laki
pun selain beliau. Kebutuhan wanita muda seperti ini terhadap laki-laki lebih
besar dibandingkan dengan wanita janda yang lebih tua dan telah berpengalaman.
Yang kami maksudkan dengan kebutuhan di sini bukan sekadar nafkah, pakaian, dan
hubungan biologis saja. Bahkan kebutuhan psikologis dan spiritualnya lebih
penting dan lebih dalam daripada semua itu. Karena itu, tidaklah
mengherankan jika kita lihat Nabi SAW selalu ingat aspek tersebut
dan senantiasa memberikan haknya serta tidak pernah melupakannya meskipun
tugas yang diembannya besar, seperti mengatur strategi dakwah, membangun
umat, dan menegakkan daulah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“Sungguh
pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang bagus bagi kamu.”<br />
</span></i><span style="font-size: 12pt;"><br />
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">—<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt;">Syariat
mewajibkan kepada suami untuk memenuhi kebutuhan istrinya yang berupa
kebutuhan material seperti nafkah, pakaian, tempat tinggal, pengobatan dan
sebagainya, sesuai dengan kondisi masing-masing, atau seperti yang dikatakan
oleh Al-Qur’an “bil ma’ruf” (menurut cara yang ma’ruf/patut).</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun
syariat tidak pernah melupakan akan kebutuhan-kebutuhan spiritual yang
manusia tidaklah bernama manusia kecuali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan
tersebut, sebagaimana kata seorang pujangga kuno: “Maka karena jiwamu itulah
engkau sebagai manusia, bukan cuma dengan badanmu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahkan
Al-Qur’an menyebut perkawinan ini sebagai salah satu ayat di antara ayat-ayat
Allah di alam semesta dan salah satu nikmat yang diberikan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Firman-Nya: <i>“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”</i> (QS Ar Rum: 21)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ayat ini
menjadikan sasaran atau tujuan hidup bersuami istri ialah ketenteraman hati,
cinta, dan kasih sayang antara keduanya, yang semua ini merupakan aspek
kejiwaan, bukan material. Tidak ada artinya kehidupan bersuami istri yang
sunyi dari aspek-aspek maknawi ini, sehingga badan berdekatan tetapi ruh
berjauhan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam hal
ini banyak suami yang keliru—padahal diri mereka sebenarnya baik—ketika mereka
mengira bahwa kewajiban mereka terhadap istri mereka ialah memberi nafkah,
pakaian, dan tempat tinggal, tidak ada yang lain lagi. Dia melupakan bahwa
wanita (istri) itu bukan hanya membutuhkan makan, minum, pakaian, dan lain-lain
kebutuhan material, tetapi juga membutuhkan perkataan yang baik, wajah yang
ceria, senyum yang manis, sentuhan yang lembut, ciuman yang mesra, pergaulan
yang penuh kasih sayang, dan belaian yang lembut yang menyenangkan hati dan
menghilangkan kegundahan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Imam Ghazali
mengemukakan sejumlah hak suami istri dan adab pergaulan di antara mereka yang
kehidupan berkeluarga tidak akan dapat harmonis tanpa semua itu. Di antara
adab-adab yang dituntunkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah itu ialah berakhlaq yang
baik terhadapnya dan sabar dalam menghadapi godaannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah berfirman: <i>“…
Dan gaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang ma’ruf (patut)…”</i> (QS
An Nisa': 19)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“… Dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”</span></i><span style="font-size: 12pt;"> (QS An Nisa': 21)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“… Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu…”</span></i><span style="font-size: 12pt;"> (QS An Nisa': 36)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada yang
menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “teman sejawat” dalam ayat di atas ialah
istri. Imam Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa berakhlaq baik kepada mereka
(istri) bukan cuma tidak menyakiti mereka, tetapi juga sabar menerima keluhan
mereka, dan penyantun ketika mereka sedang emosi serta marah, sebagaimana
diteladankan Rasulullah SAW. Istri-istri beliau itu sering meminta beliau untuk
mengulang-ulangi perkataan, bahkan pernah ada pula salah seorang dari mereka
menghindari beliau sehari semalam.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau
pernah berkata kepada Aisyah, “Sungguh, aku tahu kalau engkau marah dan kalau
engkau rela.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Aisyah
bertanya, “Bagaimana engkau tahu?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau
menjawab, “Kalau engkau rela, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad,’ dan
bila engkau marah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Aisyah
menjawab, “Betul, (kalau aku marah) aku hanya menghindari menyebut namamu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari adab
yang dikemukakan Imam Ghazali itu dapat ditambahkan bahwa di samping bersabar
menerima atau menghadapi kesulitan istri, juga bercumbu, bergurau, dan
bermain-main dengan mereka, karena yang demikian itu dapat menyenangkan hati wanita.
Rasulullah SAW biasa bergurau dengan istri-istri beliau dan menyesuaikan diri
dengan pikiran mereka dalam bertindak dan berakhlaq, sehingga diriwayatkan
bahwa beliau pernah melakukan perlombaan lari cepat dengan Aisyah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Umar bin
Al-Khathab—yang dikenal berwatak keras itu—pernah berkata, “Seyogianya sikap
suami terhadap istrinya seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada
di sisinya (keadaan yang sebenarnya) maka dia adalah seorang laki-laki.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam
menafsirkan hadits: “Sesungguhnya Allah membenci alja’zhari al-jawwazh,”
dikatakan bahwa yang dimaksud ialah orang yang bersikap keras terhadap istri
(keluarganya) dan sombong pada dirinya. Dan ini merupakan salah satu makna
firman Allah: <i>‘utul</i>. Ada yang mengatakan bahwa lafal <i>‘utul</i> berarti
orang yang kasar mulutnya dan keras hatinya terhadap keluarganya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Keteladanan
tertinggi bagi semua itu ialah Rasulullah SAW. Meski bagaimanapun besarnya
perhatian dan banyaknya kesibukan beliau dalam mengembangkan dakwah dan
menegakkan agama, memelihara jamaah, menegakkan tiang daulah dari dalam dan
memeliharanya dari serangan musuh yang senantiasa mengintainya dari luar,
beliau tetap sangat memperhatikan para istrinya. Beliau adalah manusia yang
senantiasa sibuk berhubungan dengan Tuhannya seperti berpuasa, shalat, membaca
Al-Qur’an, dan berdzikir, sehingga kedua kaki beliau bengkak karena lamanya
berdiri ketika melakukan shalat lail, dan menangis sehingga air matanya
membasahi jenggotnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun
sesibuk apa pun beliau tidak pernah melupakan hak-hak istri-istri beliau yang
harus beliau penuhi. Jadi aspek-aspek Rabbani tidaklah melupakan beliau
terhadap aspek insani dalam melayani mereka dengan memberikan makanan ruhani
dan perasaan mereka yang tidak dapat terpenuhi dengan makanan yang
mengenyangkan perut dan pakaian penutup tubuh.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam
menjelaskan sikap Rasulullah dan petunjuk beliau dalam mempergauli istri, Imam
Ibnu Qayyim berkata, “Sikap Rasulullah SAW terhadap istri-istrinya ialah
bergaul dan berakhlaq baik kepada mereka. Beliau pernah menyuruh gadis-gadis Anshar
menemani Aisyah bermain. Apabila istrinya (Aisyah) menginginkan sesuatu yang
tidak terlarang menurut agama, beliau menurutinya. Bila Aisyah minum dari
suatu bejana, maka beliau ambil bejana itu dan beliau minum daripadanya pula
dan beliau letakkan mulut beliau di tempat mulut Aisyah tadi (bergantian minum
pada satu bejana/tempat), dan beliau juga biasa makan kikil bergantian
dengan Aisyah.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau biasa
bersandar di pangkuan Aisyah, beliau membaca Al-Qur’an sedang kepala
beliau berada di pangkuannya. Bahkan pernah ketika Aisyah sedang haidh,
beliau menyuruhnya memakai sarung, lalu beliau memeluknya. Bahkan pernah
juga menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Di antara
kelemah-lembutan dan akhlaq baik beliau lagi ialah beliau memperkenankan istrinya
untuk bermain dan mempertunjukkan kepadanya permainan orang-orang Habsyi ketika
mereka sedang bermain di masjid, dia (Aisyah) menyandarkan kepalanya ke pundak
beliau untuk melihat permainan orang-orang Habsyi itu. Beliau juga pernah
berlomba lari dengan Aisyah dua kali, dan keluar dari rumah bersama-sama.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sabda Nabi
SAW, “Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku
adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Apabila
selesai melaksanakan shalat Ashar, Nabi senantiasa mengelilingi (mengunjungi)
istri-istrinya dan beliau tanyakan keadaan mereka, dan bila malam tiba beliau
pergi ke rumah istri beliau yang pada waktu itu mendapat giliran. Aisyah
berkata, “Rasulullah SAW tidak melebihkan sebagian kami terhadap sebagian yang
lain dalam pembagian giliran. Dan setiap hari beliau mengunjungi kami semuanya,
yaitu mendekati tiap-tiap istri beliau tanpa menyentuhnya, hingga sampai kepada
istri yang menjadi giliran beliau, lalu beliau bermalam di situ.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalau kita
renungkan apa yang telah kita kutip di sini mengenai petunjuk Nabi SAW tentang
pergaulan beliau dengan istri-istri beliau, kita dapati bahwa beliau sangat
memperhatikan mereka, menanyakan keadaan mereka, dan mendekati mereka.
Tetapi beliau mengkhususkan Aisyah dengan perhatian lebih. Namun ini
bukan berarti beliau bersikap pilih kasih, tetapi karena untuk
menjaga kejiwaan Aisyah yang beliau nikahi ketika masih perawan dan karena
usianya yang masih muda.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau
menikahi Aisyah ketika masih gadis kecil yang belum mengenal seorang laki-laki
pun selain beliau. Kebutuhan wanita muda seperti ini terhadap laki-laki lebih
besar dibandingkan dengan wanita janda yang lebih tua dan telah berpengalaman.
Yang kami maksudkan dengan kebutuhan di sini bukan sekadar nafkah, pakaian, dan
hubungan biologis saja. Bahkan kebutuhan psikologis dan spiritualnya lebih
penting dan lebih dalam daripada semua itu. Karena itu, tidaklah
mengherankan jika kita lihat Nabi SAW selalu ingat aspek tersebut
dan senantiasa memberikan haknya serta tidak pernah melupakannya meskipun
tugas yang diembannya besar, seperti mengatur strategi dakwah, membangun
umat, dan menegakkan daulah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“Sungguh
pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang bagus bagi kamu.”<br />
</span></i><span style="font-size: 12pt;"><br />
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">—</span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-28444016281135237092015-08-30T04:20:00.003+01:002015-08-30T04:20:48.887+01:00PANDANGAN ULAMA DALAM BERJABAT TANGAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qAS78a7L_R6-iIV0y9_FgzU4dsDWwb1AN9Y7biC8yxOu4oqVWKNW2xs5InManlLj-aJph_dDewkSh94cydPnlDbARL4aQJVHdrd00isTnVIsdvxTXj9mJPSXRR9fLCmH8kZo7RmHYDUv/s1600/IMG_20141223_162320.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qAS78a7L_R6-iIV0y9_FgzU4dsDWwb1AN9Y7biC8yxOu4oqVWKNW2xs5InManlLj-aJph_dDewkSh94cydPnlDbARL4aQJVHdrd00isTnVIsdvxTXj9mJPSXRR9fLCmH8kZo7RmHYDUv/s320/IMG_20141223_162320.jpg" width="320" /></a><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebuah
persoalan yang sedang saya hadapi, dan sudah barang tentu juga dihadapi orang
lain, yaitu masalah berjabat tangan antara laki-laki dengan wanita, khususnya
terhadap kerabat yang bukan mahram saya, seperti anak paman atau anak bibi,
atau istri saudara ayah atau istri saudara ibu, atau saudara wanita istri saya,
atau wanita-wanita lainnya yang ada hubungan kekerabatan atau persemendaan
dengan saya. Lebih-lebih dalam momen-momen tertentu, seperti datang dari
bepergian, sembuh dari sakit, datang dari haji atau umrah, atau saat-saat
lainnya yang biasanya para kerabat, semenda, tetangga, dan teman-teman lantas
menemuinya dan bertahni’ah (mengucapkan selamat atasnya) dan berjabat tangan
antara yang satu dengan yang lain.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pertanyaan
saya, apakah ada nash Al-Qur’an atau As-Sunnah yang mengharamkan berjabat
tangan antara laki-laki dengan wanita, sementara sudah saya sebutkan banyak
motivasi kemasyarakatan atau kekeluargaan yang melatarinya, di samping ada rasa
saling percaya. Aman dari fitnah, dan jauh dari rangsangan syahwat. Sedangkan
kalau kita tidak mau berjabat tangan, maka mereka memandang kita orang-orang
beragama ini kuno dan terlalu ketat, merendahkan wanita, selalu berprasangka
buruk kepadanya, dan sebagainya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apabila ada
dalil syar’inya, maka kami akan menghormatinya dengan tidak ragu-ragu lagi, dan
tidak ada yang kami lakukan kecuali mendengar dan mematuhi, sebagai konsekuensi
keimanan kami kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan jika hanya semata-mata hasil
ijtihad fuqaha-fuqaha kita terdahulu, maka adakalanya fuqaha-fuqaha kita
sekarang boleh berbeda pendapat dengannya, apabila mereka mempunyai ijtihad
yang benar, dengan didasarkan pada tuntutan peraturan yang senantiasa berubah
dan kondisi kehidupan yang selalu berkembang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Karena itu,
saya menulis surat ini kepada Ustadz dengan harapan Ustadz berkenan membahasnya
sampai ke akar-akarnya berdasarkan Al-Qur’anul Karim dan Al-Hadits asy-Syarif.
Kalau ada dalil yang melarang sudah tentu kami akan berhenti; tetapi jika dalam
hal ini terdapat kelapangan, maka kami tidak mempersempit kelapangan-kelapangan
yang diberikan Allah kepada kami, lebih-lebih sangat diperlukan dan bisa
menimbulkan “bencana” kalau tidak dipenuhi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya
berharap kesibukan-kesibukan Ustadz yang banyak itu tidak menghalangi Ustadz
untuk menjawab surat saya ini, sebab – sebagaimana saya katakan di muka –
persoalan ini bukan persoalan saya seorang, tetapi mungkin persoalan
berjuta-juta orang seperti saya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Semoga Allah
melapangkan dada Ustadz untuk menjawab, dan memudahkan kesempatan bagi Ustadz
untuk menahkik masalah, dan mudah-mudahan Dia menjadikan Ustadz bermanfaat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><span style="font-size: 12pt;">Jawaban</span></b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak perlu
saya sembunyikan kepada saudara penanya bahwa masalah hukum berjabat tangan
antara laki-laki dengan perempuan – yang saudara tanyakan itu – merupakan
masalah yang amat penting, dan untuk menahkik hukumnya tidak bisa dilakukan
dengan seenaknya. Ia memerlukan kesungguhan dan pemikiran yang optimal dan
ilmiah sehingga si mufti harus bebas dari tekanan pikiran orang lain atau
pikiran yang telah diwarisi dari masa-masa lalu, apabila tidak didapati
acuannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga argumentasi-argumentasinya
dapat didiskusikan untuk memperoleh pendapat yang lebih kuat dan lebih
mendekati kebenaran menurut pandangan seorang faqih, yang di dalam
pembahasannya hanya mencari ridha Allah, bukan memperturutkan hawa nafsu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebelum
memasuki pembahasan dan diskusi ini, saya ingin mengeluarkan dua buah gambaran
dari lapangan perbedaan pendapat ini, yang saya percaya bahwa hukum kedua
gambaran itu tidak diperselisihkan oleh fuqaha-fuqaha terdahulu, menurut
pengetahuan saya. Kedua gambaran itu ialah:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pertama,
diharamkan</b> berjabat tangan dengan wanita apabila disertai dengan syahwat dan
taladzdzudz (berlezat-lezat) dari salah satu pihak, laki-laki atau wanita
(kalau keduanya dengan syahwat sudah barang tentu lebih terlarang lagi; penj.)
atau di belakang itu dikhawatirkan terjadinya fitnah, menurut dugaan yang kuat.
Ketetapan diambil berdasarkan pada hipotesis bahwa menutup jalan menuju
kerusakan itu adalah wajib, lebih-lebih jika telah tampak tanda-tandanya dan
tersedia sarananya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hal ini
diperkuat lagi oleh apa yang dikemukakan para ulama bahwa bersentuhan kulit
antara laki-laki dengannya – yang pada asalnya mubah itu – bisa berubah menjadi
haram apabila disertai dengan syahwat atau dikhawatirkan terjadinya fitnah,1
khususnya dengan anak perempuan si istri (anak tiri), atau saudara sepersusuan,
yang perasaan hatinya sudah barang tentu tidak sama dengan perasaan hati ibu
kandung, anak kandung, saudara wanita sendiri, bibi dari ayah atau ibu, dan
sebagainya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Kedua,
kemurahan (diperbolehkan) </b>berjabat tangan dengan wanita tua yang sudah tidak
punya gairah terhadap laki-laki, demikian pula dengan anak-anak kecil yang
belum mempunyai syahwat terhadap laki-laki, karena berjabat tangan dengan
mereka itu aman dari sebab-sebab fitnah. Begitu pula bila si laki-laki sudah
tua dan tidak punya gairah terhadap wanita.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hal ini
didasarkan pada riwayat dari Abu Bakar RA bahwa beliau pernah berjabat tangan
dengan beberapa orang wanita tua, dan Abdullah bin Zubair mengambil pembantu
wanita tua untuk merawatnya, maka wanita itu mengusapnya dengan tangannya dan
membersihkan kepalanya dari kutu.2<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hal ini
sudah ditunjukkan Al-Qur’an dalam membicarakan perempuan-perempuan tua yang
sudah berhenti (dari haid dan mengandung), dan tiada gairah terhadap laki-laki,
dimana mereka diberi keringanan dalam beberapa masalah pakaian yang tidak
diberikan kepada yang lain:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Dan
perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang
tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka
dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih
baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (an-Nur: 60)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dikecualikan
pula laki-laki yang tidak memiliki gairah terhadap wanita dan anak-anak kecil
yang belum muncul hasrat seksualnya. Mereka dikecualikan dari sasaran larangan
terhadap wanita-wanita mukminah dalam hal menampakkan perhiasannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“… Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka,
atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita …”(an-Nur: 31)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selain dua
kelompok yang disebutkan itulah yang menjadi tema pembicaraan dan pembahasan
serta memerlukan pengkajian dan tahkik.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Golongan
yang mewajibkan wanita menutup seluruh tubuhnya hingga wajah dan telapak
tangannya, dan tidak menjadikan wajah dan tangan ini sebagai yang dikecualikan
oleh ayat:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“… Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya
…” (an-Nur: 31)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bahkan
mereka menganggap bahwa perhiasan yang biasa tampak itu adalah pakaian luar
seperti baju panjang, mantel, dan sebagainya, atau yang tampak karena darurat
seperti tersingkap karena ditiup angin kencang dan sebagainya. Maka tidak
mengherankan lagi bahwa berjabat tangan antara laki-laki dengan wanita menurut
mereka adalah haram. Sebab, apabila kedua telapak tangan itu wajib ditutup maka
melihatnya adalah haram; dan apabila melihatnya saja haram, apa lagi
menyentuhnya. Sebab, menyentuh itu lebih berat daripada melihat, karena ia
lebih merangsang, sedangkan tidak ada jabat tangan tanpa bersentuhan kulit.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tetapi sudah
dikenal bahwa mereka yang berpendapat demikian adalah golongan minoritas,
sedangkan mayoritas fuqaha dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang
sesudah mereka berpendapat bahwa yang dikecualikan dalam ayat “kecuali yang
biasa tampak daripadanya” adalah wajah dan kedua (telapak) tangan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Maka apakah
dalil mereka untuk mengharamkan berjabat tangan yang tidak disertai syahwat?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebenarnya
saya telah berusaha mencari dalil yang memuaskan yang secara tegas menetapkan
demikian, tetapi tidak saya temukan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalil yang
terkuat dalam hal ini ialah menutup pintu fitnah (saddudz-dzari’ah), dan alasan
ini dapat diterima tanpa ragu-ragu lagi ketika syahwat tergerak, atau karena
takut fitnah bila telah tampak tanda-tandanya. Tetapi dalam kondisi aman – dan
ini sering terjadi – maka di manakah letak keharamannya?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebagian
ulama ada yang berdalil dengan sikap Nabi SAW yang tidak berjabat tangan dengan
perempuan ketika beliau membaiat mereka pada waktu penaklukan Mekah yang
terkenal itu, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Mumtahanah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tetapi ada
satu muqarrar (ketetapan) bahwa apabila Nabi SAW meninggalkan suatu urusan,
maka hal itu tidak menunjukkan – secara pasti – akan keharamannya. Adakalanya
beliau meninggalkan sesuatu karena haram, adakalanya karena makruh, adakalanya
hal itu kurang utama, dan adakalanya hanya semata-mata karena beliau tidak
berhasrat kepadanya, seperti beliau tidak memakan daging biawak padahal daging
itu mubah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kalau
begitu, sikap Nabi SAW tidak berjabat tangan dengan wanita itu tidak dapat
dijadikan dalil untuk menetapkan keharamannya, oleh karena itu harus ada dalil
lain bagi orang yang berpendapat demikian.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lebih dari
itu, bahwa masalah Nabi SAW tidak berjabat tangan dengan kaum wanita pada waktu
baiat itu belum disepakati, karena menurut riwayat Ummu Athiyah al-Anshariyah
RA bahwa Nabi SAW pernah berjabat tangan dengan wanita pada waktu baiat,
berbeda dengan riwayat dari Ummul Mukminin Aisyah RA dimana beliau mengingkari
hal itu dan bersumpah menyatakan tidak terjadinya jabat tangan itu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Imam Bukhari
meriwayatkan dalam shahihnya dari Aisyah bahwa Rasulullah saw.SAW menguji
wanita-wanita mukminah yang berhijrah dengan ayat ini, yaitu firman Allah:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Hai Nabi,
apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji
setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah; tidak
akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan
berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dengan kaki mereka3 dan
tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia
mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Mumtahanah: 12)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aisyah
berkata, “Maka barangsiapa di antara wanita-wanita beriman itu yang menerima
syarat tersebut, Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Aku telah membai’atmu –
dengan perkataan saja – dan demi Allah tangan beliau sama sekali tidak
menyentuh tangan wanita dalam baiat itu; beliau tidak membaiat mereka melainkan
dengan mengucapkan, ‘Aku telah membai’atmu tentang hal itu.'” 4<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam
mensyarah perkataan Aisyah “Tidak, demi Allah …,” al-Hafizh Ibnu Hajar berkata
dalam Fathul Bari sebagai berikut: Perkataan itu berupa sumpah untuk menguatkan
berita, dan dengan perkataannya itu seakan-akan Aisyah hendak menyangkal berita
yang diriwayatkan dari Ummu Athiyah. Menurut riwayat Ibnu Hibban, al-Bazzar,
ath-Thabari, dan Ibnu Mardawaih, dari (jalan) Ismail bin Abdurrahman dari
neneknya, Ummu Athiyah, mengenai kisah baiat, Ummu Athiyah berkata:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Lalu
Rasulullah SAW mengulurkan tangannya dari luar rumah dan kami mengulurkan
tangan kami dari dalam rumah, kemudian beliau berucap, ‘Ya Allah,
saksikanlah.'”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Demikian
pula hadits sesudahnya – yakni sesudah hadits yang tersebut dalam al-Bukhari –
dimana Aisyah mengatakan:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Seorang
wanita menahan tangannya”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Memberi
kesan seolah-olah mereka melakukan baiat dengan tangan mereka.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Al-Hafizh
(Ibnu Hajar) berkata: “Untuk yang pertama itu dapat diberi jawaban bahwa
mengulurkan tangan dari balik hijab mengisyaratkan telah terjadinya baiat
meskipun tidak sampai berjabat tangan… Adapun untuk yang kedua, yang dimaksud
dengan menggenggam tangan itu ialah menariknya sebelum bersentuhan… Atau baiat
itu terjadi dengan menggunakan lapis tangan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Abu Daud
meriwayatkan dalam al-Marasil dari asy-Sya’bi bahwa Nabi SAW ketika membaiat
kaum wanita beliau membawa kain selimut bergaris dari Qatar lalu beliau
meletakkannya di atas tangan beliau, seraya berkata,<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Aku tidak
berjabat dengan wanita.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam
Maghazi Ibnu Ishaq disebutkan bahwa Nabi SAW memasukkan tangannya ke dalam
bejana dan wanita itu juga memasukkan tangannya bersama beliau.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ibnu Hajar
berkata: “Dan boleh jadi berulang-ulang, yakni peristiwa baiat itu terjadi
lebih dari satu kali, di antaranya ialah baiat yang terjadi di mana beliau
tidak menyentuh tangan wanita sama sekali, baik dengan menggunakan lapis maupun
tidak, beliau membaiat hanya dengan perkataan saja, dan inilah yang
diriwayatkan oleh Aisyah. Dan pada kesempatan yang lain beliau tidak berjabat
tangan dengan wanita dengan menggunakan lapis, dan inilah yang diriwayatkan
oleh asy-Sya’bi.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di antaranya
lagi ialah dalam bentuk seperti yang disebutkan Ibnu Ishaq, yaitu memasukkan
tangan ke dalam bejana. Dan ada lagi dalam bentuk seperti yang ditunjukkan oleh
perkataan Ummu Athiyah, yaitu berjabat tangan secara langsung.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di antara alasan
yang memperkuat kemungkinan berulang-ulangnya baiat itu ialah bahwa Aisyah
membicarakan baiat wanita-wanita mukminah yang berhijrah setelah terjadinya
peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, sedangkan Ummu Athiyah – secara lahiriah –
membicarakan yang lebih umum daripada itu dan meliputi baiat wanita mukminah
secara umum, termasuk di dalamnya wanita-wanita Anshar seperti Ummu Athiyah si
perawi hadits. Karena itu, Imam Bukhari memasukkan hadits Aisyah di bawah bab
“Idzaa Jaa aka al-Mu’minaat Muhaajiraat,” sedangkan hadits Ummu Athiyah
dimasukkan dalam bab “Idzaa Jaa aka al- Mu’minaat Yubaayi’naka.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Maksud
pengutipan semua ini ialah bahwa apa yang dijadikan acuan oleh kebanyakan orang
yang mengharamkan berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan – yaitu bahwa
Nabi SAW tidak berjabat tangan dengan wanita – belumlah disepakati. Tidak
seperti sangkaan orang-orang yang tidak merujuk kepada sumber-sumber aslinya.
Masalah ini bahkan masih diperselisihkan sebagaimana yang telah saya kemukakan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebagian
ulama sekarang ada yang mengharamkan berjabat tangan dengan wanita dengan
mengambil dalil riwayat Thabrani dan Baihaqi dari Ma’qil bin Yasar dari Nabi
SAW, beliau bersabda:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Sesungguhnya
ditusuknya kepala salah seorang di antara kamu dengan jarum besi itu lebih baik
daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”5<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pengambilan hadits di atas sebagai
dalil:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">1. Bahwa
imam-imam ahli hadits tidak menyatakan secara jelas akan keshahihan hadits
tersebut, hanya orang-orang seperti al-Mundziri dan al-Haitsami yang
mengatakan, “Perawi-perawinya adalah perawi-perawi kepercayaan atau
perawi-perawi shahih.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Perkataan
seperti ini saja tidak cukup untuk menetapkan keshahihan hadits tersebut,
karena masih ada kemungkinan terputus jalan periwayatannya (inqitha’) atau
terdapat ‘illat (cacat) yang samar. Karena itu, hadits ini tidak diriwayatkan
oleh seorang pun dari penyusun kitab-kitab yang masyhur, sebagaimana tidak ada
seorang pun fuqaha terdahulu yang menjadikannya sebagai dasar untuk
mengharamkan berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan dan sebagainya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">2. Fuqaha
Hanafiyah dan sebagian fuqaha Malikiyah mengatakan bahwa pengharaman itu tidak
dapat ditetapkan kecuali dengan dalil qath’i yang tidak ada kesamaran padanya,
seperti Al-Qur’anul Karim serta hadits-hadits mutawatir dan masyhur. Adapun
jika ketetapan atau keshahihannya sendiri masih ada kesamaran, maka hal itu
tidak lain hanyalah menunjukkan hukum makruh, seperti hadits-hadits ahad yang
shahih. Maka bagaimana lagi dengan hadits yang diragukan keshahihannya?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">3. Andaikata
kita terima bahwa hadits itu shahih dan dapat digunakan untuk mengharamkan
suatu masalah, maka saya dapati petunjuknya tidak jelas. Kalimat “menyentuh
kulit wanita yang tidak halal baginya” itu tidak dimaksudkan semata-mata
bersentuhan kulit dengan kulit tanpa syahwat, sebagaimana yang biasa terjadi
dalam berjabat tangan. Bahkan kata-kata al-mass (massa – yamassu – mass:
menyentuh) cukup digunakan dalam nash-nash syar’iyah seperti Al-Qur’an dan
As-Sunnah dengan salah satu dari dua pengertian, yaitu:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">a. Bahwa ia
merupakan kinayah (kiasan) dari hubungan biologis (jima’) sebagaimana
diriwayatkan Ibnu Abbas dalam menafsirkan firman Allah: “Laamastum an-Nisat”
(Kamu menyentuh wanita). Ibnu Abbas berkata, “Lafal al-lams, al-mulaamasah, dan
al-mass dalam Al-Qur’an dipakai sebagai kiasan untuk jima’ (hubungan seksual).
Secara umum, ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan kata al-mass menunjukkan arti
seperti itu dengan jelas, seperti firman Allah yang diucapkan Maryam:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Betapa
mungkin aku akan mempunyai anak padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-laki pun …” (Ali Imran: 47)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Jika kamu
menceraikan istri-istrimu sebelum kamu menyentuh mereka…” (al-Baqarah: 237)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam hadits
diceritakan bahwa Nabi SAW mendekati istri-istrinya tanpa menyentuhnya….<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">b. Bahwa
yang dimaksud ialah tindakan-tindakan di bawah kategori jima’, seperti mencium,
memeluk, merangkul, dan lain-lain yang merupakan pendahuluan bagi jima’
(hubungan seksual). Ini diriwayatkan oleh sebagian ulama salaf dalam
menafsirkan makna kata mulaamasah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Al-Hakim
mengatakan dalam “Kitab ath-Thaharah” dalam al-Mustadrak ‘al a ash-Shahihaini
sebagai berikut:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Imam Bukhari
dan Muslim telah sepakat mengeluarkan hadits-hadits yang berserakan dalam dua
musnad yang shahih yang menunjukkan bahwa al-mass itu berarti sesuatu
(tindakan) di bawah jima':<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(1) Di
antaranya hadits Abu Hurairah:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Tangan,
zinanya ialah menyentuh…”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(2) Hadits
Ibnu Abbas:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Barangkali
engkau menyentuhnya…?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(3) Hadits
lbnu Mas’ud:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Dan
dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)…”6<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Al-Hakim
berkata, “Dan masih ada beberapa hadits shahih pada mereka (Bukhari dan Muslim)
mengenai tafsir dan lainnya …” Kemudian al-Hakim menyebutkan di antaranya:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(4) Dari
Aisyah, ia berkata:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Sedikit
sekali hari (berlalu) kecuali Rasulullah SAW mengelilingi kami semua – yakni
istri-istrinya – lalu beliau mencium dan menyentuh yang derajatnya di bawah
jima’. Maka apabila beliau tiba di rumah istri yang waktu giliran beliau di
situ, beliau menetap di situ.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(5) Dari
Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Au laamastum an-nisa” (atau kamu menyentuh
wanita) ialah tindakan di bawah jima’, dan untuk ini wajib wudhu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(6) Dan dari
Umar, ia berkata, “Sesungguhnya mencium itu termasuk al-lams, oleh sebab itu
berwudhulah karenanya.”7<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berdasarkan
nash-nash yang telah disebutkan itu, maka mazhab Maliki dan mazhab Ahmad
berpendapat bahwa menyentuh wanita yang membatalkan wudhu itu ialah yang
disertai dengan syahwat. Dan dengan pengertian seperti inilah mereka
menafsirkan firman Allah, “au laamastum an-nisa'” (atau kamu menyentuh wanita).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Karena itu,
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Fatawa-nya melemahkan pendapat orang yang
menafsirkan lafal “mulaamasah” atau “al-lams” dalam ayat tersebut dengan
semata-mata bersentuhan kulit walaupun tanpa syahwat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di antara
yang beliau katakan mengenai masalah ini seperti berikut:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adapun
menggantungkan batalnya wudhu dengan menyentuh semata-mata (persentuhan kulit,
tanpa syahwat), maka hal ini bertentangan dengan ushul, bertentangan dengan
ijma’ sahabat, bertentangan dengan atsar, serta tidak ada nash dan qiyas bagi
yang berpendapat begitu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apabila
lafal al-lams (menyentuh) dalam firman Allah (atau jika kamu menyentuh wanita
…) itu dimaksudkan untuk menyentuh dengan tangan atau mencium dan sebagainya –
seperti yang dikatakan Ibnu Umar dan lainnya – maka sudah dimengerti bahwa
ketika hal itu disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang dimaksud ialah
yang dilakukan dengan bersyahwat, seperti firman Allah dalam ayat i’tikaf: “…
Dan janganlah kamu me-mubasyarah mereka ketika kamu sedang i’tikaf dalam
masjid…” (al-Baqarah: 187)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mubasyarah
(memeluk) bagi orang yang sedang i’tikaf dengan tidak bersyahwat itu tidak
diharamkan, berbeda dengan memeluk yang disertai syahwat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Demikian
pula firman Allah: “Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu menyentuh
mereka …” (al-Baqarah: 237). Atau dalam ayat sebelumnya disebutkan: “Tidak ada
kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu
sebelum kamu menyentuh mereka …” (al-Baqarah: 236).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Karena
seandainya si suami hanya menyentuhnya dengan sentuhan biasa tanpa syahwat,
maka tidak wajib iddah dan tidak wajib membayar mahar secara utuh serta tidak
menjadikan mahram karena persemendaan menurut kesepakatan ulama.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Barangsiapa
menganggap bahwa lafal au laamastum an-nisa’ mencakup sentuhan biasa meskipun
tidak dengan bersyahwat, maka ia telah menyimpang dari bahasa Al-Qur’an, bahkan
menyimpang dari bahasa manusia sebagaimana yang sudah dikenal. Sebab, jika
disebutkan lafal al-mass (menyentuh) yang diiringi dengan laki-laki dan
perempuan, maka tahulah dia bahwa yang dimaksud ialah menyentuh dengan
bersyahwat, sebagaimana bila disebutkan lafal al-wath’u (yang asal artinya
“menginjak”) yang diikuti dengan kata-kata laki-laki dan perempuan, maka
tahulah ia bahwa yang dimaksud ialah al-wath’u dengan kemaluan (yakni
bersetubuh), bukan menginjak dengan kaki.”8<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di tempat
lain lbnu Taimiyah menyebutkan bahwa para sahabat berbeda pendapat mengenai
maksud firman Allah au laamastum annisa’. Ibnu Abbas dan segolongan sahabat
berpendapat bahwa yang dimaksud ialah jima’. Dan mereka berkata, “Allah itu
Pemalu dan Maha Mulia. Ia membuat kinayah untuk sesuatu sesuai dengan yang Ia
kehendaki.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Beliau
berkata, “Ini yang lebih tepat di antara kedua pendapat tersebut.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bangsa Arab
dan Mawali juga berbeda pendapat mengenai makna kata al-lams, apakah ia berarti
jima’ atau tindakan di bawah jima’. Bangsa Arab mengatakan, yang dimaksud
adalah jima’. Sedangkan Mawali (bekas-bekas budak yang telah dimerdekakan)
berkata: yang dimaksud ialah tindakan di bawah jima’ (pra-hubungan biologis).
Lalu mereka meminta keputusan kepada Ibnu Abbas, lantas Ibnu Abbas membenarkan
bangsa Arab dan menyalahkan Mawali.9<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Maksud
dikutipnya semua ini ialah untuk kita ketahui bahwa kata-kata al-mass atau
al-lams ketika digunakan dalam konteks laki-laki dan perempuan tidaklah
dimaksudkan dengan semata-mata bersentuhan kulit biasa, tetapi yang dimaksud
ialah mungkin jima’ (hubungan seks) atau pendahuluannya seperti mencium, memeluk,
dan sebagainya yang merupakan sentuhan disertai syahwat dan kelezatan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kalau kita
perhatikan riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW, niscaya kita jumpai sesuatu
yang menunjukkan bahwa semata-mata bersentuhan tangan antara laki-laki dengan
perempuan tanpa disertai syahwat dan tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah
tidaklah terlarang, bahkan pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, sedangkan pada
dasarnya perbuatan Nabi SAW itu adalah tasyri’ dan untuk diteladani:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu…”
(al-Ahzab: 21)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Imam Bukhari
meriwayatkan dalam Shahih-nya pada “Kitab al-Adab” dari Anas bin Malik RA, ia
berkata:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Sesungguhnya
seorang budak wanita di antara budak-budak penduduk Madinah memegang tangan
Rasulullah SAW, lalu membawanya pergi ke mana ia suka.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam
riwayat Imam Ahmad dari Anas juga, ia berkata:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Sesungguhnya
seorang budak perempuan dari budak-budak penduduk Madinah datang, lalu ia
memegang tangan Rasulullah SAW, maka beliau tidak melepaskan tangan beliau dari
tangannya sehingga dia membawanya pergi ke mana ia suka.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ibnu Majah
juga meriwayatkan hal demikian.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Al-Hafizh
Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul Bari:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Yang
dimaksud dengan memegang tangan di sini ialah kelazimannya, yaitu kasih sayang
dan ketundukan, dan ini meliputi bermacam-macam kesungguhan dalam tawadhu’,
karena disebutkannya perempuan bukan laki-laki, dan disebutkannya budak bukan
orang merdeka, digunakannya kata-kata umum dengan lafal al-imaa’ (budak-budak
perempuan), yakni budak perempuan yang mana pun, dan dengan perkataan haitsu
syaa’at (ke mana saja ia suka), yakni ke tempat mana saja. Dan ungkapan dengan
“mengambil/memegang tangannya” itu menunjukkan apa saja yang dilakukannya,
sehingga meskipun si budak perempuan itu ingin pergi ke luar kota Madinah dan
dia meminta kepada beliau untuk membantu memenuhi keperluannya itu niscaya
beliau akan membantunya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ini
merupakan dalil yang menunjukkan betapa tawadhu’nya Rasulullah SAW dan betapa
bersihnya beliau dari sikap sombong.”10<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apa yang dikemukakan
oleh Ibnu Hajar itu secara garis besar dapat diterima, tetapi beliau
memalingkan makna memegang tangan dari makna lahiriahnya kepada kelazimannya
yang berupa kasih sayang dan ketundukan, tidak dapat diterima, karena makna
lahir dan kelaziman itu adalah dua hal yang dimaksudkan secara bersama-sama,
dan pada asalnya perkataan itu harus diartikan menurut lahirnya, kecuali jika
ada dalil atau indikasi tertentu yang memalingkannya dari makna lahir.
Sedangkan dalam hal ini saya tidak menjumpai faktor yang mencegah atau melarang
dipakainya makna lahir itu, bahkan riwayat Imam Ahmad yang menyebutkan “maka
beliau tidak melepaskan tangan beliau dari tangannya sehingga ia membawa beliau
pergi ke mana saja ia suka” menunjukkan dengan jelas bahwa makna lahir itulah
yang dimaksud. Sungguh termasuk memberat-beratkan diri dan perbuatan
serampangan jika keluar dari makna lahir ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lebih banyak
dan lebih mengena lagi apa yang diriwayatkan dalam Shahihain dan kitab-kitab
Sunan dari Anas “bahwa Nabi SAW tidur siang hari di rumah bibi Anas yang
bernama Ummu Haram binti Milhan istri Ubadah bin Shamit, dan beliau tidur di
sisi Ummu Haram dengan meletakkan kepala beliau di pangkuan Ummu Haram, dan
Ummu Haram membersihkan kepala beliau dari kutu …”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ibnu Hajar
dalam menjelaskan hadits ini mengatakan, “Hadits ini memperbolehkan tamu tidur
siang di rumah orang lain (yakni tuan rumah) dengan memenuhi persyaratannya,
seperti dengan adanya izin dan aman dari fitnah, dan bolehnya wanita asing
(bukan istri) melayani tamu dengan menghidangkan makanan, menyediakan
keperluannya, dan sebagainya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hadits ini
juga memperbolehkan wanita melayani tamunya dengan membersihkan kutu kepalanya.
Tetapi hal ini menimbulkan kemusykilan bagi sejumlah orang. Maka Ibnu Abdil
Barr berkata, “Saya kira Ummu Haram itu dahulunya menyusui Rasulullah SAW
(waktu kecil), atau saudaranya yaitu Ummu Sulaim, sehingga masing-masing
berkedudukan “sebagai ibu susuan” atau bibi susuan bagi Rasulullah SAW. Karena
itu, beliau tidur di sisinya, dan dia lakukan terhadap Rasulullah apa yang
layak dilakukan oleh mahram.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selanjutnya
Ibnu Abdil Barr membawakan riwayat dengan sanadnya yang menunjukkan bahwa Ummu
Haram mempunyai hubungan mahram dengan Rasul dari jurusan bibi (saudara
ibunya), sebab ibu Abdul Muthalib, kakek Nabi, adalah dari Bani Najjar …<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang lain
lagi berkata, “Nabi SAW itu maksum (terpelihara dari dosa dan kesalahan).
Beliau mampu mengendalikan hasratnya terhadap istrinya, maka betapa lagi
terhadap wanita lain mengenai hal-hal yang beliau disucikan daripadanya? Beliau
suci dari perbuatan-perbuatan buruk dan perkataan-perkataan kotor, dan ini
termasuk kekhususan beliau.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tetapi
pendapat ini disangkal oleh al-Qadhi ‘Iyadh dengan argumentasi bahwa kekhususan
itu tidak dapat ditetapkan dengan sesuatu yang bersifat kemungkinan. Tetapnya
kemaksuman beliau memang dapat diterima, tetapi pada dasarnya tidak ada
kekhususan dan boleh meneladani beliau dalam semua tindakan beliau, sehingga
ada dalil yang menunjukkan kekhususannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Al-Hafizh
ad-Dimyati mengemukakan sanggahan yang lebih keras lagi terhadap orang yang </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">mengatakan kemungkinan pertama, yaitu anggapan tentang adanya hubungan
kemahraman antara Nabi SAW dengan Ummu Haram. Beliau berkata:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Mengigau
orang yang menganggap Ummu Haram sebagai salah seorang bibi Nabi SAW, baik bibi
susuan maupun bibi nasab. Sudah dimaklumi, orang-orang yang menyusukan beliau
tidak ada seorang pun di antara mereka yang berasal dari wanita Anshar selain
Ummu Abdil Muthalib, yaitu Salma binti Amr bin Zaid bin Lubaid bin Hirasy bin
Amir bin Ghanam bin Adi bin an-Najjar; dan Ummu Haram adalah binti Milhan bin
Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir tersebut. Maka nasab Ummu Haram
tidak bertemu dengan nasab Salma kecuali pada Amir bin Ghanam, kakek mereka
yang sudah jauh ke atas. Dan hubungan bibi (yang jauh) ini tidak menetapkan
kemahraman, sebab ini adalah bibi majazi, seperti perkataan Nabi SAW terhadap
Sa’ad bin Abi Waqash, “Ini pamanku” karena Sa’ad dari Bani Zahrah, kerabat ibu
beliau Aminah, sedangkan Sa’ad bukan saudara Aminah, baik nasab maupun susuan.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selanjutnya
beliau (Dimyati) berkata, “Apabila sudah tetap yang demikian, maka terdapat
riwayat dalam ash-Shahih yang menceritakan bahwa Nabi SAW tidak pernah masuk ke
tempat wanita selain istri-istri beliau, kecuali kepada Ummu Sulaim. Lalu
beliau ditanya mengenai masalah itu, dan beliau menjawab, ‘Saya kasihan
kepadanya, saudaranya terbunuh dalam peperangan bersama saya.’ Yakni Haram bin
Milhan, yang terbunuh pada waktu peperangan Bi’r Ma’unah.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apabila
hadits ini mengkhususkan pengecualian untuk Ummu Sulaim, maka demikian pula
halnya dengan Ummu Haram tersebut. Karena keduanya adalah bersaudara dan hidup
di dalam satu rumah, sedangkan Haram bin Milhan adalah saudara mereka berdua.
Maka ‘illat (hukumnya) adalah sama di antara keduanya, sebagaimana dikemukakan
oleh Ibnu Hajar.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dan
ditambahkan pula kepada ‘illat tersebut bahwa Ummu Sulaim adalah ibu Anas,
pelayan Nabi SAW, sedangkan telah berlaku kebiasaan pergaulan antara pelayan,
yang dilayani, serta keluarganya, serta ditiadakan kekhawatiran yang terjadi di
antara orang-orang luar.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kemudian
ad-Dimyati berkata, “Tetapi hadits itu tidak menunjukkan terjadinya khalwat
antara Nabi SAW dengan Ummu Haram, kemungkinan pada waktu itu disertai oleh
anak, pembantu, suami, atau pendamping.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ibnu Hajar
berkata, “Ini merupakan kemungkinan yang kuat, tetapi masih belum dapat
menghilangkan kemusykilan dari asalnya, karena masih adanya mulamasah
(persentuhan) dalam membersihkan kutu kepala, demikian pula tidur di pangkuan.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Al-Hafizh
berkata, “Sebaik-baik jawaban mengenai masalah ini ialah dengan menganggapnya
sebagai kekhususan, dan hal ini tidak dapat ditolak oleh keberadaannya yang
tidak ditetapkan kecuali dengan dalil, karena dalil mengenai hal ini sudah
jelas.”11<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tetapi saya
tidak tahu mana dalilnya ini, samar-samar ataukah jelas?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setelah
memperhatikan riwayat-riwayat tersebut, maka yang mantap dalam hati saya adalah
bahwa semata-mata bersentuhan kulit tidaklah haram. Apabila didapati
sebab-sebab yang menjadikan percampuran (pergaulan) seperti yang terjadi antara
Nabi SAW dengan Ummu Haram dan Ummu Sulaim serta aman dari fitnah bagi kedua
belah pihak, maka tidak mengapalah berjabat tangan antara laki-laki dengan
perempuan ketika diperlukan, seperti ketika datang dari perjalanan jauh,
seorang kerabat laki-laki berkunjung kepada kerabat wanita yang bukan mahramnya
atau sebaliknya, seperti anak perempuan paman atau anak perempuan bibi baik
dari pihak ibu maupun dari pihak ayah, atau istri paman, dan sebagainya,
lebih-lebih jika pertemuan itu setelah lama tidak berjumpa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam
menutup pembahasan ini ada dua hal yang perlu saya tekankan:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pertama,
bahwa berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan itu hanya diperbolehkan
apabila tidak disertai dengan syahwat serta aman dari fitnah. Apabila
dikhawatirkan terjadi fitnah terhadap salah satunya, atau disertai syahwat dan
taladzdzudz (berlezat-lezat) dari salah satunya (apa lagi keduanya; penj.) maka
keharaman berjabat tangan tidak diragukan lagi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bahkan
seandainya kedua syarat ini tidak terpenuhi – yaitu tiadanya syahwat dan aman
dari fitnah – meskipun jabatan tangan itu antara seseorang dengan mahramnya
seperti bibinya, saudara sesusuan, anak tirinya, ibu tirinya, mertuanya, atau
lainnya, maka berjabat tangan pada kondisi seperti itu adalah haram.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bahkan
berjabat tangan dengan anak yang masih kecil pun haram hukumnya jika kedua
syarat itu tidak terpenuhi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kedua,
hendaklah berjabat tangan itu sebatas ada kebutuhan saja, seperti yang
disebutkan dalam pertanyaan di atas, yaitu dengan kerabat atau semenda (besan)
yang terjadi hubungan yang erat dan akrab di antara mereka; dan tidak baik hal
ini diperluas kepada orang lain, demi membendung pintu kerusakan, menjauhi
syubhat, mengambil sikap hati-hati, dan meneladani Nabi SAW – tidak ada riwayat
kuat yang menyebutkan bahwa beliau pernah berjabat tangan dengan wanita lain
(bukan kerabat atau tidak mempunyai hubungan yang erat).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dan yang
lebih utama bagi seorang muslim atau muslimah – yang komitmen pada agamanya –
ialah tidak memulai berjabat tangan dengan lain jenis. Tetapi, apabila diajak
berjabat tangan barulah ia menjabat tangannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya
tetapkan keputusan ini untuk dilaksanakan oleh orang yang memerlukannya tanpa
merasa telah mengabaikan agamanya, dan bagi orang yang telah mengetahui tidak
usah mengingkarinya selama masih ada kemungkinan untuk berijtihad.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Wallahu
a’lam.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(hdn)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">Maraji':
Yusuf Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer.</span></i><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">—<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><span style="font-size: 12pt;">Catatan
kaki:</span></b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">1 Lihat
al-Ikhtiar li Mukhtar fi Fiqhil Hanafyah, 4: 155.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">2 Ibid., 4:
156-157<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">3 Perbuatan
yang mereka ada-adakan antara tangan dengan kaki mereka itu maksudnya ialah
mengadakan pengakuan-pengakuan palsu mengenai hubungan antara laki-laki dengan
wanita seperti tuduhan berzina, tuduhan bahwa anak si Fulan bukan anak
suaminya, dan sebagainya. (Al-Qur’an dan Terjemahannya, catatan kaki nomor
1473; penj.)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">4 HR Bukhari
dalam shahihnya, dalam “Kitab Tafsir Surat al-Mumtahanah,” Bab “Idzaa Jaa’aka
al-Mu’minaatu Muhaajiraat.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">5
Al-Mundziri berkata dalam at-Targhib: “Perawi-perawi Thabrani adalah
orang-orang tepercaya, perawi-perawi yang shahih.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">6 Beliau
(al-Hakim) mengisyaratkan kepada riwayat asy-Syaikhani dan lainnya dan hadits
Ibnu Maswud, dan dalam sebagian riwayat-riwayatnya: Bahwa seorang laki-laki
datang kepada Nabi SAW Lalu dia mengatakan bahwa dia telah berbuat sesuatu
terhadap wanita, mungkin menciumnya, menyentuh dengan tangannya, atau perbuatan
lainnya, seakan-akan ia menanyakan kafaratnya. Lalu Allah menurunkan ayat (yang
artinya), “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bagian permulaan dari malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk…” (Hud: 114) (HR
Muslim dengan lafal ini dalam “Kitab at-Taubah,” nomor 40)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">7 Lihat,
al-Mustadrak, 1: 135.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">8 Majmu’
Fatawa, Ibnu Taimiyah, terbitan ar-Riyadh, jilid 21, hlm. 223-224.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">9 Ibid.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">10 Fathul
Bari, juz 13.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">11 Fathul
Bari 13: 230-231. Dengan beberapa perubahan susunan redaksional</span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">dikutip dari dakwatunah.com</span></span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-38899202192544764852014-09-11T02:51:00.002+01:002014-09-11T02:51:32.811+01:00POSISI PP 48 TAHUN 2014<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Agama.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="bannersinglecontent" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; float: left; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 20px; margin-right: 20px;">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-7397388015898156" data-ad-slot="7480637506" data-adsbygoogle-status="done" style="box-sizing: border-box; display: inline-block; height: 600px; width: 120px;"><ins id="aswift_1_expand" style="background-color: transparent; border: none; box-sizing: border-box; display: inline-table; height: 600px; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; visibility: visible; width: 120px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="background-color: transparent; border: none; box-sizing: border-box; display: block; height: 600px; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; visibility: visible; width: 120px;"><iframe allowfullscreen="true" allowtransparency="true" frameborder="0" height="600" hspace="0" id="aswift_1" marginheight="0" marginwidth="0" name="aswift_1" scrolling="no" style="box-sizing: border-box; left: 0px; position: absolute; top: 0px;" vspace="0" width="120"></iframe></ins></ins></ins></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi7CUVjU14IfMvCXpnPaQwWPEOtpb2SDxD9wkuHnEifO1jcvglDnZi5e1c6gj9z6nqjdkCh8vCFD_VRlyKdymbpBxcQzUhaVz3LAbTxMQ5t-4sfBlGHnzZu7f3vgiD3CTdKGKRIu5V2nsj/s1600/993547_1382114215377860_370401386_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi7CUVjU14IfMvCXpnPaQwWPEOtpb2SDxD9wkuHnEifO1jcvglDnZi5e1c6gj9z6nqjdkCh8vCFD_VRlyKdymbpBxcQzUhaVz3LAbTxMQ5t-4sfBlGHnzZu7f3vgiD3CTdKGKRIu5V2nsj/s1600/993547_1382114215377860_370401386_n.jpg" height="229" width="320" /></a>Penandatanganan itu dilakukan sebagai upaya untuk memberikan peningkatan pelayanan pencatatan nikah atau rujuk di Kantor Urusan Agama. Dalam PP baru tersebut diatur, bahwa setiap warga negara yang melaksanakan nikah atau rujuk di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan atau di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan tidak dikenakan biaya pencatatan nikah atau rujuk.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
“Dalam hal nikah atau rujuk dilaksanakan di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan dikenakan biaya transportasi dan jasa profesi sebagai penerimaan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan,” bunyi Pasal 6 Ayat (2) PP tersebut, seperti dimuat situs Setkab, Rabu (9/7/2014).</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Adapun terhadap warga negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan, menurut PP ini, dapat dikenakan tarif Rp 0 (nol rupiah) atau gratis.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 ini juga mengubah ketentuan mengenai Lampiran angka II penerimaan dari Kantor Urusan Agama diubah menjadi: II. Penerimaan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan per peristiwa nikah atau rujuk adalah Rp 600.000.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
“Peraturan Pemerintah ini berlaku setelah 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan,” bunyi Pasal II PP yang diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin pada 27 Juni 2014 itu.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Sementara itu, seperti dikutip dari laman Kementrian Agama, Irjen Kemenag M. Jasin menjelaskan dasar acuan pendistribusian biaya nikah di luar kantor KUA akan diatur dalam 4 (empat) tipologi mapping wilayah berdasarkan jumlah peristiwa nikah. Empat tipologi dimaksud terdiri dari:</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
<strong style="box-sizing: border-box;">Tipologi A</strong>: peristiwa nikah di atas 100 per bulan. Diperkirakan terdapat di 208 KUA dengan jumlah peristiwa nikah/tahun sebanyak 274.608 dan unit cost per peristiwa Rp235.000 (Rp110.000 biaya transpor dan Rp125.000 biaya profesi).</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
<strong style="box-sizing: border-box;">Tipologi B:</strong> peristiwa nikah 50–99 per bulan. Diperkirakan terdapat di 1.048 KUA dengan jumlah peristiwa nikah/tahun sebanyak 775.364 dan unit cost per peristiwa Rp260.000 (Rp110.000 biaya transpor dan Rp150.000 biaya profesi).</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
<strong style="box-sizing: border-box;">Tipologi C:</strong> peristiwa nikah 0–49 per bulan. Diperkirakan terdapat di 3.827 KUA dengan jumlah peristiwa nikah/tahun sebanyak 1.044.588 dan unit cost per peristiwa Rp310.000 (Rp110.000 biaya transpor dan Rp200.000 biaya profesi).</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
<strong style="box-sizing: border-box;">Tipologi D</strong> yang terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, Tipologi D-1: peristiwa nikah 0 – 49 per bulan dan KUA berlokasi di daerah terpencil atau daerah perbatasan. Diperkirakan terdapat di 149 KUA dengan jumlah peristiwa nikah/tahun sebanyak 29.229 dan unit cost per peristiwa Rp1.250.000 (Rp750.000 biaya transpor dan Rp500.000 biaya profesi);</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Kedua, Tipologi D-2: peristiwa nikah 0–49 per bulan dan KUA berlokasi di daerah terluar dan terdalam dan/atau membutuhkan transportasi khusus. Diperkirakan terdapat di 150 KUA dengan jumlah peristiwa nikah/tahun sebanyak 30.000 dan unit cost per peristiwa Rp1.500.000 (Rp1.000.000 biaya transpor dan Rp500.000 biaya profesi);</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
“Dengan total peristiwa nikah per tahun mencapai 2.153.759, anggaran yang dibutuhkan untuk biaya transportasi dan jasa profesi penghulu mencapai Rp671,5 miliar,” papar Jasin.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Selain itu, PMA ini juga mengatur honor pembantu petugas pencatat nikah sebesar Rp200.000 per bulan untuk 25.188 orang di pulau Jawa dan Rp250.000 per bulan untuk 35.789 orang di luar pulau Jawa.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Adapun komponen biaya lainnya yang akan diatur dalam PMA ini adalah biaya bimbingan/pembinaan perkawinan, manajemen, dan monitoring.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px; text-align: left;">
Jasin menegaskan bahwa setelah PP dan PMA yang mengatur biaya nikah ini diberlakukan, maka jangan ada lagi penghulu yang menerima gratifikasi. Menurutnya, penghulu yang menerima gratifikasi dari masyarakat harus melaporkan penerimaan itu ke KPK.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px;">
Bila tidak lapor, lanjut Jasin, maka penghulu tersebut akan mendapat sanksi hukum yang berat sebagaimana diatur dalam pasal 12 B, UU No 31 1999 jo UU No. 20 tahun 2001.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-bottom: 10px;">
“Ancaman hukumannya 20 tahun penjara/seumur hidup, denda 1 milyar rupiah, sekurang-kurangnya Rp250 juta,” terang Jasin</div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-29102890214351360422014-09-11T02:28:00.000+01:002014-09-11T02:28:20.072+01:00PERGAULAN SUAMI ISTRI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Syariat
mewajibkan kepada suami untuk memenuhi kebutuhan istrinya yang berupa
kebutuhan material seperti nafkah, pakaian, tempat tinggal, pengobatan dan
sebagainya, sesuai dengan kondisi masing-masing, atau seperti yang dikatakan
oleh Al-Qur’an “bil ma’ruf” (menurut cara yang ma’ruf/patut).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyQtao7OAXKjGTmlUiHonaHRh5gaGl5iiDqaLYLcEjXMO6hdoM5Lhyphenhyphen4Fqd8mUKqf3bfWWTW0y15nOUVwtGucDsiq4DVmXY9c6Wiu32vEMt6MenB0QywDr5jKZ87min3VOWjwM6ZTnphOAv/s1600/IMG_6873736974134.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyQtao7OAXKjGTmlUiHonaHRh5gaGl5iiDqaLYLcEjXMO6hdoM5Lhyphenhyphen4Fqd8mUKqf3bfWWTW0y15nOUVwtGucDsiq4DVmXY9c6Wiu32vEMt6MenB0QywDr5jKZ87min3VOWjwM6ZTnphOAv/s1600/IMG_6873736974134.jpeg" height="177" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Namun
syariat tidak pernah melupakan akan kebutuhan-kebutuhan spiritual yang
manusia tidaklah bernama manusia kecuali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan
tersebut, sebagaimana kata seorang pujangga kuno: “Maka karena jiwamu itulah
engkau sebagai manusia, bukan cuma dengan badanmu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bahkan
Al-Qur’an menyebut perkawinan ini sebagai salah satu ayat di antara ayat-ayat
Allah di alam semesta dan salah satu nikmat yang diberikan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Firman-Nya: <i>“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”</i> (QS Ar Rum: 21)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ayat ini
menjadikan sasaran atau tujuan hidup bersuami istri ialah ketenteraman hati,
cinta, dan kasih sayang antara keduanya, yang semua ini merupakan aspek
kejiwaan, bukan material. Tidak ada artinya kehidupan bersuami istri yang
sunyi dari aspek-aspek maknawi ini, sehingga badan berdekatan tetapi ruh
berjauhan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam hal
ini banyak suami yang keliru—padahal diri mereka sebenarnya baik—ketika mereka
mengira bahwa kewajiban mereka terhadap istri mereka ialah memberi nafkah,
pakaian, dan tempat tinggal, tidak ada yang lain lagi. Dia melupakan bahwa
wanita (istri) itu bukan hanya membutuhkan makan, minum, pakaian, dan lain-lain
kebutuhan material, tetapi juga membutuhkan perkataan yang baik, wajah yang
ceria, senyum yang manis, sentuhan yang lembut, ciuman yang mesra, pergaulan
yang penuh kasih sayang, dan belaian yang lembut yang menyenangkan hati dan
menghilangkan kegundahan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Imam Ghazali
mengemukakan sejumlah hak suami istri dan adab pergaulan di antara mereka yang
kehidupan berkeluarga tidak akan dapat harmonis tanpa semua itu. Di antara
adab-adab yang dituntunkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah itu ialah berakhlaq yang
baik terhadapnya dan sabar dalam menghadapi godaannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Allah berfirman: <i>“…
Dan gaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang ma’ruf (patut)…”</i> (QS
An Nisa': 19)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“… Dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”</span></i><span style="font-size: 12pt;"> (QS An Nisa': 21)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span style="font-size: 12pt;">“… Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu…”</span></i><span style="font-size: 12pt;"> (QS An Nisa': 36)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ada yang
menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “teman sejawat” dalam ayat di atas ialah
istri. Imam Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa berakhlaq baik kepada mereka
(istri) bukan cuma tidak menyakiti mereka, tetapi juga sabar menerima keluhan
mereka, dan penyantun ketika mereka sedang emosi serta marah, sebagaimana
diteladankan Rasulullah SAW. Istri-istri beliau itu sering meminta beliau untuk
mengulang-ulangi perkataan, bahkan pernah ada pula salah seorang dari mereka
menghindari beliau sehari semalam.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Beliau
pernah berkata kepada Aisyah, “Sungguh, aku tahu kalau engkau marah dan kalau
engkau rela.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aisyah
bertanya, “Bagaimana engkau tahu?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Beliau
menjawab, “Kalau engkau rela, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad,’ dan
bila engkau marah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aisyah
menjawab, “Betul, (kalau aku marah) aku hanya menghindari menyebut namamu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dari adab
yang dikemukakan Imam Ghazali itu dapat ditambahkan bahwa di samping bersabar
menerima atau menghadapi kesulitan istri, juga bercumbu, bergurau, dan
bermain-main dengan mereka, karena yang demikian itu dapat menyenangkan hati wanita.
Rasulullah SAW biasa bergurau dengan istri-istri beliau dan menyesuaikan diri
dengan pikiran mereka dalam bertindak dan berakhlaq, sehingga diriwayatkan
bahwa beliau pernah melakukan perlombaan lari cepat dengan Aisyah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Umar bin
Al-Khathab—yang dikenal berwatak keras itu—pernah berkata, “Seyogianya sikap
suami terhadap istrinya seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada
di sisinya (keadaan yang sebenarnya) maka dia adalah seorang laki-laki.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam
menafsirkan hadits: “Sesungguhnya Allah membenci alja’zhari al-jawwazh,”
dikatakan bahwa yang dimaksud ialah orang yang bersikap keras terhadap istri
(keluarganya) dan sombong pada dirinya. Dan ini merupakan salah satu makna
firman Allah: <i>‘utul</i>. Ada yang mengatakan bahwa lafal <i>‘utul</i> berarti
orang yang kasar mulutnya dan keras hatinya terhadap keluarganya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Keteladanan
tertinggi bagi semua itu ialah Rasulullah SAW. Meski bagaimanapun besarnya
perhatian dan banyaknya kesibukan beliau dalam mengembangkan dakwah dan
menegakkan agama, memelihara jamaah, menegakkan tiang daulah dari dalam dan
memeliharanya dari serangan musuh yang senantiasa mengintainya dari luar,
beliau tetap sangat memperhatikan para istrinya. Beliau adalah manusia yang
senantiasa sibuk berhubungan dengan Tuhannya seperti berpuasa, shalat, membaca
Al-Qur’an, dan berdzikir, sehingga kedua kaki beliau bengkak karena lamanya
berdiri ketika melakukan shalat lail, dan menangis sehingga air matanya
membasahi jenggotnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Namun
sesibuk apa pun beliau tidak pernah melupakan hak-hak istri-istri beliau yang
harus beliau penuhi. Jadi aspek-aspek Rabbani tidaklah melupakan beliau
terhadap aspek insani dalam melayani mereka dengan memberikan makanan ruhani
dan perasaan mereka yang tidak dapat terpenuhi dengan makanan yang
mengenyangkan perut dan pakaian penutup tubuh.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam
menjelaskan sikap Rasulullah dan petunjuk beliau dalam mempergauli istri, Imam
Ibnu Qayyim berkata, “Sikap Rasulullah SAW terhadap istri-istrinya ialah
bergaul dan berakhlaq baik kepada mereka. Beliau pernah menyuruh gadis-gadis Anshar
menemani Aisyah bermain. Apabila istrinya (Aisyah) menginginkan sesuatu yang
tidak terlarang menurut agama, beliau menurutinya. Bila Aisyah minum dari
suatu bejana, maka beliau ambil bejana itu dan beliau minum daripadanya pula
dan beliau letakkan mulut beliau di tempat mulut Aisyah tadi (bergantian minum
pada satu bejana/tempat), dan beliau juga biasa makan kikil bergantian
dengan Aisyah.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Beliau biasa
bersandar di pangkuan Aisyah, beliau membaca Al-Qur’an sedang kepala
beliau berada di pangkuannya. Bahkan pernah ketika Aisyah sedang haidh,
beliau menyuruhnya memakai sarung, lalu beliau memeluknya. Bahkan pernah
juga menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di antara
kelemah-lembutan dan akhlaq baik beliau lagi ialah beliau memperkenankan istrinya
untuk bermain dan mempertunjukkan kepadanya permainan orang-orang Habsyi ketika
mereka sedang bermain di masjid, dia (Aisyah) menyandarkan kepalanya ke pundak
beliau untuk melihat permainan orang-orang Habsyi itu. Beliau juga pernah
berlomba lari dengan Aisyah dua kali, dan keluar dari rumah bersama-sama.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sabda Nabi
SAW, “Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku
adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apabila
selesai melaksanakan shalat Ashar, Nabi senantiasa mengelilingi (mengunjungi)
istri-istrinya dan beliau tanyakan keadaan mereka, dan bila malam tiba beliau
pergi ke rumah istri beliau yang pada waktu itu mendapat giliran. Aisyah
berkata, “Rasulullah SAW tidak melebihkan sebagian kami terhadap sebagian yang
lain dalam pembagian giliran. Dan setiap hari beliau mengunjungi kami semuanya,
yaitu mendekati tiap-tiap istri beliau tanpa menyentuhnya, hingga sampai kepada
istri yang menjadi giliran beliau, lalu beliau bermalam di situ.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kalau kita
renungkan apa yang telah kita kutip di sini mengenai petunjuk Nabi SAW tentang
pergaulan beliau dengan istri-istri beliau, kita dapati bahwa beliau sangat
memperhatikan mereka, menanyakan keadaan mereka, dan mendekati mereka.
Tetapi beliau mengkhususkan Aisyah dengan perhatian lebih. Namun ini
bukan berarti beliau bersikap pilih kasih, tetapi karena untuk
menjaga kejiwaan Aisyah yang beliau nikahi ketika masih perawan dan karena
usianya yang masih muda.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Beliau
menikahi Aisyah ketika masih gadis kecil yang belum mengenal seorang laki-laki
pun selain beliau. Kebutuhan wanita muda seperti ini terhadap laki-laki lebih
besar dibandingkan dengan wanita janda yang lebih tua dan telah berpengalaman.
Yang kami maksudkan dengan kebutuhan di sini bukan sekadar nafkah, pakaian, dan
hubungan biologis saja. Bahkan kebutuhan psikologis dan spiritualnya lebih
penting dan lebih dalam daripada semua itu. Karena itu, tidaklah
mengherankan jika kita lihat Nabi SAW selalu ingat aspek tersebut
dan senantiasa memberikan haknya serta tidak pernah melupakannya meskipun
tugas yang diembannya besar, seperti mengatur strategi dakwah, membangun
umat, dan menegakkan daulah Islamiyah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><span style="font-size: 12pt;">“Sungguh
pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang bagus bagi kamu.” </span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Sumber: Fatwa-Fatwa
Kontemporer, DR. Yusuf Qaradhawi</span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-51231718071529749652014-09-11T02:22:00.000+01:002014-09-11T02:22:15.257+01:00HUBUNGAN SUAMI ISTRI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Agama Islam
dengan nyata tidak mengabaikan segi-segi kehidupan manusia dan kehidupan
berkeluarga, yang telah diterangkan tentang perintah dan larangannya. Semua
telah tercantum dalam ajaran-ajaran Islam, misalnya mengenai akhlak, tabiat,
suluk, dan sebagainya. Tidak ada satu hal pun yang diabaikan (dilalaikan).</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Islam telah
menetapkan pengakuan bagi fitrah manusia dan dorongannya akan seksual, serta
ditentangnya tindakan ekstrim yang condong menganggap hal itu kotor. Oleh
karena itu, Islam melarang bagi orang yang hendak menghilangkan dan
memfungsikannya dengan cara menentang orang yang berkehendak untuk selamanya
menjadi bujang dan meninggalkan sunnah Nabi SAW, yaitu menikah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-zLSPfdt6BzPABn71QkhPGDTg-mXmsNvZq6hreUQTON1nWBykjKeR3RDQjaUvdUPXgmEL_JANqd0GlShtd4Sn75Cy1A0fJjJhn6LbqZrzHQwdoysjxdV1mn0Z08JhGpbgv8tG5mGfajWb/s1600/IMG_57861583429573.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-zLSPfdt6BzPABn71QkhPGDTg-mXmsNvZq6hreUQTON1nWBykjKeR3RDQjaUvdUPXgmEL_JANqd0GlShtd4Sn75Cy1A0fJjJhn6LbqZrzHQwdoysjxdV1mn0Z08JhGpbgv8tG5mGfajWb/s1600/IMG_57861583429573.jpeg" height="319" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Sebenarnya, masalah hubungan antara suami-istri itu pengaruhnya amat besar bagi kehidupan mereka. Maka hendaknya mereka memerhatikan atau menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan dan kelangsungan hubungan suami-istri. Kesalahan yang bertumpuk dapat mengakibatkan kehancuran bagi kehidupan keluarganya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Nabi SAW
telah menyatakan sebagai berikut: “Aku lebih mengenal Allah daripada kamu dan
aku lebih khusyuk, kepada Allah daripada kamu. Tetapi aku bangun malam, tidur,
berpuasa, tidak berpuasa dan menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak
senang (mengakui) sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Islam telah
menerangkan terhadap kedua pasangan setelah pernikahan, mengenai hubungannya
dan masalah-masalah seksual. Bahkan mengerjakannya dianggap suatu ibadat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sebagaimana
dikatakan Nabi SAW, “Di kemaluan kamu ada sedekah (pahala).” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ketika kami bersetubuh dengan istri akan
mendapat pahala?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya. Andaikata bersetubuh pada
tempat yang dilarang (diharamkan) itu berdosa. Begitu juga dilakukan pada
tempat yang halal, pasti mendapat pahala. Kamu hanya menghitung hal-hal yang
buruk saja, akan tetapi tidak menghitung hal-hal yang baik.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Berdasarkan
tabiat dan fitrah, biasanya pihak laki-laki yang lebih agresif, tidak memiliki
kesabaran dan kurang dapat menahan diri. Sebaliknya wanita itu bersikap pemalu
dan dapat menahan diri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Karenanya
diharuskan bagi wanita menerima dan menaati
panggilan suami. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, “Jika si istri dipanggil
oleh suaminya karena perlu, maka supaya segera datang, walaupun dia sedang
masak.” (HR Tirmidzi)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Nabi SAW
menganjurkan supaya si istri jangan sampai menolak kehendak suaminya tanpa
alasan, yang dapat menimbulkan kemarahan atau menyebabkannya menyimpang ke
jalan yang tidak baik, atau membuatnya gelisah dan tegang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Nabi SAW
bersabda, “Jika suami mengajak tidur si istri lalu dia menolak, kemudian
suaminya marah kepadanya, maka malaikat akan melaknat dia sampai pagi.”
(Muttafaq Alaih).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Keadaan yang
demikian itu jika dilakukan tanpa uzur dan alasan yang masuk akal, misalnya
sakit, letih, berhalangan, atau hal-hal yang layak. Bagi suami, supaya menjaga
hal itu, menerima alasan tersebut, dan sadar bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi
hamba-hamba-Nya Yang Maha Pemberi Rezeki dan Hidayat, dengan menerima uzur
hambaNya. Dan hendaknya hamba-Nya juga menerima uzur tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Selanjutnya,
Islam telah melarang bagi seorang istri yang berpuasa sunnah tanpa seizin
suaminya, karena baginya lebih diutamakan untuk memelihara haknya daripada
mendapat pahala puasa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">. Nabi SAW bersabda, “Dilarang bagi
si istri (puasa sunnah) sedangkan suaminya ada, kecuali dengan izinnya.”
(Muttafaq Alaih)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Disamping
dipeliharanya hak kaum laki-laki (suami) dalam Islam, tidak lupa hak wanita
(istri) juga harus dipelihara dalam segala hal. Nabi SAW menyatakan kepada
laki-laki (suami) yang terus-menerus puasa dan bangun malam. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya bagi jasadmu ada hak dan bagi keluargamu (istrimu) ada hak.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Abu Hamid
Al-Ghazali, ahli fiqih dan tasawuf, dalam kitab Ihya’ mengenai adab bersetubuh,
berkata, “Disunnahkan memulainya dengan membaca basmalah dan berdoa,
sebagaimana diajarkan Nabi SAW, “Ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan
jauhkanlah setan dari apa yang Engkau berikan kepadaku.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Al-Ghazali
berkata, “Dalam suasana ini (akan bersetubuh) hendaknya didahului dengan
kata-kata manis, bermesra-mesraan dan sebagainya. Dan menutup diri mereka
dengan selimut, jangan telanjang menyerupai binatang. Sang suami harus
memelihara suasana dan menyesuaikan diri, sehingga kedua pasangan sama-sama
dapat menikmati dan merasa puas.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Menurut
Ibnul Qayyim, tujuan utama dari jimak (bersetubuh) itu adalah: 1) Dipeliharanya
nasab (keturunan), sehingga mencapai jumlah yang ditetapkan menurut takdir
Allah. 2) Mengeluarkan air yang dapat mengganggu kesehatan badan jika ditahan
terus. 3) Mencapai maksud dan merasakan kenikmatan, sebagaimana kelak di
surga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ditambah
lagi mengenai manfaatnya, yaitu menundukkan pandangan, menahan nafsu,
menguatkan jiwa dan agar tidak berbuat serong bagi kedua pasangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Nabi SAW
bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu melaksanakan pernikahan,
maka hendaknya menikah. Sesungguhnya hal itu menundukkan penglihatan dan
memelihara kemaluan.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kemudian
Ibnul Qayyim berkata, “Sebaiknya sebelum bersetubuh hendaknya diajak
bersenda-gurau dan menciumnya, sebagaimana Rasulullah SAW melakukannya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ini semua
menunjukkan bahwa para ulama dalam usaha mencari jalan baik tidak bersifat
konservatif. Bahkan tidak kalah kemajuannya daripada penemuan-penemuan atau
pendapat masa kini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Yang dapat
disimpulkan di sini adalah bahwa sesungguhnya Islam telah mengenal hubungan
seksual di antara kedua pasangan, suami-istri, yang telah diterangkan dalam
Alquranul Karim pada surah Al-Baqarah, yang ada hubungannya dengan peraturan
keluarga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Firman Allah
SWT: <i>“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa, bercampur dengan
istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka. Allah mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu, Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan
makan minumlah kamu, hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu
campuri mereka itu, sedangkan kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah
larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya…”</i> (QS
Al-Baqarah: 187).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Tidak ada
kata yang lebih indah, serta lebih benar, mengenai hubungan antara suami-istri,
kecuali yang telah disebutkan, yaitu: <i>“Mereka itu adalah pakaian bagimu,
dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” </i>(QS Al-Baqarah: 187)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pada ayat
lain juga diterangkan, yaitu: <i>“Mereka bertanya kepadamu tentang haid,
katakanlah: Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu, hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu dengan cara bagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan takwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah
kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.”</i> (QS Al-Baqarah: 222-223)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Maka, semua
hadis yang menafsirkan bahwa dijauhinya yang disebut pada ayat di atas, hanya
masalah persetubuhan saja. Selain itu, apa saja yang dapat dilakukan, tidak
dilarang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pada ayat di
atas disebutkan: <i>“Maka, datangilah tanah tempat bercocok tanammu dengan
cara bagaimanapun kamu kehendaki.”</i> (QS Al-Baqarah: 223)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Tidak ada suatu perhatian yang melebihi
daripada disebutnya masalah dan undang-undang atau peraturannya dalam Alquranul
Karim secara langsung, sebagaimana diterangkan di atas. </span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 18.399999618530273px;">Wallahu 'alam bishowab</span></span></div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-44290401570449872322014-05-09T09:09:00.001+01:002014-05-09T09:09:34.939+01:00MAAF DALAM ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv7hfNpFizN9BvOfAZp0cRcpME9CZVadoBZrbK7eoRkQLoQikoQhjWD2IUrWNmFxP6_6NLxpRh6EeGP_WxbK9eSrlE4NP29tiRmhkQGm-0JBF3GMraBbgumq4O8EWFIWJBWNf9zW_bTqQ7/s1600/1690247_798126203549496_483391246_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv7hfNpFizN9BvOfAZp0cRcpME9CZVadoBZrbK7eoRkQLoQikoQhjWD2IUrWNmFxP6_6NLxpRh6EeGP_WxbK9eSrlE4NP29tiRmhkQGm-0JBF3GMraBbgumq4O8EWFIWJBWNf9zW_bTqQ7/s1600/1690247_798126203549496_483391246_n.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 20px;"><span style="font-size: large;">me-minta Maaf dan memaafkan </span></span><br style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><br style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;">Semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Tapi terkadang kita tidak begitu mudah mengakuinya. Permintaan maaf bukan hanya sekedar pengakuan atas perbuatan salah kita, tapi juga pengakuan bahwa kita memaham</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; font-size: 14px; line-height: 20px;">i telah berbuat sesuatu secara tidak sengaja yang menyebabkan suami kita kesal atau marah. Ketika tiba pada saatnya kita harus meminta maaf, mungkin anda bisa mencoba beberapa cara sederhana dibawah ini,<br /><br />1. Minta maaflah karena Suami, bukan karena anda.<br /><br />Seberapa sering anda memulai meminta maaf dengan diikuti penyesalan? kalau anda masih memberikan alasan kenapa anda melakukan kesalahan tersebut dan atau masih memfokuskan diri pada yang anda alami, maka hal itu tidak menunjukkan bahwa anda peduli pada perasaan su, namun lebih menggambarkan bahwa anda hanya khawatir dengan apa yang anda rasakan.<br /><br />2. Dengarkan penyebab kemarahan suami marah, dan mengakulah.<br /><br />Sudah sewajarnya jika semua manusia terkadang sulit mendengarkan hal negatif tentang diri sendiri. Namun, cobalah untuk belajar mendengarkan sudut pandang masalah menurut yang suami ketahui, agar kita mengerti. Jika anda sudah mengetahui penyebab kemarahan suami, pastikan anda memahami dan mengakuinya<br /><br />3. Menebus kesalahan.<br /><br />Jika anda sudah terlanjur menyakiti perasaan suami, maka pastikan anda menebus kesalahan itu. Berusahalah mewujudkan permintaan maaf dengan tindakan yang real. Anda bisa mencoba melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan anda sehari hari, tentunya agar suami merasa lebih baik, contohnya memberikan sebuah hadiah atau memasakkan makanan kesukaannya<br /><br />4. Instrospeksi diri.<br /><br />Ada baiknya anda melakukan introspeksi diri, apalagi jika kesalahan tersebut adalah bukan pertama kalinya anda lakukan. tanyakan pada diri sendiri mengapa anda sampai bisa mengulanginya lagi. Buatlah komunikasi yang hangat dengan suami dan cobalah untuk mencari solusi terbaik bagi masalah tersebut.<br /><br />Semoga bermanfaat bunda</span></span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wallahu 'Alam bishowab</span></span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-11603709284987658552014-05-09T09:02:00.003+01:002014-05-09T09:02:41.931+01:00NASIHAT BIJAK UNTUK KEHIDUPAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #37404e; font-size: 14px; line-height: 20px;">"Pengajian Kitab Al-Hikam"</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxgz9yCphRVxnkjjaLJRPcDwOzj_CX453kU5nMFnmLJ4ljPAPvreNdLiLkf0mNRUsfjy8zzeYaKsTMofBMC6WxE084_iB_P2J5PMJdrTT7jNzjVKqQ61T9L91GdgCNxonOpM2t-lRB7d_P/s1600/10299949_566319363481939_24472713509286149_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxgz9yCphRVxnkjjaLJRPcDwOzj_CX453kU5nMFnmLJ4ljPAPvreNdLiLkf0mNRUsfjy8zzeYaKsTMofBMC6WxE084_iB_P2J5PMJdrTT7jNzjVKqQ61T9L91GdgCNxonOpM2t-lRB7d_P/s1600/10299949_566319363481939_24472713509286149_n.jpg" height="240" width="320" /></a></span></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="background-color: white; color: #37404e; font-size: 14px; line-height: 20px;" />Dinukil dalam Kitab Al-Hikam karangan Ibnu Athoillah Assamarqandi</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">bahwa ada beberpa nasihat yang patut dijadikan pedoman dalam menapaki roda kehidupan didunia ini antara lain adalah: </span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="background-color: white;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-size: 14px; line-height: 20px;"># Tidak ada 1 nafas pun yang lepas dari ketentuan Allah, di setiap nafas kita hanya ada 2 pilihan, buat thoat atau buat maksiat.</span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><br style="background-color: white; color: #37404e; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-size: 14px; line-height: 20px;"># Apabila setiap bernafas itu diniati ibadah maka nafas tersebut menjadi amal ibadah, jika tidak diniati ibadah (Lillah) maka nafas tersebut menjadi linafsi binafsi. Di saat bernafas tersebut ada 2 pilihan:Kita sedang melakukan ibadah atau se</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #37404e; display: inline; font-size: 14px; line-height: 20px;">dang melakukan maksiat.<br /><br /># Ada 2 nikmat, nikmat kauni nikmat diberi rizky dsb, nikmat maknawi adalah nikmat ingat pada Allah SWT dsb, musibahpun begitu ada musibah kauni yaitu musibah kecelakaan dsbnya dan musibah maknawi yaitu lupa dan jauh dari Allah SWT.<br /><br /># Semua keadaan/kejadian dapat djadikan jalan menuju Allah, seperti maksiat pun dapat dijadikan tobat/ meminta ampunan / menyesali dosa-dosanya sehingga bisa berjalan untuk menuju Allah SWT.<br /><br /># Jangan menunda2 membersihkan hati, mencari kondisi yang baik untuk mujahadah, karena itu akan menjauhkan kita dari Allah<br /><br /># Sebaiknya kita jangan nggresulo terhadap apa yang telah Allah tetapkan/takdirkan terhadap kita. Jika ada masalah senantiasa TAWAKUR (membangkitkan rasa cinta KEPADA ALLAH dengan mengingati CIPTAAN Allah dan mengagumi ciptaan Allah, segala fikiran dan emosi yang datang selepas itu haruslah ditenggelamkan dalam cinta kepada Allah, memulangkan dirinya kembali kepada-Nya, dari dunia pelbagai bentuk ke dalam “dunia lautan nan esa” yang tak terbatas).<br /><br />Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi, berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.” Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas<br /><br />Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.”<br /><br /># Jangan bangga jika diberi kemampuan selalu ingat pada Allah, merasalah itu semua hidayah/pertolongan Allah...<br /><br />Walllahu 'Alam bishowab...</span></span></div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-21271992919510424662014-03-04T09:27:00.001+00:002014-03-04T09:27:46.259+00:00HAKEKAT SUMPAH JABATAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Pengangkatan seorang pegawai untuk memangku jabatan, terutama jabatan penting dengan ruang lingkup luas menyangkut kepentingan orang banyak adalah merupakan sebuah kepercayaan besar yang diberikan oleh negara. Karena itu penunjukan atas jabatan tersebut harus dilakukan dengan cara tepat dan seksama. Tentunya pemilihan terhadap seseorang untuk menduduki suatu jabatan didasarkan atas pertimbangan kompetensi dan kelayakannya. Dan yang lebih penting lagi adalah jabatan itu mampu dijalankan dengan penuh amanah dan tanggung jawab. Ini juga bermakna bahwa jabatan adalah bentuk pengabdian kepada negara yang dilakukan dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Sebab cukup banyak orang yang cakap, layak, dan mampu menempati suatu jabatan penting, tetapi tidak banyak orang yang mampu menjalankannya dengan amanah, jujur, dan ikhlas.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieFuKCSQRZWsAMARfch8nzXnSXW_xsSNPAP4RTvFqq9bnfgu27ErFsNnKAPkKlsfv97Wk_AkFclzYDGfyFNgYE7qS9xx-qxQvNiIzw4n-B6wlLRNIm1iL-nMK_LSH0ED864MeqTRXh_Q__/s1600/44506.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieFuKCSQRZWsAMARfch8nzXnSXW_xsSNPAP4RTvFqq9bnfgu27ErFsNnKAPkKlsfv97Wk_AkFclzYDGfyFNgYE7qS9xx-qxQvNiIzw4n-B6wlLRNIm1iL-nMK_LSH0ED864MeqTRXh_Q__/s1600/44506.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Konsep agama sendiri menegaskan bahwa jabatan bukan sekedar kontrak sosial (janji) antara sang pejabat dengan masyarakat, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Tuhan. Boleh jadi seorang pemimpin atau pejabat secara normatif dan formal administratif merasa “sudah menjalankan tugas dan banyak berbuat jasa”, akan tetapi barangkali ada sebagian tindakannya yang mengandung kecurangan, kelicikan, siasat, tipu muslihat, dan penuh rekayasa yang ditutup-tutupi tanpa sepengetahuan orang lain. Namun harus diingat segala perbuatannya pasti tidak akan pernah luput dari pengetahuan Tuhan. Di sinilah letak pentingnya amanah dalam memegang jabatan. Prinsip tersebut secara tegas dinyatakan dalam Q. S. Yasin (36): 65, yang berbunyi: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, lalu tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Berkaitan dengan itu, pegawai negeri yang akan memangku suatu jabatan, pada saat pengangkatannya wajib mengangkat Sumpah Jabatan di hadapan atasan yang berwenang dengan disaksikan orang ramai menurut agama atau kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sumpah Jabatan tersebut berbunyi sebagai berikut:</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em>“Demi Allah ! Saya bersumpah, Bahwa saya, untuk diangkat dalam jabatan ini, baik langsung maupun tidak langsung, dengan rupa atau dalih apapun juga, tidak memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun juga; </em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em>Bahwa saya akan setia dan taat kepada Negara Republik Indonesia; </em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em>Bahwa saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan; </em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em>Bahwa saya tidak akan menerima hadiah atau suatu pemberian berupa apa saja dan dari siapapun juga, yang saya tahu atau patut dapat mengira, bahwa ia mempunyai hal yang bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya; </em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em>Bahwa saya dalam menjalankan jabatan atau pekerjaan saya, senantiasa akan lebih mementingkan kepentingan Negara daripada kepentingan saya sendiri atau golongan; </em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em>Bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan Pegawai Negeri; </em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em>Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara”.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Inti Sumpah Jabatan adalah ikrar kesetiaan, komitmen, kesiapan dan kesanggupan atas nama Tuhan bahwa jabatan yang dipangkunya akan dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Dengan adanya Sumpah Jabatan itu sesungguhnya seorang pejabat telah diikat oleh apa yang diucapkannya. Bukan saja karena sumpah tersebut didengar dan disaksikan oleh khalayak ramai, akan tetapi yang lebih dituntut adalah komitmen yang bersangkutan untuk melaksanakan isi sumpah dan segala konsekwensi yang mengiringinya. Sumpah Jabatan itu benar-benar mengikat hati nurani pejabat, sehingga tidak ada keberanian sedikitpun ataupun hanya sekedar niat untuk melanggarnya, walau tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Lafaz sumpah yang diawali/diakhiri dengan mengucapkan nama Tuhan menyiratkan makna bahwa segala sesuatu yang dilakukan pejabat selama memegang jabatannya adalah “demi karena Tuhan” dan Dia senantiasa mengawasi semua perbuatan. Dan tidak ada satupun tindakan, berkaitan dengan jabatan langsung maupun tidak langsung kecuali dilakukan demi kepentingan pemerintah dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Sumpah juga berarti suatu tekad seseorang di depan Tuhannya bahwa ia akan bekerja dan berkarya sesuai isi sumpah yang diucapkannya dan tidak akan pernah menyimpang.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Sumpah Jabatan merupakan alat kontrol diri yang menempel terus selama jabatan yang diterima sebagai amanah itu masih dipegang. Bagi yang mengucapkan memiliki keyakinan bahwa apa yang sedang dipikirkan, direncanakan, diputuskan, dan diamalkan selalu dikontrol oleh Tuhan walau tanpa seorangpun yang tahu, melihat, atau mendengarkannya. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<em><strong>Makna Sumpah Jabatan Dalam Islam</strong></em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Ada tiga aspek yang terkandung dalam Sumpah Jabatan menurut pandangan Islam, yaitu: <em>al-amanah</em> (kepercayaan), <em>‘adalatul ‘am</em> (keadilan publik) dan <em>ath-tha’ah</em>(ketaatan). (Al-Asyhar, 2008).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<strong>Pertama</strong>, <em>al-amanah</em> (kepercayaan). Yaitu sumpah setia atas nama Tuhan akan selalu berbuat jujur, dapat dipercaya dalam menjalankan kepemimpinan yang merupakan nilai sangat mendasar dalam jiwa seseorang. Ia tidak hanya berlaku bagi seorang pemimpin saja, namun berlaku untuk semua orang yang percaya akan hari pembalasan. Komitmen para pemimpin untuk selalu memegang teguh amanah disinggung dalam Q. S. An-Nisa’ (4): 58, “Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. Sedangkan penegasan terhadap larangan mengkhianati amanah dijelaskan dalam Q. S. Al-Anfal (8): 27, “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mnegkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Namun demikian, standar amanah dalam kepemimpinan tidak hanya berhenti pada aspek moral saja. Lebih dari itu, amanah moral harus pula dikawal dengan amanah profesional yang tidak kalah pentingnya untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan atau organisasi. Yang dimaksud dengan amanah profesional adalah mampu memenej secara baik roda kepemimpinan berdasarkan standar kepemimpinan profesional. Tidak adanya, atau kurangnya amanah profesional seorang pemimpin akan mengalami kepincangan antara keberhasilan moral dengan keberhasilan fisik dalam kepemimpinan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<strong>Kedua</strong>, <em>‘adalatul ‘am</em> (keadilan publik). Jabatan yang diberikan kepada seorang pemimpin secara serta merta mempunyai keterkaitan ruh (semangat) keterwakilan Tuhan di dunia. Sebagai khalifah Tuhan yang bertugas menata dan mengatur bumi, seorang pemimpin harus mempunyai jiwa keadilan publik sebagaimana sifat Tuhan Yang Maha Adil, yaitu keadilan semesta untuk semua kalangan baik makhluk hidup maupun makhluk mati yang tidak mengenal suku, ras, agama, latar belakang sosial, kelompok dan lain-lain. Sebaliknya, pengingkaran terhadap keadilan publik berarti pula telah mengesampingkan nilai-nilai ketuhanan. Hal ini jelas bertentangan dengan firman Allah yang menganjurkan kita untuk selalu berbuat adil dan kebenaran. Banyak ayat al-Quran yang menyinggung masalah tersebut, diantaranya Q. S. Al-Maidah (5): 8, “Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, menjadi saksi dengan adil”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<strong>Ketiga</strong>, <em>ath-tha’ah</em> (ketaatan). Ketaatan atau kepatuhan harus dilakukan secara timbal balik antara pemimpin dengan masyarakat, bawahan atau staf yang dipimpinnya. Sumpah Jabatan merupakan nota kesepakatan antara rakyat dengan pemimpin untuk selalu saling bekerja sama, menghormati eksistensi masing-masing dan tidak saling meniadakan. Ketaatan yang harus dilakukan meliputi kepada sistem politik, sistem hukum, sistem sosial, sistem budaya yang ada dalam sebuah negara, daerah atau organisasi (unit) pemerintahan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Setiap muslim seharusnya menyadari bahwa setiap manusia akan diminta pertanggungjawabannya terhadap apa yang telah dilakukannya terlebih bagi seorang pejabat yang telah dipercayakan untuk memimpin dalam suatu instansi/lembaga/organisasi bagi para anggotanya dan masyarakat pada umummya. Jika semua pejabat muslim benar-benar mengakui Al-Quran sebagai petunjuk dalam memegang amanat yang diberikan maka semua kejadian yang memalukan diri, keluarga dan membuat sakit hati masyarakat tidak akan terjadi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<strong><em>Menghayati Sumpah Jabatan</em></strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Setiap kali dilakukan pengambilan Sumpah Jabatan para pejabat baru, pastilah mereka mengucapkan sumpah. Namun pada saat bersamaan tidak kurang pula banyaknya para pejabat berulang kali melanggar butir-butir penerapan sumpah jabatan dalam melaksanakan tugasnya. Seolah telah mentradisi, sumpah jabatan itu hanya kepentingan seremoni, lalu sesudah itu ditinggalkan, tidak ada pengaruh apa-apa lagi. Kondisi seperti inilah, sering meninggalkan rentetan pertanyaan panjang yang sampai kini belum didapatkan jawaban memuaskan apa yang menjadi penyebabnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Sebagian orang beranggapan si pejabat tidak mendalam keyakinannya bahwa ada Tuhan yang selalu mengamati setiap gerak-gerik manusia tanpa pengecualian. Ada juga yang mengkritik karena sumpah jabatan yang sakral seperti itu tidak diucapkan langsung dari hati nurani sang pejabat, tetapi didikte dengan menirukan ucapan pejabat yang menyumpahnya. Sebagian pejabat ada beranggapan sumpah jabatan sekadar formalitas. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Maka dalam sumpah jabatan yang terpenting adalah pemahaman, penghayatan, dan pengamalan isi dan maknanya oleh sang pejabat, yang tertanam dalam hati nuraninya. Oleh karena itu mekanisme sumpah jabatan yang sekarang ini selalu dilaksanakan harus diubah secara mendasar, bukan sekadar didikte dan orang yang disumpah cukup menirukan, melainkan seharusnya dibaca sendiri oleh pejabat yang bersumpah dengan pelan dan penuh khidmat. Sumpah jabatan bukan sekadar gerakan bibir tanpa makna, melainkan ungkapan hati nurani, lubuk hati calon pejabat yang didengar dan disaksikan oleh seluruh hadirin, malaikat, dan Allah Yang Maha Mendengar. (Purwosaputro, 2008).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Terlepas dari hal tersebut, hal yang paling penting adalah adanya pengambilan ikrar (komitmen) Sumpah Jabatan bagi calon pejabat. Pengambilan Sumpah Jabatan ini dimaksudkan untuk menegaskan kembali pada komitmen pribadi seorang calon pejabat yang disandarkan kepada Tuhan sesuai keyakinannya masing-masing sebelum menjalankan tugas-tugas pemerintahan atau organisasi. Pengikraran kesesungguhan komitmen dan kesetiaaan terhadap suatu nilai yang dianut dalam sebuah negara, daerah atau organisasi/unit pemerintahan tertentu melalui Sumpah Jabatan jelas mempunyai konsekuensi yang tidak ringan, baik secara normatif maupun pertanggung jawaban spiritual. Konsistensi sikap dan garis kebijakan yang disandarkan penuh pada aspek pertanggung jawaban Sumpah Jabatan menjadi tolok ukur keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinan. Sebaliknya, pengingkaran terhadap nilai yang terkandung dalam rangkaian teks Sumpah Jabatan akan membawa malapetaka di dunia maupun di akhirat. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
Untuk itulah urgensi Sumpah Jabatan dalam suatu kepemimpinan tidak berhenti pada aspek verbal dalam sebuah acara pelantikan, namun mempunyai konsekuensi serius yang bersifat spiritual yang harus dipertanggung jawabkan baik di hadapan masyarakat yang dipimpinnya, maupun di hadapan Allah swt. Ketika pemimpin sudah bersumpah atas nama Tuhan dan Kitab Suci untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, maka ada dua kemungkinan yang akan diraihnya, yaitu: kepemimpinan yang diberkahi atau kepemimpinan yang dilaknati, baik oleh manusia atau Tuhan. Meskipun kadang orang tidak mau atau berpura-pura melafalkan teks Sumpah Jabatan dengan tujuan menghindarkan dari tanggung jawab moral, namun pemberian amanah jabatan kepadanya berkonsekuensi langsung terhadap pertanggungjawaban kepemimpinannya. Artinya, pejabat yang disumpah maupun tidak sama-sama memiliki tanggung jawab dunia dan akhirat.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
(<em>Wallahu a'lam</em>).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px;">
<br /></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-68927972194840552014-02-13T09:57:00.002+00:002014-02-13T09:57:35.258+00:00WANITA IDEAL YANG LAYAK DINIKAHI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}" style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Wanita <span class="u46k4q7" id="u46k4q7_2" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">Ideal</span></em> </strong>yang layak untuk dinikahi dalam Kitab Qurrat al-’Uyun Syarh Nadzm Ibnu Yamun.</span><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad</em> Saw. bersabda: </strong>“Dunia laksana perhiasan, dan sebaik-baik<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"> perhiasan dunia adalah wanita shalehah.”</strong></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj385KSBxoSkVa5f-CtkraEhI9sgb5lm-om7Js2UFci5DGwzA3dnUCHQ1hVGFpG_7HlBKPRudXMhPAGJmJmwLX5N9fZBGTsMKFmU5LLrxim_q-3R6x9_f-qJ7zKcnv8K6eyhrivSDMKlx1A/s1600/580547_10151779900018717_1101214163_n.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj385KSBxoSkVa5f-CtkraEhI9sgb5lm-om7Js2UFci5DGwzA3dnUCHQ1hVGFpG_7HlBKPRudXMhPAGJmJmwLX5N9fZBGTsMKFmU5LLrxim_q-3R6x9_f-qJ7zKcnv8K6eyhrivSDMKlx1A/s1600/580547_10151779900018717_1101214163_n.png" height="320" width="319" /></a></strong></span></div>
<br />
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;">Dalam riwayat yang lain: <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">“Dunia adalah perhiasan, </strong>dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"> wanita yang dapat membantu suaminya dalam urusan akhirat.”</strong></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad</em> Saw. bersabda: </strong>“Setelah takwa kepada <a class="alrptip" href="http://www.islam-institute.com/aqidah-ahlussunnah-wal-jamaah-allah-ada-tanpa-tempat-tanpa-arah.html" style="-webkit-transition: all 0.2s ease-in-out; border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; position: relative; text-decoration: none; transition: all 0.2s ease-in-out;">Allah</a>, seorang mukmin tidak bisa mengambil manfaat yang lebih baik dibanding istri yang shalehah dan cantik yang:</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">1. Jika suaminya memerintahkan </strong>sesuatu kepadanya <span class="u46k4q7" id="u46k4q7_7" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">dia</span> selalu taat.</em><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">2. Jika suaminya memandangnya </strong>dia menyenangkan.</em><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">3. Jika suaminya menyumpahinya </strong>dia selalu memperbaiki dirinya.</em><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">4. Dan jika suaminya meninggalkannya</strong>(bepergian) dia pun selalu menjaga diri dan harta suaminya.”</em></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad</strong> </em>Saw. bersabda:</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">1. Barangsiapa menikah </strong>dengan seorang wanita hanya karena memandang kemuliaan derajatnya, maka Allah Swt. tidak akan menambah baginya kecuali kehinaan.<br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">2. Barangsiapa menikah </strong>dengan seorang wanita hanya karena memandang hartanya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kefakiran.<br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">3. Barangsiapa menikah </strong>dengan seorang wanita karena kecantikannya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kerendahan.<br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">4. Dan barangsiapa menikah </strong>dengan sorang wanita tanpa tujuan lain kecuali agar dia lebih mampu meredam gejolak pandangannya dan lebih dapat memelihara kesucian seksualnya dari perbuatan zina atau dia hanya ingin menyambung ikatan kekeluargaan, maka Allah Swt. akan selalu memberkahinya bagi istrinya.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Sedangkan seorang hamba sahaya yang jelek rupa dan hitam kulitnya, </strong>namun kuat imannya adalah lebih utama.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad </em>Saw. </strong>bersabda: “Barangsiapa mempunyai anak dan mampu untuk mengawinkannya, namun dia tidak mau mengawinkannya. Kemudian anaknya berbuat zina, maka keduanya berdosa.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad</em> Saw. bersabda: “Seorang wanita dinikahi karena 4 hal, yaitu: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya.</strong> Maka hendaklah kamu menikah dengan wanita yang kuat agamanya agar kamu memperoleh kebahagiaan.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="color: purple;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Rasulullah</em> <em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Saw</em>. bersabda: “Barangsiapa ingin menghadap ke haribaan Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka kawinlah dengan wanita yang merdeka.”</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad</em> Saw. bersabda: “Ada 4 resep kebahagiaan bagi seseorang yaitu:</strong><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">1. Istrinya adalah wanita shalehah.</strong></em><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">2. Putra-putrinya baik-baik.</strong></em><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">3. Pergaulannya bersama orang-orang shaleh.</strong></em><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">4. Rizkinya diperoleh dari <span class="u46k4q7" id="u46k4q7_4" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">negeri</span> sendiri.</strong></em></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="color: purple;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Rasulullah</em> <em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Saw</em>. bersabda: “Sebaik-baik wanita dari umatku ialah yang berwajah ceria dan sedikit maharnya.”</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Rasulullah</em> <em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Saw</em>. bersabda: “Kawinlah kalian dengan wanita</strong> yang periang dan banyak anaknya. Karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan para nabi terdahulu kelak pada hari kiamat.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="color: purple;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad</em> Saw. bersabda kepada Zaid <span class="u46k4q7" id="u46k4q7_6" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">bin</span> Tsabit: “Hai Zaid, apakah engkau sudah kawin?”</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;">Zaid menjawab: “Belum.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Rasulullah</em> Saw. bersabda: “Kawinlah, maka engkau akan selalu terjaga sebagaimana engkau menjaga diri.</strong> Dan janganlah sekali-kali kawin dengan lima golongan wanita.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="color: purple;">Zaid bertanya: “Siapakah mereka ya Rasulullah?”</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="color: purple;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Rasulullah Saw.</em> menjawab: “Mereka adalah: syahbarah, lahbarah, nahbarah, handarah dan lafut.”</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;">Zaid berkata: “<span class="u46k4q7" id="u46k4q7_5" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">Ya</span> Rasulullah, saya tidak mengerti apa yang engkau katakan.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Maka</strong><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"> Nabi Muhammad </strong></em><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Saw. menjelaskan:</strong></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">1. Syahbarah ialah wanita yang bermata abu-abu dan jelek tutur katanya.</strong><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">2. Lahbarah ialah wanita yang tinggi dan kurus.</strong><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">3. Nahbarah ialah wanita tua yang senang membelakangi suaminya (ketika tidur).</strong><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">4. Handarah ialah wanita yang cebol dan tercela.</strong><br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">5. Lafut ialah wanita yang melahirkan anak dari laki-laki selain kamu.”</strong></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;">Satu riwayat menceritakan: “Seorang laki-laki datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan berkata: <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">“Ya Rasulullah, aku menemukan seorang wanita yang baik dan cantik, tetapi dia mandul.</strong> Apakah aku boleh mengawininya?”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="color: purple;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Rasulullah Saw</em>. menjawab: “Jangan.”</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;">Kemudian dia datang lagi kepada Rasulullah untuk kedua kalinya. <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad</em> Saw. </strong>tetap melarangnya. Dia pun datang lagi untuk ketiga kalinya. <em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Nabi Muhammad </strong></em>Saw. pun tetap melarangnya menikahi wanita itu, dan beliau Saw. bersabda: <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">“Kawinlah kalian dengan wanita yang selalu menyenangkan hati dan banyak anaknya.</strong> Karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah keturunan kalian.”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;">Walllahu'alam</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="color: purple;">By. Gus MUH</span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-37479645386738444492014-02-13T09:49:00.001+00:002014-02-13T10:03:04.453+00:00Detik-Detik Menjelang Wafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Detik-detik Menjelang wafatnya <em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Hujjatul Islam Imam Ghozali</em></strong> ada dikisahkan sedikit di dalam kitab ‘Thabaqat asy-Syafi’iyah al-Kubra’ <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">(طبقات الشافعية الكبرى</strong>) karya Syeikh Tajuddin As-Subqi (727 H – 771 H / 1327<span class="k2015kh" id="k2015kh_7" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">M</span> – 1370 M) cetakan <em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Dar Ihya al-Kutub al-’Arabiyah jilid 6 halaman 201,</em> diterangkan sebagai berikut:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9B31Pwtn6JbREd3aHfqX0_Q3U6jkxXEoK3fbFkUcSKNGVeMVXw-Gayqdvcsy0Zf7xsJVC2FcfkuRaybXkUDcSvoMcjridOLI0rQtCAqH7ec2K4qb-8pgNrA1uh64y23HuKucK3lMY06mp/s1600/imam-al-ghazali-ilustrasi-_120904143406-704.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9B31Pwtn6JbREd3aHfqX0_Q3U6jkxXEoK3fbFkUcSKNGVeMVXw-Gayqdvcsy0Zf7xsJVC2FcfkuRaybXkUDcSvoMcjridOLI0rQtCAqH7ec2K4qb-8pgNrA1uh64y23HuKucK3lMY06mp/s1600/imam-al-ghazali-ilustrasi-_120904143406-704.jpg" height="189" width="320" /></a></div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: Helvetica; font-size: 24px; font-weight: normal; line-height: 1em; list-style: none; margin: 25px 0px 10px; outline: none; padding: 0px; text-align: right;">
و كان وفاته , قدس الله روحه , بطوس يوم الاثنين رابع عشر جمادى الأخرة سنة خمس و خمسمائة<br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" />و مشهده بها يزار بمقبرة الطابران<br style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" />قال أبو الفرج بن الجوزي فى كتاب “الثبات عند الممات” : علي بالكفن , فأخذه و قبله ووضعه على عينيه , و قال : سمعا و طاعة للدخول على الملك . ثم مد رجليه , و استقبل القبلة , و مات قبل الاسفار , قدس الله روحه</h3>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<span style="font-size: x-small;">ِ</span>Artinya:<br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Hujjatul Islam Imam Ghozali</em> wafat, semoga <a class="alrptip" href="http://www.islam-institute.com/islam-institute-mengucapkan-selamat-hari-raya-idul-fitri-1434-hijriyah-2013-masehi.html" style="-webkit-transition: all 0.2s ease-in-out; border: 0px none; color: #26b314; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; position: relative; text-decoration: none; transition: all 0.2s ease-in-out;">Allah</a> mensucikan rohnya, </strong>di kota Thus (<span class="k2015kh" id="k2015kh_8" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">Persia</span>) pada hari Senin tanggal 14 Rabi’ul Akhir tahun 505 H (1112 M) dan makamnya diziarahi orang di pemakaman Thabaran.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Abul Faraj <span class="k2015kh" id="k2015kh_6" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">bin</span> Al-Jauzi</strong> berkata di dalam kitabnya “Ats-Tsabat ‘Inda al-Mamat”: Berkata Ahmad, saudara laki-lakinya dari <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Imam Ghozali</em>:</strong> Ketika hari Senin pada waktu subuh, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat dan ia berkata: Tetapkanlah aku dengan kain kafan !! Kemudian ia (<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Imam Ghozali</strong>) mengambil kain kafan itu dan mencium dan meletakkannya di atas kedua matanya sambil berkata: Sesungguhnya aku mendengar dan ta’at untuk masuk kepada Sang Raja (Allah swt). Kemudian sang <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Hujjatul Islam Imam Ghozali</em> </strong>menjulurkan kedua kakinya dan <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">menghadap kiblat</strong>. Setelah itu ia wafat. Semoga Allah mensucikan rohnya !!.</div>
<span style="border: 0px; color: #666666; font-family: Lato, sans-serif; line-height: 21.600000381469727px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pada hari isnin 14 Jamadilakhir tahun 505 Hijrah bersamaan <span class="k2015kh" id="k2015kh_8" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; list-style: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">1111</span> Masihi beliau wafat dan telah dikebumikan di <span class="k2015kh" id="k2015kh_2" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; list-style: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">bandar</span> Tus, Khusaran (Iran). Imam Al-Ghazali rahimahullah diriwayatkan, beliau<span style="border: 0px; color: #333333; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mendapati tanda-tanda kematian dirinya sehingga beliau mampu menyiapkan diri untuk menghadapi sakratulmaut secara sendirian. Beliau menyiapkan dirinya dengan segala persiapan termasuk mandinya, wudhuknya serta kafannya sekali. Cuma ketika sampai bahagian tubuh dan kepala saja beliau telah memanggil abangnya yaitu Imam Ahmad Ibnu Hambal untuk meneruskan tugas tersebut. Beliau wafat ketika Imam Ahmad bersedia untuk mengkafankan wajahnya.</span> </span></span><br />
<br style="color: #666666; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 21.600000381469727px;" />
<br style="color: #666666; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 21.600000381469727px;" />
<span style="border: 0px; color: #666666; font-family: Lato, sans-serif; line-height: 21.600000381469727px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tanda-tanda kematian yang dirasai oleh Imam Al-Ghazali akan dirasai oleh orang Islam sahaja, manakala bagi orang-orang kafir nyawa mereka akan terus direntap tanpa adanya tanda sesuai dengan kekufuran mereka kepada Allah SWT.<b><u><span style="border: 0px; color: #333333; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></u></b></span></span><br />
<br style="color: #666666; font-family: Lato, sans-serif; line-height: 21.600000381469727px;" />
<span style="border: 0px; color: #666666; font-family: Lato, sans-serif; line-height: 21.600000381469727px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b><u><span style="border: 0px; color: #333333; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tanda 100 hari sebelum kematian</span></u></b><span style="border: 0px; color: #333333; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><br />Tanda ini akan berlaku umumnya setelah waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan menggigil. Contohnya, seperti daging sapi yang baru disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar.<br /><br />Tanda ini rasanya nikmat, dan bagi mereka yang sedar dan terdetik di hatinya bahwa mungkin ini adalah tanda kematian maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sedar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan duniawi tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan hilang begitu saja tanpa ada manfaatnya.<br /><br /><b><u>Tanda 40 hari sebelum kematian</u></b><br />Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada saat itu daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pohon yang letaknya di atas Arasy-nya Allah SWT. Maka saat itu malaikat maut (Izrail) akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persiapannya kepada kita di antaranya ialah dia akan mulai mengikuti kita sepanjang itu.<br /><br />Akan terjadi dimana malaikat maut (Izrail) ini akan memperlihatkan wajahnya sepintas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika.<br /><br /><b><u>Tanda 7 hari sebelum kematian</u></b><br />Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan dimana orang sakit yang tidak makan (tak berselera) secara tiba-tiba berselera untuk makan.<br /><br /><b><u>Tanda 3 hari sebelum kematian</u></b><br />Pada ketika ini akan terasa denyutan dibagian tengah dahi kita yaitu diantara dahi kanan dan kiri. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi. Dan bagi orang yang sakit, hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi/samping. Telinganya akan layu dimana bagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk kedalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.<br /><br /><b><u>Tanda 1 hari sebelum kematian</u></b><br />Akan berlaku sesudah waktu Asar dimana kita akan merasakan satu denyutan disebelah belakang iaitu di kawasan ubun-ubun dimana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.<br /><br /><b><u>Tanda Akhir</u></b><br />Akan berlaku keadaan dimana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bagian pusat lalu rasa itu akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bagian kerongkong. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimat syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.</span></span></span><br />
<h3 style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: Helvetica; font-weight: normal; line-height: 1em; list-style: none; margin: 25px 0px 10px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-size: small;"><span style="background-color: transparent; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 21.600000381469727px;">Namun begitu, tidak se</span><span style="background-color: transparent; border: 0px; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 21.600000381469727px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mestinya </span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 21.600000381469727px;">tanda-tanda ini boleh berlaku kepada semua or</span><span style="background-color: transparent; border: 0px; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 21.600000381469727px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ang, hanya <span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">orang<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">-orang tertentu dan terpilih sahaja yang mung<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">kin merasai tanda-tanda yang sama</span></span></span></span></span></h3>
<h3 style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: Helvetica; font-weight: normal; line-height: 1em; list-style: none; margin: 25px 0px 10px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-size: small;">
KITAB-KITAB KARANGAN<em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"> IMAM GHOZALI</em>:</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">1. احياء علوم الدين / Ihya ‘Ulumuddin (4 jilid besar)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">2. الأربعين /</strong> <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Al-Arba’in</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">3. الأسماء الحسنى / Al-<span class="k2015kh" id="k2015kh_2" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">Asma</span>’ ul Husna</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">4. المستصفى فى اصول الفقه / Al-Mustashfa fii Ushulil Fiqhi</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">5. المنخول فى أصول الفقه / Al-Mankhul fii Ushulil Fiqhi</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">6. بداية الهداية و المأخذ فى الخلافيات / Bidayatul Hidayah wal Ma’akhidzi fil Khilafiyyat</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">7. تحسين المأخذ / Tahsinul Ma’akhidz</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">8. كيمياء السعادة / Kimia Sa’adah (terjemahan: Kimia Kebahagiaan)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">9. المنقذ من الضلال / Al-Munqidz minadh Dhalal (terj: Penyelamat dari Kesesatan)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">10. اللباب المنتخل / Al-Lubabul Muntakhal</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">11. شفاء الغليل فى بيان مسالك التعليل / Syifa’ul Ghalil fii Bayani Masalikit Ta’lil</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">12. الاقتصاد فى الاعتقاد / Al-Iqtishad fil I’tiqad</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">13. معيار النظر / Mi’yarun Nazhari</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">14. محك النظر / Mahakkun Nazhari</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">15. بيان القولين للشافعي / Bayanul Qaulaini lisy Syafi’iyyi</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">16. مشكاة الأنوار / Misykatul Anwar</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">17. المستظهرى فى الرد على الباطنية / Al-Mustazhhiri fir Raddi ‘alal Bathiniyyah</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">18. تهافت الفلاسفة / Tahafutul Falasifah (terj: Kerancuan Filsafat)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">19. المقاصد فى بيان اعتقاد الأوائل / Al-Maqashidu fii Bayani’ Tiqadil Awa’il</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">20. الجام العوام فى علم الكلام / Iljamul ‘Awam fii ‘Ilmil Kalam</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">21. الغاية القصوى / Al-Ghayatul Qushwa</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">22. جواهر القرأن / Jawahirul Qur’an (terjemah: <span class="k2015kh" id="k2015kh_4" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">Mutiara</span>-mutiara Al-Qur’an)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">23. بيان فضائح الامامية / Bayanu Fadha’ihil Imamiyyah</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">24. غور الدور فى المسألة السريجية / Ghaurad Dauri fil Mas’alatis Suraijiyyah</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">25. كشف علوم الأخرة / Kasyfu ‘Ulumil Akhirah (terjemah: Menyingkap Ilmu-ilmu Akherat)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">26. الرسالة القدسية / Ar-Risalatul Qudsiyyah</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">27. الفتاوى / Al-Fatawi (terjemah: Fatwa-fatwa)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">28. ميزان العمل / Mizanul ‘Amal (terjemah: Timbangan Amal)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">29. قواصم الباطنية / Qawashimul Bathiniyyah</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">30. حقيقة الروح / Haqiqatur Ruh (terjenah: Hakekat Ruh)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">31. كتاب أسرار معاملات الدين / Kitabu Asrari Mu’amalatiddin (terjemah: Kitab Rahasia2 Transaksi Agama)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">32. عقيدة المصباح / Aqidatul Mishbah (terjemah: Lampu Aqidah)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">33. المنهج الأعلى / Al-Manhajul A’la (terjemah: Jalan Yang Luhur)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">34. أخلاق الأنوار / Akhlaqul Anwar (terjenah: Lampu Cahaya-cahaya Ilahi)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">35. المعراج / Al-Mi’raj</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">36. حجة الحق / Hujjatul Haq (terjemah: Argumentasi Kebenaran)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">37. تنبيه الغافلين / Tanbihul Ghafilin (terjemah: Peringatan Bagi Orang2 Yang <span class="k2015kh" id="k2015kh_3" style="border-left-color: transparent; border-right-color: transparent; border-style: solid; border-top-color: transparent; border-width: 1px; color: #009900; cursor: pointer; display: inline !important; float: none; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: underline;">Lupa</span>)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">39. رسالة الأقطاب / Risalatul Aqthab (terjemah: Risalah Wali-wali Quthub)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">40. مسلم السلاطين / Musallamus Salathin</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">41. القانون الكلي Artinya: Al-Qanunul Kulliyyu (terjemah: Undang-undang Universal)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">42. القربة الى الله / Al-Qurbatu Ilallah (terj: Pendekatan Diri Kepada Allah)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">43. مفصل القياس فى أصول الخلاف / Mufashshalul Qiyas fii Ushulil Khilaf</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">44. أسرار اتباع السنة / Asrarut Tiba’is Sunnah (terjemah: Rahasia2 Mengikuti Sunnah)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">45. تلبيس ابليس / Talbisu Iblis (terjemah: Penyamaran Iblis)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">46. البادى و الغايات / Al-Badi wal Ghayat</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">47. الأجوبة / Al-Ajwibah (terjemah: Jawaban-jawaban)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">48. كتاب عجائب صنع الله / Kitabu ‘Aja’ibi Sun’illah (terjemah: Kitab Keajaiban2 Ciptaan Allah)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">49. رسالة الطير / Risalatut Thair (terjemah: Risalah Burung)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">50. الرد على من طغى / Ar-Raddu ‘ala Man Thagha (terjemah: Bantahan Terhadap Orang Yang Melampaui Batas)</strong><br />
<strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">51. الأوفاق الغرالى / Al-Awfaqul Ghozali</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; outline: none; padding: 1em 0px;">
Demikian sedikit kisah detik-detik menjelang wafatnya sang <strong style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><em style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Hujjatul Islam Imam Ghozali</em></strong></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-47980082571956544302014-02-13T09:19:00.002+00:002014-02-13T09:19:56.870+00:00MERAYAKAN VALENTINE DAY<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Di hari-hari ini, sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: magenta;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwmYKdZiQarECuNLsNxkGk7DVZGQb6FTdwNesyVRtFeoYlglpZbl5Bqw3YsyThzlO-EFy-ecMMP4Qt_79_HaWwbWRY5N87U-9phmMpjqmMxmxW4rnp7YDcpzlYFpYXycbn1lmI2wnA3n0u/s1600/1535733_1435568756677258_488748322_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwmYKdZiQarECuNLsNxkGk7DVZGQb6FTdwNesyVRtFeoYlglpZbl5Bqw3YsyThzlO-EFy-ecMMP4Qt_79_HaWwbWRY5N87U-9phmMpjqmMxmxW4rnp7YDcpzlYFpYXycbn1lmI2wnA3n0u/s1600/1535733_1435568756677258_488748322_n.jpg" height="320" width="291" /></a></span></div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Dan Anda pasti mafhum, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan dengan Valentine Day. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa demikian?</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">SEJARAH VALENTINE DAY</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya: </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">TRADISI KIRIM KARTU </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;"> Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">KEPENTINGAN BISNIS </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;"> PESTA KEMAKSIATAN </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan Amerika.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">IKUT MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu? </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani tersebut, apa pun alasanya.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik! </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah. ” </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span style="color: magenta;">Wallahu'alam bishawab.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dinukil dari berbagai sumber</div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-53412109431643060322014-01-02T07:49:00.000+00:002014-01-22T06:25:04.375+00:00WUDHU BAGI KESEHATAN .<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ</span></div>
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">سْــــــــــــــمِاللهِالرَّحْ</span><wbr style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"></wbr><span class="word_break" style="background-color: white; color: #333333; display: inline-block; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"></span><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">مَنِالرَّحِيْـــــم</span></div>
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره )) رواه مسلم.</span></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhu'nya, maka keluarlah dosa-dosanya </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXrr_NikiprsQ8Q_7yaW9zdkF0V5hHB1Y6h8EW8WMbtxh6Gs4VX330UHZPwF7U5GpUoaSKEnVzHV365smqUzHRHY7hNXOGkg60XxcloN-cPxW2DYmm1OUjEieK5-gtcb6JvhX2vCy24f3b/s1600/1381753_10151791110333644_64726778_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXrr_NikiprsQ8Q_7yaW9zdkF0V5hHB1Y6h8EW8WMbtxh6Gs4VX330UHZPwF7U5GpUoaSKEnVzHV365smqUzHRHY7hNXOGkg60XxcloN-cPxW2DYmm1OUjEieK5-gtcb6JvhX2vCy24f3b/s320/1381753_10151791110333644_64726778_n.jpg" height="240" width="320" /></a></span></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
dari kulitnya sampai dari </span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">kuku jari-jemarinya". HR. Muslim.</span><br />
<div style="text-align: right;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">وقال أيضا: ((إن أمتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من آثار الوضوء، فمن استطاع منكم أن يطيل غرته فليفعل )) متفق عليه. </span></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Rasulullah bersabda, "Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, (Abu Hurairah menambahkan) maka siapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim).<br /><br />Ilmu kontemporer menetapkan -setelah melalui percobaan mikroskopi terhadap tumbuhnya mikroba pada orang yang berwudhu' secara teratur dan juga kepada yang tidak teratur- bahwasannya orang yang selalu berwudhu maka mayoritas hidung mereka menjadi bersih, tidak terdapat berbagai mikroba. Oleh karena itu, adanya mikroba yang menempel pada mereka hilang sama sekali ketika mereka membersihkan hidung, Dan sudah jelas bahwasannya proses keracunan itu terjadi adanya perkembangan berbagai mikroba yang berbahaya bagi rongga hidung, kemudian sampai ke tenggorokan untuk kemudian terjadi berbagai peradangan dan penyakit, apalagi jika sampai masuk ke peredaran darah!!<br />Oleh karena itu, disyari'atkan untuk melakukan istinsyaaq (menghirup air ke dalam hidung) sebanyak 3 kali kemudian menyemburkannya (tetap dengan hidung) setiap kali wudhu. Adapun berkumur-kumur itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi, serta menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel gigi. Dan sudah terbukti secara ilmiah bahwa 90% orang yang mengalami kerusakan gigi jika saja mereka mau perhatian terhadap kebersihan mulutnya ketika dahulu rusak gigi-gigi mereka, dan adanya pembusukan yang terjadi disebabkan oleh makanan dan air liur dan bercampur dalam perut dan menuju ke darah. Dan dari darah itulah kemudian menyebar ke seluruh organ dan kemudian menyebabkan berbagai penyakit.<br />Membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberikan manfaat untuk menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri, apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit.<br />wudhu' telah mendahului Ilmu Pektrologi modern dan para pakar yang menggunakan karantina sebagai media untuk mengetahui berbagai mikroba dan jamur-jamur yang menyerang kulit orang-orang yang tidak suka dengan kebersihan, dimana kebersihan ini semakna dengan wudhu dan mandi dan dengan uji-coba dan penelitian.<br />Penelitian dan uji coba ini memberikan manfaat yang lain:<br />Bahwa kedua tangan banyak membawa mikroba yang terkadang berpindah ke mulut atau hidung apabila tidak dibasuh. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk membersihkan kedua tangan terlebih dahulu sebelum melakukan wudhu'. Dan ini menambah jelas kepada kita sabda Rasulullah:</span><br />
<div style="text-align: right;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">(( إذا استيقظ أحدكم من نوميه فلا يغمس يده في الإناء حتى يغسلها ثلاثا )) </span></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tudir, maka janganlah mencelupkan kedua tangannya ke bejana (tempat air) sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali.<br /><br />Dan sudah terbukti juga bahwa peredaran darah pada organ tangan bagian atas dan lengan bawah serta organ-organ bagian bawah seperti kedua kaki dan kedua betis adalah organ-organ yang paling lemah dibandingkan organ tubuh lainnya karena jauhnya dari pusat peredaran darah, jantung. Maka apabila kita membasuhnya diserta menggosoknya, maka akan menguatkan peredaran darah pada organ-organ tersebut sehingga membantu kita menambah tenaga dan vitalitas. Dan dari itu semua, maka terketahuilah mukjizat disyari'atkannya wudhu' di dalam Islam.<br /><i>Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah<br />Muhammad Kamil Abd Al-Shomad</i></span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br />Dr. Ahmad Syauqy Ibrahim, Anggota Ikatan Dokter Kerajaan Arab Saudi di London dan Penasihat Penderita Penyakit Dalam dan Penyakit Jantung mengatakan, "Para Pakar sampai berkesimpulan bahwa mencelupkan anggota tubuh ke dalam air akan bisa mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan menjadi rileks syaraf-syaraf dan otot, hilangnya kenaikan detak jantung dan nyeri-nyeri otot, kecemasan, dan insomnia (susah tidur)". Hal ini dikuatkan oleh salah seorang pakar dari Amerika dengan ucapannya, "Air mengandung kekuatan magis, bahkan membasuhkan air ke wajah dan kedua tangan -yang dimaksud adalah aktivitas wudhu'- adalah cara yang paling efektif untuk relaksasi (menjadikan badan rileks) dan menghilangkan tensi tinggi (emosi).<br /><br />Sungguh, Maha Suci Allah Yang Maha Agung .<br /><br />وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُ هُ </span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"></span><br />
<a name='more'></a><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-33123349402368123262014-01-02T07:30:00.001+00:002014-01-02T07:30:21.320+00:00HUKUM PERINGATAN MAULID NABI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
PERINGATAN MAULID NABI SAW.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKE7clg9z4g891SAfRWfkaGF9iZTMdDKgN7FqmMjjyS6c0LR0sZy0cKXJiveIUbGTTfdFCaHrrAfQQ_7vUgZ_Wx7fT9ZPeFRGxIBWCELrl2fdcaevehCW-StdaJw2IKV8lbNYaC0YIoKqZ/s1600/1450189_608931505836971_928667318_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKE7clg9z4g891SAfRWfkaGF9iZTMdDKgN7FqmMjjyS6c0LR0sZy0cKXJiveIUbGTTfdFCaHrrAfQQ_7vUgZ_Wx7fT9ZPeFRGxIBWCELrl2fdcaevehCW-StdaJw2IKV8lbNYaC0YIoKqZ/s320/1450189_608931505836971_928667318_n.jpg" width="235" /></a></div>
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yg membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
• Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
• Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162). dari hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dg puasa.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya : “oh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..”, namun beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya, contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?”, maka amir menjawab : “oh itu hari kelahiran saya”. Nah.. bukankah jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yg berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yg perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dg hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yg lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yg berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dg puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yg perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kasih sayang Allah atas kafir yg gembira atas kelahiran Nabi saw</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab menjawab : “di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dg kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam imam diatas yg meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tak mengingkarinya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yg menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yg dilarang adalah syair syair yg membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yg memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
sebelumnya perlu saya jelaskan bahwa yg dimaksud Al Hafidh adalah mereka yg telah hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, dan yg disebut Hujjatul Islam adalah yg telah hafal 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dengan karangan maulidnya yg terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg karangan maulidnya yg bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid ibn katsir”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
15. Imam assyakhawiy</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yg terkenal dg ibn diba’</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya addiba’i</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
18. Imam ibn hajar al haitsami</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
19. Imam Ibrahim Baajuri</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
20. Al Allamah Ali Al Qari’</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid al maulid mustofa adnaani</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
27. Syihabuddin Al Halwani</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
29. Asyeikh Ali Attanthowiy</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
30. As syeikh Muhammad Al maghribi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yg jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari kerinduan pada Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika sa’ad bin Mu’adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum anshar : “Berdirilah untuk tuan kalian” (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka’b bin Malik ra.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yg dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yg adil dan yg semacamnya merupakan hal yg baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yg dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yg duduk, dan Imam Nawawi yg berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka taka apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat lain yg melarang berdiri untuk penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Namun sehebat apapun pendapat para Imam yg melarang berdiri untuk menghormati orang lain, bisa dipastikan mereka akan berdiri bila Rasulullah saw datang pada mereka, mustahil seorang muslim beriman bila sedang duduk lalu tiba tiba Rasulullah saw datang padanya dan ia tetap duduk dg santai..</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yg tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yg Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Jauh berbeda bila kita yg berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yg padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam imam yg hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yg luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bid’ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yg sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yg terncantum pd Bab Bid’ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid’ah hasanah,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yg mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yg diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw yg sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yg dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yg mengingkarinya karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yg mustahab (yg dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yg menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yg wajib .</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yg hukumnya sunnah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yg wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dg Nabinya saw, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw, dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sebagaimana penulisan Alqur’an yg merupakan hal yg tak perlu dizaman nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yg membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yg wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafa’urrasyidin, sahabat radhiyallahu’anhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yg awam, namun hanya sebagian saudara saudara kita muslimin yg masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Wallahu 'Alam bishowab </div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-60751624360654085202014-01-02T07:28:00.000+00:002014-01-02T07:28:01.170+00:00MENIKAH DAN TANGGUN JAWAB<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Assalamu'alaikum..<br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Menikah Bukti Keagungan Allah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Allah swt. berfirman,</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ </span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">يَتَفَكَّرُونَ (الروم21(</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilj6fQPBoWcI95L5JI94_B5hYvLkM_PkmhobaqZfMz4JeMFOJ-9ol-0Aow_76AmBr6qSD8zLlxy10qKKuHd4zqmRnNP14GmDu7-PQC4v8UfNbqN1zmqKRgiKisPegboCxNs3slgpvryi4N/s1600/1469759_622626031134185_147434024_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilj6fQPBoWcI95L5JI94_B5hYvLkM_PkmhobaqZfMz4JeMFOJ-9ol-0Aow_76AmBr6qSD8zLlxy10qKKuHd4zqmRnNP14GmDu7-PQC4v8UfNbqN1zmqKRgiKisPegboCxNs3slgpvryi4N/s320/1469759_622626031134185_147434024_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Ar Rum:21</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Ayat ini sebenarnya bagian dari cerita tanda-tanda keagungan Allah swt. dan kekuasaan-Nya. Bahwa semua yang ada di langit dan di bumi dan segala yang terjadi datang dari-Nya. Termasuk diciptakannya manusia berpasang-pasangan yang dengannya terjadi kelanjutan hidup, seperti yang disebutkan pada ayat di atas. Karenanya hakikat pernikahan dan rumah tangga bagi Allah swt. adalah ikatan yang sangat agung. Karena dengannya nampak keagungan-Nya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sebaliknya, ketika manusia hidup di alam perzinaan, yang nampak hanyalah kebinatangan. Bila kebinatangan yang menonjol dalam hidup manusia, kerusakan pasti akan meraja lela. Paling tidak yang pertama kali hancur adalah kemanusiaan. Manusia tidak lagi perduli dengan rumah tangga. Bila rumah tangga hancur, garis nasab akan hilang. Lama ke lamaan manusia tidak tahu lagi siapa sebenarnya yang ia gauli. Tidak mustahil suatu saat – bahkan ini sudah banyak terjadi – akan lahir seorang anak dari hubungan ayah dengan anaknya, atau hubungan ibu dengan anaknya, atau hubungan antara saudara seayah dan sebagainya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Karena itu pada ayat di atas, Allah swt. menjadikan hakikat berpasang-pasangan sebagai bukti keagungan-Nya, supaya manusia tidak begitu mudah merendahkan dirinya dengan menganggap bahwa berhubungan dengan siapa saja boleh-boleh saja. Tidak, janganlah sekali-kali perbuatan ini dilakukan. Sebab dengan melakukan perzinaan seseorang tidak saja mengahancurkan kemanusiaannya sendiri melainkan lebih dari itu ia telah merendahkan Allah swt. dengan meremehkan tanda-tanda keagungan-Nya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Jelasnya bahwa dari ayat di atas setidaknya ada tiga langkah yang bisa kita bahas secara mendalam dalam tulisan ini untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(a) Bangun Jiwa Sakinah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(b) Hidupkan Semangat Mawaddah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(c) Pertahankan Spirit Rahmah.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dan ketiga langkah ini adalah bekal utama setiap rumah tangga. Bila salah satunya hilang, rumah tangga akan rapuh dan mudah retak. Karena itu hendaklah ketiga langkah tersebut benar-benar dicapai secara maksimal, atau paling tidak mendekatinya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Bangun Jiwa Sakinah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Allah berfirman: litaskunuu ilaihaa, artinya agar kau berteduh wahai para suami kepada istrimu. Kata litaskunuu diambil dari kata sakana yaskunu artinya berdiam atau berteduh. Dari kata sakana ini di ambil istilah sakinah yang kemudian diartikan tenang. Memang bisa saja kata sakana diartikan tenang, tetapi pengertian dalam ayat ini lebih dalam lagi dari sekedar tenang.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Syaikh Ibn Asyur dalam tafsirnya At Tahrir wat Tanwiir mengartikan kata litaskunuu dengan dengan tiga makna:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(1) lita’lafuu artinya agar kamu saling mengikat hati, seperti uangkapan ta’liiful quluub. Dalam surah Al Anfal: 63 Allah berfirman: wa allafa baina quluubihim (Dialah Allah yang telah mempersatukan hati di antara mereka). Dengan makna ini maka antara suami istri hendaknya benar-benar membangun ikatan hati yang kuat. Dan sekuat-kuat pengikat hati adalah iman. Maka semakin kuat iman seseorang, semakin kuat pula ikatan hatinya dalam rumah tangganya. Sebaliknya semakin lemah iman seseorang, bisa dipastikan bahwa rumah tangga tersebut akan rapuh dan mudah retak.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(2) Tamiiluu ilaihaa artinya kau condong kepadanya. Condong artinya pikiran, perasaan dan tanggung jawab tercurah kepadanya. Dengan makna ini maka suami istri bukan sekedar basa-basi untuk bersenang-senang sejenak. Melainkan benar-benar dibangun di atas tekad yang kuat untuk membangun masa depan rumah tangga yang bermanfaat. Karenanya harus ada kecondongan dari masing-masing suami istri. Tanpa kecondongan pasti akan terjadi keterpaksaan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Karena itu orang tua jangan memaksakan kehendaknya jika memang ternyata dalam diri anaknya tidak ada kecondongan. Saya sering menemukan seorang anak muda mengeluh karena dipaksa orang tuanya untuk menikah dengan si fulanah. Sementara dalam diri anak muda tersebut tidak ada kecondongan sama sekali. Tapi orang tuanya mengancam dan bahkan menganggap ia bukan anaknya jika tidak mengikuti keinginannya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Ini tentu sikap yang tidak pada tempatnya. Orang tua harus tahu bahwa sakinah dalam rumah tangga tidak akan di capai tanpa adanya kecondongan. Pun orang tua harus tahu bahwa yang akan hidup bersama istrinya adalah sang anak. Maka tidak benar menggunakan kartu merah orang tua, untuk memaksakan kecondongannya supaya anak mengikutinya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Seringkali rumah tangga hancur karena orang tua tidak meperhatikan kecondongan sang anak. Karena itu untuk membangun sakinah harus ada dalam diri masing-masing suami istri kecondongan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(3) Tathma’innuu biha artinya kau merasa tenang dengannya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dalam surah Ar Ra’d:28 Allah berfirman: alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub (Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram). Dari sini nampak bahwa untuk mencapai ketenangan dalam rumah tangga hanya dengan banyak berdzikir kepada Allah.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Para ulama menyebutkan bahwa dzikir ada tiga dimensi: dzikurullisan (dzikir dengan lidah), dzikrul qalb (dzikir dengan hati) maksudnya hatinya selalu sadar dan ingat kepada Allah, dan dzikrul haal (dzikir dengan perbuatan), maksudnya seluruh perbuatannya selalu dalam ketaatan kepada Allah swt. Maka sungguh tidak mungkin mencapai sakinah rumah tangga yang penuh dengan kemaksiatan kepada Allah swt.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Termasuk kemaksiatan ketika masing-masing suami suka berbohong. Banyak rumah tangga yang retak karena ketidak jujuran masing-masing suami istri. Bila seorang suami suka berbohong pasti sang istri akan gelisah. Selanjutnya ketenangan akan hilang dalam rumah tangga. Sebaliknya bila istri suka berbohong, sang suami pasti tidak akan merasa tenang bersamanya. Bila suami tidak tenang, bisa jadi kelak rumah tangga akan terancam. Dari sini perceraian demi perceraian terjadi. Asal muasalnya karena kebiasaan tidak jujur dan dosa-dosa.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Hidupkan Semangat Mawaddah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Mawaddah artinya cinta. Imam Hasan Al Bashri mengartikan kata mawaddah sebagai metafor dari hubungan seks. Jelasnya bahwa mawaddah adalah perasaan cinta dan senang dengannya rumah tangga menjadi bergairah dan penuh semangat. Tanpa mawaddah rumah tangga akan kering. Mawaddah biasanya sangat personal. Ia tidak tergantung kepada kecantikan istri atau ketampanan suami. Boleh jadi di mata banyak orang wanita itu tidak cantik, tetapi sang suami sangat mencintainya. Pun boleh jadi wanita itu disepakati sebagai wanita cantik, tetapi sang suami ternyata sangat membencinya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa cinta biasanya sering menggebu di masa muda atau di awal-awal pernikahan. Lama ke lamaan setelah masuk dalam rutinitas rumah tangga, getaran cinta menjadi melemah. Karenanya Allah swt. bekali rahmah sebagai pengimbangnya, supaya ketika sinyal cinta mulai redup, masih ada semangat rahmah yang akan menyelamatkan rumah tangga tersebut. Lain halnya dengan orang-orang yang membangun rumah tangga hanya dengan modal cinta, rumah tangga rentan mudah roboh dan tidak kokoh.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Ibarat mesin, mawaddah adalah dinamo penggerak yang mengairahkan. Dengan mawaddah rumah tangga menjadi dinamis dan produktif. Sebaliknya bila jiwa mawaddah hilang, rumah tangga akan menjadi monoton tanpa dinamika sama sekali. Dalam penelitian saya minimal ciri mawaddah ada tiga:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(a) Katsratut tahaady (selalu saling memberi hadiah), karena seperti kata Nabi saw. dengan saling memberi hadiah cinta akan selalu hangat.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(b) Katsratu dzikrihi (selalu saling mengingat kebaikannya). Sebab dengan mengingat kebaikannya seseorang akan selalu merasa berhutang budi. Hindari melihat keburukan dan kekurangannya, karena itu akan menumbuhkan kebencian dan perselisihan tiada henti.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(c) Katsratul ittishaali ma’ahu (selalu saling berkomunikasi) sebab dari kemunikasi akan hilang prasangka. Banyak hal yang sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan, tetapi karena lemahnya komunikasi seringkali kesalahpahaman terjadi.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Pertahankan Spirit Rahmah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Rahmah artinya kasih sayang, diambil dari kata rahima yarhamu. Dari kata ini pula diambil kata ar rahmaan salah satu nama Allah swt. Bahwa Allah Maha Penyayang. Para ahli tafsir mengatakan bahwa rahman-Nya Allah meliputi seluruh mahluk-Nya: manusia, binatang, dan mahluk-mahluk lainnya. Termasuk orang-orang yang tidak beriman, karenanya mereka masih bisa hidup dan bisa menikmati fasilitas kehidupan dari Allah, padahal mereka setiap hari tidak mentaati-Nya. Kata rahmah lebih bermakna kesungguhan untuk berbuat baik kepada orang lain, apa lagi kepada keluarga.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Memang setiap orang mempunyai kekurangan, dan tidak ada seorang pun yang mecapai kesempurnaan. Maka jika setiap manusia selalu mempersepsikan adanya pasangan yang sempurna, pasti pada akhirnya ia tidak akan pernah punya pasangan. Dalam pepatah Arab dikatakan: “Man talaba akhan bilaa ‘aibin laqiya bilaa akhin (orang yang mencari kawan tanpa cacat, pasti pada akhirnya ia tidak akan punya kawan).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Kata rahmah lebih mencerminkan sikap saling memahami kekuarangan masing-masing lalu berusaha untuk saling melengkapi. Sikap rahmah menekankan adanya sikap saling tolong menolong dalam bersinergi, sehingga kekurangan berubah menjadi kesempurnaan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sikap rahmah seringkali berperan ketika semangat cinta mulai menurun. Biasanya itu terjadi setelah usia suami istri sama-sama mencapai tahap tua. Cucu sudah mulai banyak. Badan banyak sakit-sakitan. Pada saat itu kebertahanan rumah tangga sangat ditopang oleh kekuatan rahmah (kasih sayang).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Karena itu mawaddah dan rahmah ibarat dua sayap bagi burung. Bila kedua sayap itu berfungsi dengan baik, maka rumah tangga akan berjalan penuh kebahagiaan. Ibarat burung terbang di angkasa, ia menikmati keindahan alam semesta dan penuh dengan kelapangan dada. Tanpa sedikit pun ada beban di hatinya. Terbang ke mana saja ia mau, tidak ada hambatan dan kesulitan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Kesadaran Akhirat</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Pada penutup ayat di atas Allah swt. berfirman: inna fiidzaalika laayatil liqawmiyyatafakkaruun maksudnya bahwa itu semua merupakan bukti bagi orang-orang yang berpikir. Yaitu orang-orang yang menggunakan akalnya untuk memahami ajaran Allah swt.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dalam Al Qur’an banyak sekali penegasan bahwa kelak di hari Kiamat banyak manusia menyesal karena selama di dunia tidak menggunakan akalnya. Allah swt. berfirman,</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” Al Mulk:10</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dari sini nampak bahwa yang membedakan antara manusia dan mahluk lainnya adalah karena manusia Allah bekali akal. Dan di antara ciri orang-orang berakal bahwa ia selalu menegakkan kedamaian dalam hidupnya terutama minimal dalam rumah tangganya. Maka ketika ia tidak bisa membangun kedamaian dalam rumah tangganya, bisa dipastikan ia akan gagal dalam lapangan kehidupan yang lain.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Bila seseorang gagal dalam rumah tangga otomatis ia menyesal. Menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik selama di dunia. Penyesalan itu terjadi kelak setelah ia tahu bahwa ternyata Allah tidak menyia-nyiakan sekecil apapun yang dilakukan manusia. Famayya’mal mitsqaal dzarratin khairay yarah wamay ya’mal mitsqaala dzarratin syarray yarah (Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” Qs. Az Zalzalah:7-8.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Kesadaran akhirat seperti inilah yang harus selalu dicamkan oleh setiap suami istri, karena hanya dengan kesadaran ini semua prilaku akan menjadi baik dan rumah tangga akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Wallahu’ alam bishshwab.</span></div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-85122442334161014932014-01-02T07:26:00.001+00:002014-01-02T07:26:17.149+00:00The Primary Organizer<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Islam Terbukti Benar, Misteri Tulang Merekam Dan Menjadi Saksi Perbuatan Manusia Terkuak</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Sebagian besar manusia menganggap tulang ekor yang terletak di bagian bawah ruas tulang belakang sebagai organ sisa yang tidak memiliki fungsi berarti</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">. Anggapan ini juga dikuatkan oleh seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman, R Wiedersheim. Pada tahun 1895, ia membuat daftar 100 struktur anatomi tubuh yang dianggap tidak memiliki fungsi tersebut.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYk4y-AU3S2cLqMw5BJlSGbnfWEVVx7f6qyLB98P_kYl_qy4omzrJZ-GTSK7o04wGKoHb52xK_sYADEkUhu2GJqJ7eQpw6Z1DN5NC3I9HM2N8UxUoLHwVdh3OmpsvEJIYSwskn5vMqS-M6/s1600/1426513_471800792936965_1530463667_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYk4y-AU3S2cLqMw5BJlSGbnfWEVVx7f6qyLB98P_kYl_qy4omzrJZ-GTSK7o04wGKoHb52xK_sYADEkUhu2GJqJ7eQpw6Z1DN5NC3I9HM2N8UxUoLHwVdh3OmpsvEJIYSwskn5vMqS-M6/s320/1426513_471800792936965_1530463667_n.jpg" width="320" /></a></span></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /><br />Salah satunya adalah tulang ekor. Namun, seiring kemajuan tekhnologi, fungsi organ tersebut kian terkuak. Tulang ekor menyangga tulang-tulang di sekitar panggul dan merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil. Tanpa tulang ini, manusia tidak akan bisa duduk nyaman.<br /><br />Sisi ajaib tulang ekor ini pun telah ditemukan. Adalah Han Spemann, ilmuwan Jerman yang berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang Kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa <b>asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula.</b><br />Dalam penelitiannya, ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio-embrio lain. Hasilnya, tulang ekor ini tumbuh sebagai janin kedua di dalam janin tuan rumah.<br /><br />Untuk itulah Han menyebutnya dengan “The Primary Organizer” atau pengorganisir pertama.<br /><br />Pada saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan. Pertama, External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus. Sedangkan lapisan kedua, Internal Hypoblast yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana).<br /><br />Misteri Tulang yang Merekam Semua Perbuatan Manusia spemann3<br /><br />Dari sinilah beberapa unsure dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endodermterbentuk. Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat. Mesoderm, membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringansubcutaneous, sistem limpa, limpa dan kulit luar. Sedangkan, Endoderm, membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-orang yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai tulang ekor.<br /><br />Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak ‘hancur’.<br /><br />Dr. Othman al Djilani dan Dr. Othman al Djilan juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selam sepuluh menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana’a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr. al Olaki, profesor bidang histology dan pathologidi Sana’a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.<br /><br />Lebih dari itu, –dan ini yang terpenting-, ‘ajbu dz-dzanab, atau tulang ekor –sari rikadatu atau relix dalam bahasa Hindu-Budha-, berdasarkan penelitian mutakhir, sebagaimana yang disampaikan oleh Jamil Zaini, Trainer Asia Tenggara Kubik Jakarta ketika mengisi acara buka puasa bersama di al Azhar-Solo Baru dengan tajuk, “Inspiring Day; Inspiring The Spirit of Life”, tulang ekor ini merekam semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Ia merekam semua perbuatan baik-buruk mereka. Dan perbuatan mereka ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya.<br /><br />Putih bersih atau hitam kotor. Semakin banyak energy positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang ekornya, dan semakin banyak energy negative atau keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya. Dalam tradisi hindu-budha, mayat orang yang mati dari mereka akan dibakar, dan di antara yang dicari setelah mayit menjadi abu adalah tulang ekornya. Mereka ingin melihat apa warna tulang ekornya; putih atau hitam. Pak Jamil pun menjelaskan bahwa sekira tahun 2004 ada pameran tulang ekornya Shidarta Gawtama. Tulang ekornya Shidarta Gawtama putih bening bersih, ini karena energy positif yang dilakukan oleh Shidarta Gawtama banyak. Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Ajaibnya, ini semua sudah disabdakan oleh Nabi berpuluh abad yang lalu.<br /><br />Ilmuwan muslim pada paruh kedua abad ke-20 telah mendasarkan pemahaman mereka mengenai kemukjizatan hadis tentang tulang ekor ini pada kaidah pengetahuan yang paling dasar, yaitu “Tulang ekor merupakan bagian pertama yang tumbuh dari janin, biasa disebut dengan primitive streak, yaitu bagian utama yang terbentuk pada minggu ketiga”. Hal ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah Saw, “Dari tulang ekorlah kalian akan dibangkitkan.”<br /><br />“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan bersaksilah kaki mereka terhadap apa yang dahulu telah mereka kerjakan”. (Qs.Yasin: 65)<br /><br />"Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).” (Qs. An-Nur: 24-25).<br /><br />“Dan (ingatlah) hari (ketika) para musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. Kamu senantiasa menyembunyikan dosa-dosamu bukan sekali-kali lantaran kamu takut terhadap persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu, tetapi karena kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan ini adalah prasangka jelek yang kamu miliki sangka terhadap Tuhan-mu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. Fushilat: 19-23).<br />Walahu 'alambishowab</span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br />Sumber :ebo/suaranews</span></div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-37306311635443390362013-12-18T07:24:00.003+00:002014-01-02T07:29:29.844+00:00Menikah Bukti Keagungan Allah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Menikah Bukti Keagungan Allah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Allah swt. berfirman,</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ </span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">يَتَفَكَّرُونَ (الروم21(</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSMA0zpudqY1KKTk1PxiMa1C_2VhfyKXmtbhvquzbs6osc7H-UwgbxTLBw5tNs0hEVi_c5lzoe7l6yCjBGJ5DWIagv2ikQHS49IZHcYeZqVl1GSij8IAHeyIEquWTYQSYmxZTbdrAid063/s1600/1465196_616205298442925_916357799_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSMA0zpudqY1KKTk1PxiMa1C_2VhfyKXmtbhvquzbs6osc7H-UwgbxTLBw5tNs0hEVi_c5lzoe7l6yCjBGJ5DWIagv2ikQHS49IZHcYeZqVl1GSij8IAHeyIEquWTYQSYmxZTbdrAid063/s320/1465196_616205298442925_916357799_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Ar Rum:21</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Ayat ini sebenarnya bagian dari cerita tanda-tanda keagungan Allah swt. dan kekuasaan-Nya. Bahwa semua yang ada di langit dan di bumi dan segala yang terjadi datang dari-Nya. Termasuk diciptakannya manusia berpasang-pasangan yang dengannya terjadi kelanjutan hidup, seperti yang disebutkan pada ayat di atas. Karenanya hakikat pernikahan dan rumah tangga bagi Allah swt. adalah ikatan yang sangat agung. Karena dengannya nampak keagungan-Nya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sebaliknya, ketika manusia hidup di alam perzinaan, yang nampak hanyalah kebinatangan. Bila kebinatangan yang menonjol dalam hidup manusia, kerusakan pasti akan meraja lela. Paling tidak yang pertama kali hancur adalah kemanusiaan. Manusia tidak lagi perduli dengan rumah tangga. Bila rumah tangga hancur, garis nasab akan hilang. Lama ke lamaan manusia tidak tahu lagi siapa sebenarnya yang ia gauli. Tidak mustahil suatu saat – bahkan ini sudah banyak terjadi – akan lahir seorang anak dari hubungan ayah dengan anaknya, atau hubungan ibu dengan anaknya, atau hubungan antara saudara seayah dan sebagainya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Karena itu pada ayat di atas, Allah swt. menjadikan hakikat berpasang-pasangan sebagai bukti keagungan-Nya, supaya manusia tidak begitu mudah merendahkan dirinya dengan menganggap bahwa berhubungan dengan siapa saja boleh-boleh saja. Tidak, janganlah sekali-kali perbuatan ini dilakukan. Sebab dengan melakukan perzinaan seseorang tidak saja mengahancurkan kemanusiaannya sendiri melainkan lebih dari itu ia telah merendahkan Allah swt. dengan meremehkan tanda-tanda keagungan-Nya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Jelasnya bahwa dari ayat di atas setidaknya ada tiga langkah yang bisa kita bahas secara mendalam dalam tulisan ini untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(a) Bangun Jiwa Sakinah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(b) Hidupkan Semangat Mawaddah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(c) Pertahankan Spirit Rahmah.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dan ketiga langkah ini adalah bekal utama setiap rumah tangga. Bila salah satunya hilang, rumah tangga akan rapuh dan mudah retak. Karena itu hendaklah ketiga langkah tersebut benar-benar dicapai secara maksimal, atau paling tidak mendekatinya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Bangun Jiwa Sakinah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Allah berfirman: litaskunuu ilaihaa, artinya agar kau berteduh wahai para suami kepada istrimu. Kata litaskunuu diambil dari kata sakana yaskunu artinya berdiam atau berteduh. Dari kata sakana ini di ambil istilah sakinah yang kemudian diartikan tenang. Memang bisa saja kata sakana diartikan tenang, tetapi pengertian dalam ayat ini lebih dalam lagi dari sekedar tenang.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Syaikh Ibn Asyur dalam tafsirnya At Tahrir wat Tanwiir mengartikan kata litaskunuu dengan dengan tiga makna:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(1) lita’lafuu artinya agar kamu saling mengikat hati, seperti uangkapan ta’liiful quluub. Dalam surah Al Anfal: 63 Allah berfirman: wa allafa baina quluubihim (Dialah Allah yang telah mempersatukan hati di antara mereka). Dengan makna ini maka antara suami istri hendaknya benar-benar membangun ikatan hati yang kuat. Dan sekuat-kuat pengikat hati adalah iman. Maka semakin kuat iman seseorang, semakin kuat pula ikatan hatinya dalam rumah tangganya. Sebaliknya semakin lemah iman seseorang, bisa dipastikan bahwa rumah tangga tersebut akan rapuh dan mudah retak.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(2) Tamiiluu ilaihaa artinya kau condong kepadanya. Condong artinya pikiran, perasaan dan tanggung jawab tercurah kepadanya. Dengan makna ini maka suami istri bukan sekedar basa-basi untuk bersenang-senang sejenak. Melainkan benar-benar dibangun di atas tekad yang kuat untuk membangun masa depan rumah tangga yang bermanfaat. Karenanya harus ada kecondongan dari masing-masing suami istri. Tanpa kecondongan pasti akan terjadi keterpaksaan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Karena itu orang tua jangan memaksakan kehendaknya jika memang ternyata dalam diri anaknya tidak ada kecondongan. Saya sering menemukan seorang anak muda mengeluh karena dipaksa orang tuanya untuk menikah dengan si fulanah. Sementara dalam diri anak muda tersebut tidak ada kecondongan sama sekali. Tapi orang tuanya mengancam dan bahkan menganggap ia bukan anaknya jika tidak mengikuti keinginannya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Ini tentu sikap yang tidak pada tempatnya. Orang tua harus tahu bahwa sakinah dalam rumah tangga tidak akan di capai tanpa adanya kecondongan. Pun orang tua harus tahu bahwa yang akan hidup bersama istrinya adalah sang anak. Maka tidak benar menggunakan kartu merah orang tua, untuk memaksakan kecondongannya supaya anak mengikutinya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Seringkali rumah tangga hancur karena orang tua tidak meperhatikan kecondongan sang anak. Karena itu untuk membangun sakinah harus ada dalam diri masing-masing suami istri kecondongan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(3) Tathma’innuu biha artinya kau merasa tenang dengannya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dalam surah Ar Ra’d:28 Allah berfirman: alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub (Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram). Dari sini nampak bahwa untuk mencapai ketenangan dalam rumah tangga hanya dengan banyak berdzikir kepada Allah.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Para ulama menyebutkan bahwa dzikir ada tiga dimensi: dzikurullisan (dzikir dengan lidah), dzikrul qalb (dzikir dengan hati) maksudnya hatinya selalu sadar dan ingat kepada Allah, dan dzikrul haal (dzikir dengan perbuatan), maksudnya seluruh perbuatannya selalu dalam ketaatan kepada Allah swt. Maka sungguh tidak mungkin mencapai sakinah rumah tangga yang penuh dengan kemaksiatan kepada Allah swt.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Termasuk kemaksiatan ketika masing-masing suami suka berbohong. Banyak rumah tangga yang retak karena ketidak jujuran masing-masing suami istri. Bila seorang suami suka berbohong pasti sang istri akan gelisah. Selanjutnya ketenangan akan hilang dalam rumah tangga. Sebaliknya bila istri suka berbohong, sang suami pasti tidak akan merasa tenang bersamanya. Bila suami tidak tenang, bisa jadi kelak rumah tangga akan terancam. Dari sini perceraian demi perceraian terjadi. Asal muasalnya karena kebiasaan tidak jujur dan dosa-dosa.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Hidupkan Semangat Mawaddah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Mawaddah artinya cinta. Imam Hasan Al Bashri mengartikan kata mawaddah sebagai metafor dari hubungan seks. Jelasnya bahwa mawaddah adalah perasaan cinta dan senang dengannya rumah tangga menjadi bergairah dan penuh semangat. Tanpa mawaddah rumah tangga akan kering. Mawaddah biasanya sangat personal. Ia tidak tergantung kepada kecantikan istri atau ketampanan suami. Boleh jadi di mata banyak orang wanita itu tidak cantik, tetapi sang suami sangat mencintainya. Pun boleh jadi wanita itu disepakati sebagai wanita cantik, tetapi sang suami ternyata sangat membencinya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa cinta biasanya sering menggebu di masa muda atau di awal-awal pernikahan. Lama ke lamaan setelah masuk dalam rutinitas rumah tangga, getaran cinta menjadi melemah. Karenanya Allah swt. bekali rahmah sebagai pengimbangnya, supaya ketika sinyal cinta mulai redup, masih ada semangat rahmah yang akan menyelamatkan rumah tangga tersebut. Lain halnya dengan orang-orang yang membangun rumah tangga hanya dengan modal cinta, rumah tangga rentan mudah roboh dan tidak kokoh.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Ibarat mesin, mawaddah adalah dinamo penggerak yang mengairahkan. Dengan mawaddah rumah tangga menjadi dinamis dan produktif. Sebaliknya bila jiwa mawaddah hilang, rumah tangga akan menjadi monoton tanpa dinamika sama sekali. Dalam penelitian saya minimal ciri mawaddah ada tiga:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(a) Katsratut tahaady (selalu saling memberi hadiah), karena seperti kata Nabi saw. dengan saling memberi hadiah cinta akan selalu hangat.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(b) Katsratu dzikrihi (selalu saling mengingat kebaikannya). Sebab dengan mengingat kebaikannya seseorang akan selalu merasa berhutang budi. Hindari melihat keburukan dan kekurangannya, karena itu akan menumbuhkan kebencian dan perselisihan tiada henti.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(c) Katsratul ittishaali ma’ahu (selalu saling berkomunikasi) sebab dari kemunikasi akan hilang prasangka. Banyak hal yang sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan, tetapi karena lemahnya komunikasi seringkali kesalahpahaman terjadi.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Pertahankan Spirit Rahmah</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Rahmah artinya kasih sayang, diambil dari kata rahima yarhamu. Dari kata ini pula diambil kata ar rahmaan salah satu nama Allah swt. Bahwa Allah Maha Penyayang. Para ahli tafsir mengatakan bahwa rahman-Nya Allah meliputi seluruh mahluk-Nya: manusia, binatang, dan mahluk-mahluk lainnya. Termasuk orang-orang yang tidak beriman, karenanya mereka masih bisa hidup dan bisa menikmati fasilitas kehidupan dari Allah, padahal mereka setiap hari tidak mentaati-Nya. Kata rahmah lebih bermakna kesungguhan untuk berbuat baik kepada orang lain, apa lagi kepada keluarga.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Memang setiap orang mempunyai kekurangan, dan tidak ada seorang pun yang mecapai kesempurnaan. Maka jika setiap manusia selalu mempersepsikan adanya pasangan yang sempurna, pasti pada akhirnya ia tidak akan pernah punya pasangan. Dalam pepatah Arab dikatakan: “Man talaba akhan bilaa ‘aibin laqiya bilaa akhin (orang yang mencari kawan tanpa cacat, pasti pada akhirnya ia tidak akan punya kawan).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Kata rahmah lebih mencerminkan sikap saling memahami kekuarangan masing-masing lalu berusaha untuk saling melengkapi. Sikap rahmah menekankan adanya sikap saling tolong menolong dalam bersinergi, sehingga kekurangan berubah menjadi kesempurnaan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sikap rahmah seringkali berperan ketika semangat cinta mulai menurun. Biasanya itu terjadi setelah usia suami istri sama-sama mencapai tahap tua. Cucu sudah mulai banyak. Badan banyak sakit-sakitan. Pada saat itu kebertahanan rumah tangga sangat ditopang oleh kekuatan rahmah (kasih sayang).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Karena itu mawaddah dan rahmah ibarat dua sayap bagi burung. Bila kedua sayap itu berfungsi dengan baik, maka rumah tangga akan berjalan penuh kebahagiaan. Ibarat burung terbang di angkasa, ia menikmati keindahan alam semesta dan penuh dengan kelapangan dada. Tanpa sedikit pun ada beban di hatinya. Terbang ke mana saja ia mau, tidak ada hambatan dan kesulitan.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Kesadaran Akhirat</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Pada penutup ayat di atas Allah swt. berfirman: inna fiidzaalika laayatil liqawmiyyatafakkaruun maksudnya bahwa itu semua merupakan bukti bagi orang-orang yang berpikir. Yaitu orang-orang yang menggunakan akalnya untuk memahami ajaran Allah swt.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dalam Al Qur’an banyak sekali penegasan bahwa kelak di hari Kiamat banyak manusia menyesal karena selama di dunia tidak menggunakan akalnya. Allah swt. berfirman,</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” Al Mulk:10</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dari sini nampak bahwa yang membedakan antara manusia dan mahluk lainnya adalah karena manusia Allah bekali akal. Dan di antara ciri orang-orang berakal bahwa ia selalu menegakkan kedamaian dalam hidupnya terutama minimal dalam rumah tangganya. Maka ketika ia tidak bisa membangun kedamaian dalam rumah tangganya, bisa dipastikan ia akan gagal dalam lapangan kehidupan yang lain.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Bila seseorang gagal dalam rumah tangga otomatis ia menyesal. Menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik selama di dunia. Penyesalan itu terjadi kelak setelah ia tahu bahwa ternyata Allah tidak menyia-nyiakan sekecil apapun yang dilakukan manusia. Famayya’mal mitsqaal dzarratin khairay yarah wamay ya’mal mitsqaala dzarratin syarray yarah (Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” Qs. Az Zalzalah:7-8.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Kesadaran akhirat seperti inilah yang harus selalu dicamkan oleh setiap suami istri, karena hanya dengan kesadaran ini semua prilaku akan menjadi baik dan rumah tangga akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Wallahu’ alam bishshwab.</span></div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-36654880682345615292013-12-18T07:16:00.002+00:002014-01-02T07:31:47.273+00:00KEBERKAHAN AKAD NIKAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Di saat seseorang melaksanakan aqad pernikahan, maka ia akan mendapatkan banyak ucapan do’a dari para undangan dengan do’a keberkahan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW; “Semoga Allah memberkahimu, dan menetapkan keberkahan atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Do’a ini sarat dengan makna yang mendalam, bahwa pernikahan seharusnya akan mendatangkan banyak keberkahan bagi pelakunya. Namun kenyataannya, kita mendapati banyak fenomena yang menunjukkan tidak adanya keberkahan hidup berumah tangga setelah pernikahan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan keluarga du’at (kader dakwah). Wujud ketidakberkahan dalam pernikahan itu bisa dilihat dari berbagai segi, baik yang bersifat materil ataupun non materil.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhFQPR0soFp5bd1f1C1pjl1OFn4boyx0vTa5TSHUVt6BETwZxpwcDBByRmIDLxOpwiRU_f17-ahp9uS4rwig6XCHBvnMuLtV9pX9i_7LyO7jxwrh8oPXozhxwk58ElJ7J0sETZ5ciRiF2g/s1600/150546_483371148361188_1339606443_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhFQPR0soFp5bd1f1C1pjl1OFn4boyx0vTa5TSHUVt6BETwZxpwcDBByRmIDLxOpwiRU_f17-ahp9uS4rwig6XCHBvnMuLtV9pX9i_7LyO7jxwrh8oPXozhxwk58ElJ7J0sETZ5ciRiF2g/s320/150546_483371148361188_1339606443_n.jpg" width="229" /></a></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Munculnya berbagai konflik dalam keluarga tidak jarang berawal dari permasalahan ekonomi. Boleh jadi ekonomi keluarga yang selalu dirasakan kurang kemudian menyebabkan menurunnya semangat beramal/beribadah. Sebaliknya mungkin juga secara materi sesungguhnya sangat mencukupi, akan tetapi melimpahnya harta dan kemewahan tidak membawa kebahagiaan dalam pernikahannya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Seringkali kita juga menemui kenyataan bahwa seseorang tidak pernah berkembang kapasitasnya walau pun sudah menikah. Padahal seharusnya orang yang sudah menikah kepribadiannya makin sempurna; dari sisi wawasan dan pemahaman makin luas dan mendalam, dari segi fisik makin sehat dan kuat, secara emosi makin matang dan dewasa, trampil dalam berusaha, bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan teratur dalam aktifitas kehidupannya sehingga dirasakan manfaat keberadaannya bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Realitas lain juga menunjukkan adanya ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, sering muncul konflik suami isteri yang berujung dengan perceraian. Juga muncul anak-anak yang terlantar (broken home) tanpa arahan sehingga terperangkap dalam pergaulan bebas dan narkoba. Semua itu menunjukkan tidak adanya keberkahan dalam kehidupan berumah tangga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Memperhatikan fenomena kegagalan dalam menempuh kehidupan rumah tangga sebagaimana tersebut di atas, sepatutnya kita melakukan introspeksi (muhasabah) terhadap diri kita, apakah kita masih konsisten (istiqomah) dalam memegang teguh rambu-rambu berikut agar tetap mendapatkan keberkahan dalam meniti hidup berumah tangga ?</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>1. Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun Niyat)</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Motivasi menikah bukanlah semata untuk memuaskan kebutuhan biologis/fisik. Menikah merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT sebagaimana diungkap dalam Alqur’an (QS. Ar Rum:21), sehingga bernilai sakral dan signifikan. Menikah juga merupakan perintah-Nya (QS. An-Nur:32) yang berarti suatu aktifitas yang bernilai ibadah dan merupakan Sunnah Rasul dalam kehidupan sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadits : ”Barangsiapa yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk golonganku” (HR.At-Thabrani dan Al-Baihaqi). Oleh karena nikah merupakan sunnah Rasul, maka selayaknya proses menuju pernikahan, tata cara (prosesi) pernikahan dan bahkan kehidupan pasca pernikahan harus mencontoh Rasul. Misalnya saat hendak menentukan pasangan hidup hendaknya lebih mengutamakan kriteria ad Dien (agama/akhlaq) sebelum hal-hal lainnya (kecantikan/ketampanan, keturunan, dan harta); dalam prosesi pernikahan (walimatul ‘urusy) hendaknya juga dihindari hal-hal yang berlebihan (mubadzir), tradisi yang menyimpang (khurafat) dan kondisi bercampur baur (ikhtilath). Kemudian dalam kehidupan berumah tangga pasca pernikahan hendaknya berupaya membiasakan diri dengan adab dan akhlaq seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Menikah merupakan upaya menjaga kehormatan dan kesucian diri, artinya seorang yang telah menikah semestinya lebih terjaga dari perangkap zina dan mampu mengendalikan syahwatnya. Allah SWT akan memberikan pertolong-an kepada mereka yang mengambil langkah ini; “ Tiga golongan yang wajib Aku (Allah) menolongnya, salah satunya adalah orang yang menikah karena ingin menjaga kesucian dirinya.” (HR. Tarmidzi)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Menikah juga merupakan tangga kedua setelah pembentukan pribadi muslim (syahsiyah islamiyah) dalam tahapan amal dakwah, artinya menjadikan keluarga sebagai ladang beramal dalam rangka membentuk keluarga muslim teladan (usrah islami) yang diwarnai akhlak Islam dalam segala aktifitas dan interaksi seluruh anggota keluarga, sehingga mampu menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya keluarga-keluarga muslim pembawa rahmat diharapkan dapat terwujud komunitas dan lingkungan masyarakat yang sejahtera.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>2. Sikap saling terbuka (Mushorohah)</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Secara fisik suami isteri telah dihalalkan oleh Allah SWT untuk saling terbuka saat jima’ (bersenggama), padahal sebelum menikah hal itu adalah sesuatu yang diharamkan. Maka hakikatnya keterbukaan itu pun harus diwujudkan dalam interaksi kejiwaan (syu’ur), pemikiran (fikrah), dan sikap (mauqif) serta tingkah laku (suluk), sehingga masing-masing dapat secara utuh mengenal hakikat kepribadian suami/isteri-nya dan dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara keduanya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Hal itu dapat dicapai bila suami/isteri saling terbuka dalam segala hal menyangkut perasaan dan keinginan, ide dan pendapat, serta sifat dan kepribadian. Jangan sampai terjadi seorang suami/isteri memendam perasaan tidak enak kepada pasangannya karena prasangka buruk, atau karena kelemahan/kesalahan yang ada pada suami/isteri. Jika hal yang demikian terjadi hal yang demikian, hendaknya suami/isteri segera introspeksi (bermuhasabah) dan mengklarifikasi penyebab masalah atas dasar cinta dan kasih sayang, selanjutnya mencari solusi bersama untuk penyelesaiannya. Namun apabila perasaan tidak enak itu dibiarkan maka dapat menyebabkan interaksi suami/isteri menjadi tidak sehat dan potensial menjadi sumber konflik berkepanjangan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>3. Sikap toleran (Tasamuh)</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dua insan yang berbeda latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan pengalaman hidup bersatu dalam pernikahan, tentunya akan menimbulkan terjadinya perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, memandang suatu permasalahan, cara bersikap/bertindak, juga selera (makanan, pakaian, dsb). Potensi perbedaan tersebut apabila tidak disikapi dengan sikap toleran (tasamuh) dapat menjadi sumber konflik/perdebatan. Oleh karena itu masing-masing suami/isteri harus mengenali dan menyadari kelemahan dan kelebihan pasangannya, kemudian berusaha untuk memperbaiki kelemahan yang ada dan memupuk kelebihannya. Layaknya sebagai pakaian (seperti yang Allah sebutkan dalam QS. Albaqarah:187), maka suami/isteri harus mampu mem-percantik penampilan, artinya berusaha memupuk kebaikan yang ada (capacity building); dan menutup aurat artinya berupaya meminimalisir kelemahan/kekurangan yang ada.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Prinsip “hunna libasullakum wa antum libasullahun (QS. 2:187) antara suami dan isteri harus selalu dipegang, karena pada hakikatnya suami/isteri telah menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipandang secara terpisah. Kebaikan apapun yang ada pada suami merupakan kebaikan bagi isteri, begitu sebaliknya; dan kekurangan/ kelemahan apapun yang ada pada suami merupakan kekurangan/kelemahan bagi isteri, begitu sebaliknya; sehingga muncul rasa tanggung jawab bersama untuk memupuk kebaikan yang ada dan memperbaiki kelemahan yang ada.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sikap toleran juga menuntut adanya sikap mema’afkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al ‘Afwu yaitu mema’afkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu mema’afkan orang lain walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfirah yaitu memintakan ampun pada Allah untuk orang lain. Dalam kehidupan rumah tangga, seringkali sikap ini belum menjadi kebiasaan yang melekat, sehingga kesalahan-kesalahan kecil dari pasangan suami/isteri kadangkala menjadi awal konflik yang berlarut-larut. Tentu saja “mema’afkan” bukan berarti “membiarkan” kesalahan terus terjadi, tetapi mema’afkan berarti berusaha untuk memberikan perbaikan dan peningkatan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>4. Komunikasi (Musyawarah)</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tersumbatnya saluran komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak dalam kehidupan rumah tangga akan menjadi awal kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Komunikasi sangat penting, disamping akan meningkatkan jalinan cinta kasih juga menghindari terjadinya kesalahfahaman.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kesibukan masing-masing jangan sampai membuat komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak menjadi terputus. Banyak saat/kesempatan yang bisa dimanfaatkan, sehingga waktu pertemuan yang sedikit bisa memberikan kesan yang baik dan mendalam yaitu dengan cara memberikan perhatian (empati), kesediaan untuk mendengar, dan memberikan respon berupa jawaban atau alternatif solusi. Misalnya saat bersama setelah menunaikan shalat berjama’ah, saat bersama belajar, saat bersama makan malam, saat bersama liburan (rihlah), dan saat-saat lain dalam interaksi keseharian, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi berupa surat, telephone, email, dsb.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Alqur’an dengan indah menggambarkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung dalam keluarga Ibrahim As sebagaimana dikisahkan dalam QS.As-Shaaffaat:102, yaitu : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata; Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, Ia menjawab; Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ibrah yang dapat diambil dalam kisah tersebut adalah adanya komunikasi yang timbal balik antara orang tua-anak, Ibrahim mengutarakan dengan bahasa dialog yaitu meminta pendapat pada Ismail bukan menetapkan keputusan, adanya keyakinan kuat atas kekuasaan Allah, adanya sikap tunduk/patuh atas perintah Allah, dan adanya sikap pasrah dan tawakkal kepada Allah; sehingga perintah yang berat dan tidak logis tersebut dapat terlaksana dengan kehendak Allah yang menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>5. Sabar dan Syukur</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Allah SWT mengingatkan kita dalam Alqur’an surat At Taghabun ayat 14: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Peringatan Allah tersebut nyata dalam kehidupan rumah tangga dimana sikap dan tindak tanduk suami/istri dan anak-anak kadangkala menunjukkan sikap seperti seorang musuh, misalnya dalam bentuk menghalangi-halangi langkah dakwah walaupun tidak secara langsung, tuntutan uang belanja yang nilainya di luar kemampuan, menuntut perhatian dan waktu yang lebih, prasangka buruk terhadap suami/isteri, tidak merasa puas dengan pelayanan/nafkah yang diberikan isteri/suami, anak-anak yang aktif dan senang membuat keributan, permintaan anak yang berlebihan, pendidikan dan pergaulan anak, dan sebagainya. Jika hal-hal tersebut tidak dihadapi dengan kesabaran dan keteguhan hati, bukan tidak mungkin akan membawa pada jurang kehancuran rumah tangga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dengan kesadaran awal bahwa isteri dan anak-anak dapat berpeluang menjadi musuh, maka sepatutnya kita berbekal diri dengan kesabaran. Merupakan bagian dari kesabaran adalah keridhaan kita menerima kelemahan/kekurangan pasangan suami/isteri yang memang diluar kesang-gupannya. Penerimaan terhadap suami/isteri harus penuh sebagai satu “paket”, dia dengan segala hal yang melekat pada dirinya, adalah dia yang harus kita terima secara utuh, begitupun penerimaan kita kepada anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya. Ibaratnya kesabaran dalam kehidupan rumah tangga merupakan hal yang fundamental (asasi) untuk mencapai keberkahan, sebagaimana ungkapan bijak berikut:“Pernikahan adalah Fakultas Kesabaran dari Universitas Kehidupan”. Mereka yang lulus dari Fakultas Kesabaran akan meraih banyak keberkahan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Syukur juga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan berumah tangga. Rasulullah mensinyalir bahwa banyak di antara penghuni neraka adalah kaum wanita, disebabkan mereka tidak bersyukur kepada suaminya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah lewat jerih payah suami seberapapun besarnya dan bersyukur atas keadaan suami tanpa perlu membanding-bandingkan dengan suami orang lain, adalah modal mahal dalam meraih keberkahan; begitupun syukur terhadap keberadaan anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya, adalah modal masa depan yang harus dipersiapkan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dalam keluarga harus dihidupkan semangat “memberi” kebaikan, bukan semangat “menuntut” kebaikan, sehingga akan terjadi surplus kebaikan. Inilah wujud tambahnya kenikmatan dari Allah, sebagaimana firmannya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mensyukuri kehadiran keturunan sebagai karunia Allah, harus diwujudkan dalam bentuk mendidik mereka dengan pendidikan Rabbani sehingga menjadi keturunan yang menyejukkan hati. Keturunan yang mampu mengemban misi risalah dien ini untuk masa mendatang, maka jangan pernah bosan untuk selalu memanjatkan do’a:</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Ya Rabb kami karuniakanlah kami isteri dan keturunan yang sedap dipandang mata, dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertaqwa.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Ya Rabb kami karuniakanlah kami anak-anak yang sholeh.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang baik.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang Engkau Ridha-i.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Ya Rabb kami jadikanlah kami dan keturunan kami orang yang mendirikan shalat.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Do’a diatas adalah ungkapan harapan para Nabi dan Rasul tentang sifat-sifat (muwashshofat) ketuturunan (dzurriyaat) yang diinginkan, sebagaimana diabadikan Allah dalam Alqur’an (QS. Al-Furqon:74; QS. Ash-Shaafaat:100 ; QS.Al-Imran:38; QS. Maryam: 5-6; dan QS. Ibrahim:40). Pada intinya keturun-an yang diharapkan adalah keturunan yang sedap dipandang mata (Qurrota a’yun), yaitu keturunan yang memiliki sifat penciptaan jasad yang sempurna (thoyyiba), ruhaniyah yang baik (sholih), diridhai Allah karena misi risalah dien yang diperjuangkannya (wali radhi), dan senantiasa dekat dan bersama Allah (muqiimash-sholat).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Demikianlah hendaknya harapan kita terhadap anak, agar mereka memiliki muwashofaat tersebut, disamping upaya (ikhtiar) kita memilihkan guru/sekolah yang baik, lingkungan yang sehat, makanan yang halal dan baik (thoyyib), fasilitas yang memadai, keteladanan dalam keseharian, dsb; hendaknya kita selalu memanjatkan do’a tersebut.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>6. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf)</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti merawat tanaman, maka pernikahan dan cinta kasih harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah, diantaranya dengan mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR.Thabrani & Tirmidzi)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sikap yang santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam interaksi kehidupan berumah tangga akan menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Suasana yang demikian sangat penting untuk perkembangan kejiwaan (maknawiyah) anak-anak dan pengkondisian suasana untuk betah tinggal di rumah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ungkapan yang menyatakan “Baiti Jannati” (Rumahku Syurgaku) bukan semata dapat diwujudkan dengan lengkapnya fasilitas dan luasnya rumah tinggal, akan tetapi lebih disebabkan oleh suasana interaktif antara suami-isteri dan orang tua-anak yang penuh santun dan bijaksana, sehingga tercipta kondisi yang penuh keakraban, kedamain, dan cinta kasih.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sikap yang santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah seseorang labil maka kecenderungannya ia akan bersikap emosional dan marah-marah, sebab syetan akan sangat mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu Rasulullah saw mengingatkan secara berulang-ulang agar jangan marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah karena sebab-sebab pribadi, segeralah menahan diri dengan beristigfar dan mohon perlindungan Allah (ta’awudz billah), bila masih merasa marah hendaknya berwudlu dan mendirikan shalat. Namun bila muncul marah karena sebab orang lain, berusahalah tetap menahan diri dan berilah ma’af, karena Allah menyukai orang yang suka mema’afkan. Ingatlah, bila karena sesuatu hal kita telanjur marah kepada anak/isteri/suami, segeralah minta ma’af dan berbuat baiklah sehingga kesan (atsar) buruk dari marah bisa hilang. Sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang yang dimarahi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>7. Kuatnya hubungan dengan Allah (Quwwatu shilah billah)</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Hubungan yang kuat dengan Allah dapat menghasilkan keteguhan hati (kemapanan ruhiyah), sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Ar-Ra’du:28. “Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang”. Keberhasilan dalam meniti kehidupan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh keteguhan hati/ketenangan jiwa, yang bergantung hanya kepada Allah saja (ta’alluq billah). Tanpa adanya kedekatan hubungan dengan Allah, mustahil seseorang dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan besar dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah saw sendiri selalu memanjatkan do’a agar mendapatkan keteguhan hati: “Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika” (wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Keteguhan hati dapat diwujudkan dengan pendekatan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), sehingga ia merasakan kebersamaan Allah dalam segala aktifitasnya (ma’iyatullah) dan selalu merasa diawasi Allah dalam segenap tindakannya (muraqobatullah). Perasaan tersebut harus dilatih dan ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga, melalui pembiasaan keluarga untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap dan dimutaba’ah bersama, seperti : tilawah, shalat tahajjud, shaum, infaq, do’a, ma’tsurat, dll. Pembiasaan dalam aktifitas tersebut dapat menjadi sarana menjalin keakraban dan persaudaraan (ukhuwah) seluruh anggota keluarga, dan yang penting dapat menjadi sarana mencapai taqwa dimana Allah swt menjamin orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ath-Thalaaq: 2-3.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi-nya jalan keluar (solusi) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi (keperluan) nya.”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>Wujud indahnya keberkahan keluarga</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Keberkahan dari Allah akan muncul dalam bentuk kebahagiaan hidup berumah tangga, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia, boleh jadi tidak selalu identik dengan kehidupan yang mewah dengan rumah dan perabotan yang serba lux. Hati yang selalu tenang (muthma’innah), fikiran dan perasaan yang selalu nyaman adalah bentuk kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan materi/kemewahan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kebahagiaan hati akan semakin lengkap jika memang bisa kita sempurnakan dengan 4 (empat) hal seperti dinyatakan oleh Rasulullah, yaitu : (1) Isteri yang sholihah, (2) Rumah yang luas, (3) Kendaraan yang nyaman, dan (4) Tetangga yang baik.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kita bisa saja memanfaatkan fasilitas rumah yang luas dan kendaraan yang nyaman tanpa harus memiliki, misalnya di saat-saat rihlah, safar, silaturahmi, atau menempati rumah dan kendaraan dinas. Paling tidak keterbatasan ekonomi yang ada tidak sampai mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, karena pemilik hakiki adalah Allah swt yang telah menyediakan syurga dengan segala kenikmatan yang tak terbatas bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, dan menjadikan segala apa yang ada di dunia ini sebagai cobaan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kebahagiaan yang lebih penting adalah kebahagiaan hidup di akhirat, dalam wujud dijauhkannya kita dari api neraka dan dimasukkannya kita dalam syurga. Itulah hakikat sukses hidup di dunia ini, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Imran : 185</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Selanjutnya alangkah indahnya ketika Allah kemudian memanggil dan memerintahkan kita bersama-sama isteri/suami dan anak-anak untuk masuk kedalam syurga; sebagaimana dikhabarkan Allah dengan firman-Nya:</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
“Masuklah kamu ke dalam syurga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”. (QS, Az-Zukhruf:70)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan (pertemukan) anak cucu mereka dengan mereka (di syurga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thuur:21).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Inilah keberkahan yang hakiki. []</div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-33649139337851931502013-12-18T07:07:00.001+00:002014-01-02T07:32:29.452+00:00RENCANA STATEGIS KELUARGA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Seperti apakah bentuk keluarga kita? Maklum, ada yang mengatakan rumahku surgaku. Tapi, tak sedikit mengatakan rumah <em>gue kayak</em> neraka. Atau, hambar saja. Tak ada rasa bahwa kita punya keluarga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Apa pun bentuk keluarga kita itu adalah hasil dari perpaduan tiga faktor pembentuknya. Ketiga faktor itu adalah paradigma yang kita miliki tentang keluarga, kompetensi seluruh anggota keluarga kita dalam membangun keluarga, dan macam apa aktivitas yang ada dalam keluarga kita.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibKCkAJn6Plza0D8bo1clwJkVdWmkKJUFWbBoNIjTKo5K0VmZd1cFlbL8oQbcu5THspSyoq-ZMGCQtzrIQRNn0piAQRiMi0YuvAloizEX4YQ14grxL_mEXc7tQVMkEZNcaYwF7I9E96yIh/s1600/407919_456741801056240_832090750_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibKCkAJn6Plza0D8bo1clwJkVdWmkKJUFWbBoNIjTKo5K0VmZd1cFlbL8oQbcu5THspSyoq-ZMGCQtzrIQRNn0piAQRiMi0YuvAloizEX4YQ14grxL_mEXc7tQVMkEZNcaYwF7I9E96yIh/s320/407919_456741801056240_832090750_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kalau dalam paradigma kita bahwa keluarga bahagia adalah yang bergelimangan harta, maka motivasi kita dalam berkeluarga adalah mengkapitasisasi kekayaan. Maka, kita akan mencari istri atau suami anak tunggal dari calon mertua yang kaya. Pusat perhatian kita dalam berkeluarga adalah menambah kekayaan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Bagi paradigma berkeluarga seorang muslim berasal dari motivasi bahwa berkeluarga adalah untuk beribadah kepada Allah, menjaga kesucian diri, dan merealisasikan amal bahwa berkeluarga adalah bagian dari sebuah gerakan menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi. Sehingga, pusat perhatiannya dalam berkeluarga adalah meningkatkan kualitas ruhiyah, fikriyah, nafsiyah (emosi kejiwaan), jasadiyah, dan sosialisasi setiap anggota keluarganya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Karena itu, membangun keluarga <em>sakinah mawadah wa rahmah</em> (samara) adalah sasaran yang ingin dicapai seorang muslim dalam membentuk berkeluarga. Dalam keluarga yang samara itulah kita akan melahirkan pribadi islami untuk saat ini dan masa depan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Jadi, sangat penting bagi seorang muslim membangun kompetensi untuk membangun keluarga. Apa itu kompetensi berkeluarga? Kompetensi berumah tangga adalah segala pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang harus dimiliki agar seseorang dapat berhasil membangun rumah tangga yang kokoh yang menjadi basis penegakkan nilai-nilai Islam di masyarakat. Maka tak heran jika Rasulullah saw. menyuruh kita untuk pandai-pandai memilih pasangan hidup. Jangan asal pilih.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Abi Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Berbahagialah orang yang menikahi wanita karena agamanya, dan merugilah orang yang menikahi wanita hanya karena harta, kecantikan, dan keturunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Abdillah bin Amrin r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Janganlah kamu menikahi wanita hanya karena kecantikannya, sebab kecantikan itu pada saatnya akan hilang. Janganlah kamu menikahi wanita hanya karena hartanya, sebab harta boleh jadi membuatnya congkak. Tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab seorang wanita budak yang jelek lagi hitam kelam yang memiliki agama (kuat dalam beragama) adalah lebih baik daripada wanita merdeka yang cantik lagi kaya, tetapi tidak beragama.” (HR. Ibnu Majah).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ibnu Abbas r.a. berkata, bahwa Nabi saw. telah bersabda, “Empat perkara, barangsiapa memilikinya berarti dia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat: hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, badan yang sabar dikala mendapat musibah, dan istri yang dapat menjaga kehormatan diri serta dapat menjaga harta suami.” (HR. Thabrani dalam kitab <em>Al-Kabir</em> dan <em>Al-Ausath</em>, sedang sanad dalam salah satu dan dua riwayat adalah bagus).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Keshalihan diri kita dan pasangan hidup kita adalah modal dasar membentuk keluarga samara. Seperti apakah keluarga samara? Yaitu keluarga dengan karakteristik sebagai berikut:</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang dibangun oleh sebelum dan sesudah mnjd pasangan suami-istri yang shalih.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang anggotanya punya kesadaran untuk menjaga prinsip dan norma Islam.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang mendorong seluruh anggotanya untuk mengikuti fikrah islami.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang anggota keluarganya terlibat dalam aktivitas ibadah dan dakwah, dalam bentuk dan skala apapun.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang menjaga adab-adab Islam dalam semua sisi kehidupan rumah tangga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang anggotanya melaksanakan kewajiban dan hak masing-masing.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang baik dalam melaksanakan tarbiyatul aulad (proses mendidik anak-anak).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- Keluarga yang baik dalam mentarbiyah khadimah (mendidik pembantu).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.</em> [QS. Ruum (30): 21]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Untuk apa Allah memberikan samara kepada pasangan suami-istri muslim? Sebagai modal untuk meraih kebahagiaan. Bukankah tujuan hidup kita sebagai seorang manusia adalah memperoleh kebahagian? Bagi seorang muslim, ada tiga level kebahagiaan yang ingin dicapai sesuai dengan QS. Al-Baqarah (2) ayat 201.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- رَبَّنـــَا آتِــنَا فِي الدُّنْيــَا حَسَنَةً</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- وَ فِي اْلآخَرَةِ حَسَنَةً</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
- وَ قِــنَا عَذَابَ الــنَّارِ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Itulah sebaik-baik doa seorang muslim. Kita bercita-cita meraih kebahagiaan di dunia. Ketika meninggalkan dunia, kita mendapat kebahagiaan di akhirat. Yang dimaksud dengan<em>al-hasanah</em> (kebaikan) di akhirat adalah surga. Tapi, ada orang yang langsung masuk surga dan ada orang yang dibersihkan dulu dosa-dosanya di neraka baru kemudian masuk surga. Nah, obsesi tertinggi kita adalah <em>wa qinaa adzaaban nar</em>, masuk surga dengan tanpa tersentuh api neraka terlebih dahulu. Sebab, inilah kesuksesan yang sebenarnya bagi diri seorang mukmin.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. <strong>Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung</strong>. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.</em> [QS. Ali Imran (3): 185]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Karena itu, doa <em>rabbanaa atinaa fiiddunya hasanah… </em>haruslah menjadi syiar yang selalu disenandungkan oleh setiap muslim sepanjang hidupnya di dunia. Ketika seorang muslim dan muslimah menikah, syiar ini bertransformasi menjadi: <em>“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.</em>” (QS. At-Tahrim (66): 6)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Inilah tugas pokok seorang dalam keluarga: menjaga agar tidak satupun anggota keluarganya tersentuh api neraka. Untuk menunjukkan bahwa tugas ini sangat penting, Allah swt. memvisualisasikan bagaimana dahsyatnya neraka dan tidak nyamannya orang yang masuk ke dalamnya. Bahkan, orang yang masuk ke dalam neraka menjadi bahan bakar. Diperlakukan kasar dan keras. Padahal, kita tidak pernah ridha jika istri kita diganggu orang di jalan, kita marah jika anak kita dilukai orang, kita tidak mau anggota keluarga kita tidak nyaman akibat kepanasan atau kehujanan. Itulah bentuk rasa sayang kita kepada mereka. Seharusnya, bentuk kasih sayang itu juga menyangkut nasib mereka di akhirat kelak. Kita tidak ingin satu orang anggota keluarga kita tersentuh api neraka.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tugas berat ini tentu tak mungkin ditanggung oleh seorang kepala keluarga sendiri tanpa ada keinginan yang sama dari setiap anggota keluarga. Artinya, akan lebih mudah jika seorang suami beristri seorang muslimah yang punya visi yang sama: sama-sama ingin masuk surga tanpa tersentuh api neraka. Inilah salah satu alasan bahwa kita tidak boleh asal dalam memilih pasangan hidup.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Karena itu, hubungan suami-istri, orang tua dan anak, adalah hubungan saling tolong menolong. Saling tolong menolong agar tidak tersentuh api neraka. <em>“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”</em>[QS. At-Taubah (9): 71]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tolong menolong. Itulah kata kunci pasangan samara dalam mengelola keluarga. Suami-istri itu akan berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengelola keluarga mereka. Sungguh indah gambaran pasangan suami-istri yang seperti ini. Suaminya penuh rasa tanggung jawab, istrinya mampu menjaga diri dan menempatkan diri. <em>“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka.” </em>[QS. An-Nisa' (4): 34]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
apabila Pasangan suami-istri yang seperti itu sadar betul bahwa keluarga harus dikelola seperti sebuah organisasi. Bukankah keluarga adalah unit terkecil dalam susunan organisasi masyarakat? Bukankah keluarga miniatur sebuah negara? Jadi, kenapa banyak keluarga berjalan tanpa pengorganisasian yang memadai?</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Jika kita yakin bahwa keluarga adalah sebuah lembaga, maka sebagai lembaga harus terorganisasi. Ada pemimpin ada yang dipimpin. Ikatan antara pemimpin dan yang dipimpin adalah ikatan kerjasama. Kerjasama haruslah punya tujuan yang terukur. Dan tujuan yang ingin dicapai haruslah diketahui bagaimana cara mencapainya. Itu artinya, cara pencapaiannya harus direncanakan. Setiap rencana baru bisa sukses jika diiringin kemauan yang kuat (azzam).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dan salah satu rahasia keberhasilan realisasi sebuah rencana adalah ketika rencana itu dibuat dengan prinsip syura. Semakin tinggi tingkat partisipasi, maka akan semakin tinggi potensi keberhasilan tujuan itu dicapai. Inilah salah satu rahasia keberhasilan Rasulullah saw. mengelola para sahabat. Karena Rasulullah saw. selain berlemah-lembut, juga mengajak peran aktif mereka dalam bermusyawarah membuat rencana-rencana strategis (lihat QS. Ali Imran (3): 159].</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Artinya, keluarga juga akan sukses mencapai tujuan-tujuannya jika menerapkan prinsip syura dalam perencanaannya. Bahkan, untuk urusan menyapih (ibu berhenti memberi ASI) pun harus disyurakan. Ini perintah Allah swt. Silakan lihat QS. Al-Baqarah (2) ayat 233.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Jadi, jika ingin tidak ada satu orang keluarga pun tersentuh api neraka, kita harus merencanakannya. Tetapkan ini sebagai visi keluarga kita. Lalu, <em>breakdown</em> agar menjadi sebuah langkah yang aplikatif. Jika kita perinci, kira-kira akan menjadi seperti ini.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Visi keluarga kita:</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tidak ada satu pun anggota keluarga tersentuh api neraka وَ قِــنَا عَذَابَ الــنَّارِ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Misi keluarga kita:</div>
<ol style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; padding: 0px 10px 0px 25px;">
<li>Mencapai derajat takwa yang sebenarnya التَّقْوَى حَقَّ تُـقَـاتِه)ِ)</li>
<li>Memperoleh hidup mulia atau mati syahid عَيْشْ كَرِيْمًا أَوْ مُتْ شَهِيْد)ً)</li>
</ol>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>Strategi untuk mencapai visi dan misi keluarga kita:</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
1. Setiap anggota keluarga mengikuti tarbiyah (pendidikan) dalam bentuk tilawah Al-Qur’an, ada proses tazkiyah (pembersihan diri), dan taklim.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
2. Setiap anggota keluarga menjalankan ibadah sampai derajat ihsan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
3. Setiap anggota keluarga berdakwah dan berjihad <em>fii sabilillah</em>.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>4. </em>Ada anggota keluarga yang menjadi pemimpin masyarakat (<em>istikhlafu fiil ardhi</em>).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>Arah kebijakan keluarga kita:</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
1. Semua anggota keluarga kita harus tertarbiyah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
2. Setiap anggota keluarga harus memiliki jadwal ibadah unggulan pribadi, baik secara ritual maupun sosial.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
3. Secara jama’i (bersama-sama), keluarga harus punya jadwal ibadah unggulan, baik ritual maupun sosial.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
4. Harus memiliki agenda dakwah di dalam keluarga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
5. Harus memiliki agenda dakwah di untuk masyarakat sekitar.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
6. Menghadirkan suasana keluarga yang mendukung tercapainya visi dan misi keluarga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
7. Mendidik setiap anggota keluarga untuk mencapai kualitas keluarga sebagai pemimpin umat.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
8. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung tercapainya visi dan misi keluarga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Setelah arah dan kebijakan ditetapkan, perincilah ke dalam program dan kegiatan yang aplikatif.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mungkin tabel seperti di bawah ini bisa membantu dalam menyusun rencana agar tidak satu pun anggota keluarga kita tersentuh api neraka.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<strong>RENSTRA KELUARGA KITA</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<em>Dengan mengharap bimbingan dan rahmat Allah swt., kami bertekad melaksanakan rencana ini.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
ARAH KEBIJAKAN</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Nama Program</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Indikatorkeberhasilan</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Bentuk Kegiatan</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Waktu Pelaksanaan</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
PJaw</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Anggaran</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ket</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Jadi, masuk surga memang harus direncanakan. Bukan sekadar diharapkan!</div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-90657829345437556532013-11-24T13:19:00.000+00:002014-01-02T07:33:24.521+00:00MENDIDIK ANAK QUR'ANI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. Lukman: 13). </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran sebagai berikut, pertama orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Kedua dalam mendidik prioritas pertama adalah penanaman akidah, pendidikan akidah diutamakan agar menjadi kerangka dasar dan landasan dalam membentuk pribadi anak yang soleh.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc2gvveYD2q5of_DK00a_8vy_Csp3z9J2_apVJrCH7SGYNI1Nu1i0d4Z6vkgHpFbwvolvuwstMVnHrV2BObuxE0E5lH2pWURSG3FQvCuEwyzmFGPoSbnHs93ZvYfj01yFiHfHNoz6nEirq/s1600/1459128_10151806696413644_399137747_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc2gvveYD2q5of_DK00a_8vy_Csp3z9J2_apVJrCH7SGYNI1Nu1i0d4Z6vkgHpFbwvolvuwstMVnHrV2BObuxE0E5lH2pWURSG3FQvCuEwyzmFGPoSbnHs93ZvYfj01yFiHfHNoz6nEirq/s320/1459128_10151806696413644_399137747_n.jpg" width="320" /></a></div>
Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, hal ini dapat kita cermati dari seruan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayyaa” (Wahai anak-anakku), seruan tersebut menyiratkan sebuah ungkapan yang penuh muatan kasih sayang, sentuhan kelembutan dalam mendidik anak-anaknya. Indah dan menyejukkan. Kata Bunayya, mengandung rasa manja, kelembutan dan kemesraan, tetapi tetap dalam koridor ketegasan dan kedisplinan, dan bukan berarti mendidik dengan keras.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mendidik anak dengan keras hanya akan menyisakan dan membentuk anak berjiwa keras, kejam dan kasar, kekerasan hanya meninggalkan bekas yang mengores tajam kelembutan anak, kelembutan dalam diri anak akan hilang tergerus oleh pendidikan yang keras dan brutal. Kepribadian anak menjadi kental dengan kekerasan, hati, pikiran, gerak dan perkataannya jauh dari kebenaran dan kesejukan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kelembutan, kemesraan dalam mendidik anak merupakan konsep Al-Quran, apapun pendidikan diberikan kepada anak hendaknya dengan kelembutan dan kasih sayang. Begitu juga dalam prioritas mendidik diutamakan mendidik akidahnya terlebih dahulu, dengan penyampaian lembut dan penuh kasih sayang. Mudah-mudahan anak akan tersentuh dan merasa aman di dekat orang tuanya, kenapa dalam mendidik perlu diutamakan akidah terlebih dahulu? Kenapa tidak yang lain? Jawabnya adalah karena akidah merupakan pondasi dasar bagi manusia untuk mengarungi kehidupan ini. Akidah yang kuat akan membentengi anak dari pengaruh negatif kehidupan dunia. Sebaliknya kalau akidah lemah maka tidak ada lagi yang membentengi anak dari pengaruh negatif, apakah pengaruh dari dalam diri, keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kenapa harus akidah? Karena dengan akidah anak selamat dunia dan akherat, akidah adalah modal dasar bagi anak menapaki kehidupan, dapat dibayangkan apa yang terjadi jika seorang anak tidak mempunyai akidah yang kuat, pasti anak-anak itu akan mudah terserang berbagai virus-virus kekejian, kemungkaran, kemunafikan, dan kemaksiatan kepada Allah, imunitas keimanan anak akan lemah, dan pada akhirnya anak terjebak dalam kelamnya dunia ini. Terbawa arus deras gelapnya kehidupan, tenggelam dalam kubangan kemaksiatan, kegersangan hidup dan kesengsaraan batin.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Akidah adalah asas untuk membangun Islam. kalau asasnya sudah bagus maka Islam akan tegak dalam diri anak, kenapa dewasa ini banyak anak-anak yang tidak tegak agamanya, tidak kuat akidahnya sehingga banyak terjadi penyelewengan, semua itu terjadi akibat pemahaman akidah yang dangkal, sehingga mudah goyah pendiriannya dan akhirnya roboh. Memang kalau kita perhatikan orang tua jaman sekarang tidak banyak yang menekankan pendidikan akidah kepada anak-anaknya. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Orang tua tidak merasa sedih dan takut kalau anaknya terjebak kepada keimanan yang rapuh, orang tua tidak pernah mengeluh kalau anaknya tidak membaca Al-Quran, menghafal Al-Quran, tetapi orang tua akan marah kalau anaknya tidak pergi les matematika, les fisika, les komputer, orang tua tidak merasa takut kalau anaknya tidak pergi mengaji, bayaran iuran mengaji terlambat, orang tua khawatir kalau anaknya belum bayar iuran bulanan les matematika, fisika dan lain sebagainya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sikap orang tua terhadap pendidikan masih tebang pilih, kurang adil dalam mendidik anak-anaknya, para orang tua terkesan berat sebelah, padahal pendidikan seharusnya diterima anak secara utuh, baik pendidikan yang berupa keduniaan dan keakheratan, di antaranya adalah pendidikan akidah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Untuk itu, langkah awal dalam mendidik anak adalah penanaman akidah, tidak yang lain. Kalau akidah anak sudah kuat maka apa saja bangunan keahlian yang akan di dirikan dalam diri anak akan kokoh, apakah menjadi tentara, polisi, dosen, pengusaha, ilmuwan dan lain sebagainya. Kalau akidah sudah kuat, kalaupun menjadi polisi ia akan menjadi polisi yang beriman, tentara beriman, hakim beriman, ilmuwan beriman, presiden yang beriman, yang pasti pondasi keimanan akan bersemayam dalam dirinya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dalam ayat di atas, juga tergambar bahwa mendidik anak bukan hanya tanggung jawab ibu tetapi juga menjadi tanggung jawab bapak. Selama ini kebiasaan dalam masyarakat kita dalam mendidik anak lebih berat kepada kaum ibu, dengan alasan ibulah yang sering bertemu dan bercengkerama dengan anak, sedangkan bapak lebih diidentikkan dan diposisikan sebagai kepala rumah tangga, lebih khusus diletakkan pada tanggung jawab dalam aspek ekonomi dan finansial sedangkan aspek edukasi terabaikan. Sehingga yang terjadi adalah peran bapak dalam mendidik anak terabaikan, akibat lebih jauh adalah anak menjadi kurang interaksinya dengan bapaknya, anak akan mendekat dan bertemu wajah dan berbicara dengan bapaknya kalau ada perlu, ketika akan meminta uang jajan. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Padahal, dalam konsep Al-Quran peran bapak dalam mendidik anak sangat besar, hal ini dapat kita cermati dari peran Lukman dalam mendidik anak-anaknya. Peran Yaqub dan Ibrahim dalam mendidik anak-anaknya. Untuk itu sudah saatnya orang tua mulai berbagi dan berkerjasama dalam mendidik anak, perlu duduk bersama membicarakan langkah dan metode yang tepat untuk anak-anaknya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Setelah akidah anak kuat, orang tua perlu menekankan pendidikan pada aspek ibadah seperti salat, berdakwah dengan memberi contoh terlebih dahulu, seperti mencegah diri dari yang mungkar dan selalu melakukan kebaikan. Setelah itu memberi nasehat kepada orang lain untuk meninggalkan kemungkaran dan mengerjakan kebaikan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dan yang tidak kalah penting adalah sabar dalam menghadapi cobaan hidup. Sebab hidup itu ibarat di lautan, kadang-kadang ombak besar dan menggila dan menghempaskan kapal kita, lain waktu lautan menjadi sangat bersahabat sehingga kapal kita dapat berlayar dengan tenang tanpa gangguan. Demikian juga hidup, tidak selamanya bahagia, tidak selamanya sedih, kadang dalam kemiskinan, terkadang dalam keadaan kaya. Untuk itu sebagai orang tua yang bijak perlu mendidik anak-anaknya untuk bersabar menghadapi berbagai cobaan hidup. Allah berfirman,”Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Lukman: 17)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ayat di atas, memberi pengajaran kepada para orang tua untuk selalu memantau salat anak, apakah salatnya sudah dilaksanakan dengan baik, lengkap syarat, rukunya, apakah salatnya sudah dilaksanakan liam kali seharisemalam, atau masih ada yang tinggal? Orang tua di tuntut untuk peduli terhadap ibadah salat anaknya. Sebab salat adalah tiang agama, kalau anak-anaknya telah mendirikan salat dengan baik dan benar rukun syaratnya, berarti anak-anak kita telah menegakkan agama, </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
sebaliknya kalau anak-anak kita masih banyak meninggalkan salat, salatnya masih asal-asalan, maka anak-anak kita telah mulai meruntuhkan agama. Akibat dari tidak terkontrolnya salat anak oleh orang tua akan berujung kepada lahirnya sikap acuh terhadap kebaikan dan mendekat dan tertariknya untuk melakukan kemungkaran. Karena pada dasarnya mendirikan salat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Ankabut:45).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Orang tua yang berperan mendidik dan mengontrol salat anak-anaknya, penekanan dalam mendidik anak setelah akidah adalah mendirikan salat, setelah salat didirikan, maka dilanjutkan dengan mengarahkan pada pendidikan dakwah, penyampaian kebenaran dan pencegahan kemungkaran. Menyebarkan kebaikan, dan memberantas kemungakaran, baik dengan cara memberi contoh, dengan lisan, maupun perbuatan. Menanamkan dalam diri anak untuk selalu sabar menghadapi berbagai cobaan kehidupan dengan sabar semua akan menjadi baik, dengan sabar pikiran menjadi cemerlang, dengan sabar akan banyak jalan penyelesaian, sebab hanya dengan sabar orang akan terselamatkan, dengan sabar manusia menjadi dekat dengan Tuhan, karena kesabaranlah Allah menjadi cinta.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dan tidak kalah pentingnya adalah mendidik akhlak anak. Orang tua yang sadarkan pentingnya kepribadian anak-anaknya akan berusaha menjadi teladan yang terbaik bagi anak-anaknya. Baik dalam perkataan maupun perbuatan, dalam taraf perkembangan jiwa dan kepribadiannya, anak meniru apa yang dilihatdan dengar. Kalau orang tua kurang hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, hingga anak-anaknya mengetahui dan mendengar, maka anak secara reflek akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka benar kata Rasulullah Saw bahwa anak terlahir dalam keadaan fitrah orang tuanya yang akan membentuk anak-anaknya, apakah menjadi Nasrani, Yahudi maupun Majusi, menjadikan anak yang soleh, berakhlak mulia atau berakhlak buruk. Peran orang tua sangat besar terhadap pembentukan karakter kepribadian anak-anaknya. Di sisi lain, masyarakat sekitar dan pendidikan juga memberi andil yang besar dalam membentuk karakter dan akhlak anak, untuk itu para orang tua hendaknya lebih-hati-hati dan selektif dalam mencarikan lingkungan bermain dan pendidikan untuk buah hatinya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Paparan di atas, dapat dipahami beberapa hal penting, pertama, mendidik menjadi tanggung jawab kedua orang tua. Kedua, pendidikan pertama yang harus diberikan kepada anak adalah penanaman akidah yang benar. Ketiga, setelah pendidikan akidah, langkah pendidikan berikutnya adalah mendidik anak agar mencintai dan mendirikan salat lima waktu dengan sadar tanpa ada paksaan. Keempat, mendidik anak untuk berjiwa pendakwah, yaitu suka memberi contoh dalam berbuat baik dan meninggalkan kemungakaran. Kelima, menekankan pendidikan kepada aspek akhlak yang mulia, seperti, sabar, qanaah, tawadhu, dermawan dan akhlak mahmudah lainnya.<br />
Allahu A’lam Bishowab..</div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-27576960378014002972013-11-21T01:56:00.002+00:002013-11-24T13:21:09.139+00:00KEUTAMAAN MENGKHATAMKAN QUR'AN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<i style="line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan ada seseorang
yang bertanya kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang
paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini
bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali
selesai ia mengulanginya lagi dari awal.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"> (HR. Tirmidzi)</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik (baca;
<i>khairul qurun</i>) adalah karena mereka memiliki <i>ihtimam</i> yang sangat
besar terhadap Al-Qur’an. Sayid Qutub dalam bukunya <i>Ma’alim Fii Ath-Thariq</i>
menyebutkan tiga faktor yang menjadi rahasia mereka mencapai generasi terbaik
seperti itu. Pertama karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya
sumber pegangan hidup, sekaligus membuang jauh-jauh berbagai sumber-sumber
kehidupan lainnya. Kedua, ketika membacanya mereka tidak memiliki tujuan-tujuan
untuk <i>tsaqafah</i>, pengetahuan, menikmati keindahan ataupun tujuan-tujuan
lainnya. Namun tujuan mereka hanya semata-mata untuk mengimplementasikan apa
yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh
segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliyah. Mereka memandang
bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan
masa lalu, baik yang bersifat pemikiran ataupun kebudayaan.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCAfnkVGE621iIeeYm_QTFtR0I_l70eoMfOwuiwbX084RREi3EJ9-Lz4DYlD0qdOP4T_7XljW-UdbVCKmn7MBsVHzwrGlwW_CcPEnua1GL98UD_En15LsgMyDBaIUY14iDCAn_7pdn1EGj/s1600/1441408_10151793328143644_415744288_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCAfnkVGE621iIeeYm_QTFtR0I_l70eoMfOwuiwbX084RREi3EJ9-Lz4DYlD0qdOP4T_7XljW-UdbVCKmn7MBsVHzwrGlwW_CcPEnua1GL98UD_En15LsgMyDBaIUY14iDCAn_7pdn1EGj/s320/1441408_10151793328143644_415744288_n.jpg" width="240" /></a></div>
<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Tilawatul qur’an</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">; itulah kunci utama kesuksesan mereka. Imam Syahid Hasan Al-Banna
mengatakan, “Usahakan agar Anda memiliki wirid harian yang diambil dari
kitabullah minimal satu juz per hari dan berusahalah agar jangan mengkhatamkan
Al-Qur’an lebih dari sebulan dan jangan kurang dari tiga hari.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Keutamaan Membaca al-Qur’an<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dalam kitab <i>Riyadhus Shalihin</i>, Imam Nawawi
memaparkan hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an. Di
antaranya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Akan menjadi <i>syafaat</i> bagi pembacanya di hari kiamat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi
para pembacanya di hari kiamat.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Muslim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mendapatkan predikat insan terbaik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Tirmidzi)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang mahir
mambacanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia
akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari
Muslim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mendapatkan pahala dua kali lipat, bagi yang belum lancar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">“Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih
terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Bukhari Muslim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Akan diangkat derajatnya oleh Allah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,:
“Sesungguhnya Allahswt. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini
(Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” </span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">(HR. Muslim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di
hadapan makhluk-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda,
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan akan turun
kepada mereka ketengangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan
dilingkari oleh para malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka di
hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Muslim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Merupakan amalan yang paling dicintai Allah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang
yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang
paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini
bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali
selesai ia mengulanginya lagi dari awal.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Tirmidzi)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti
mengikuti pembagian <i>ghanimah</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Abu Qilabah, Rasulullah saw. mengatakan,
“Barangsiapa yang menyaksikan (mengikuti) bacaan Al-Qur’an ketika dibuka
(dimulai), maka seakan-akan ia mengikuti kemenangan (futuh) fi sabilillah. Dan
barangsiapa yang mengikuti pengkhataman Al-Qur’an maka seakan-akan ia mengikuti
pembagian ghanimah.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR.
Addarimi)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau
mengatakan, “Apabila Al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam,
maka malaikat akan bersalawat (berdoa) untuknya hingga subuh. Dan apabila
khatam bertepatan pada akhir malam, maka malaikat akan bershalawat/ berdoa
untuknya hingga sore hati.” </span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">(HR. Addarimi.)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">d.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mengikuti sunnah Rasulullah saw.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sunnah Rasulullah
saw. Hal ini tergambar dari hadits berikut: <i>Dari Abdullah bin Amru bin Ash,
beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw., berapa lama aku sebaiknya membaca
Al-Qur’an?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam satu bulan.” Aku berkata lagi,
“Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu lebih
dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas
hari.” “Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau
menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih
mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima hari.”
Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Namun beliau
tidak memberikan izin bagiku.</i> (HR. Tirmidzi)</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">e.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Waktu mengkhatamkan
Al-Qur’an<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">a. Keutamaan waktu yang dibutuhkan untuk mengkhatamkan
Al-Qur’an<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah saw.,
beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu
untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun beliau tetap melarang,
hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan
bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku mampu lebih
dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus malarang hingga batas tiga hari.</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Bukhari)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Hadits ini menunjukkan batasan waktu paling minimal
dalam membaca Al-Qur’an. Karena dalam hadits lain terkadang beliau membatasi
hanya boleh dalam 5 hari, dan dalam hadits yang lain dalam tujuh hari. Maka
dari sini dapat disimpulkan, batasan paling cepat dalam mengkhatamkan Al-qur’an
adalah tiga hari.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">b. Larangan untuk mengkhatamkan kurang dari tiga hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Hadits di atas juga mengisyaratkan larangan Rasulullah
saw. untuk mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Hikmah di balik
larangan tersebut, Rasulullah saw. katakan dalam hadits lain sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Abdullah bin Amru, beliau mengatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan dapat memahami/menghayati Al-Qur’an,
orang yang membacanya kurang dari tiga hari.” </span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">(HR. Abu Daud)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">c. Rasulullah saw. tidak pernah mengkhatamkan
Al-Qur’an dalam satu malam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Aisyah ra, beliau mengatakan, “Aku tidak pernah
tahu Rasulullah saw. mengkhatamkan Al-Qur’an secara keseluruhan pada malam
hingga fajar.”</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Ibnu
Majah)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Sunnah dalam teknis mengkhatamkan Al-Qur’an<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Adalah Anas bin Malik, beliau memiliki kebiasaan
apabila telah mendekati kekhataman dalam membaca Al-Qur’an, beliau menyisakan
beberapa ayat untuk mengajak keluarganya guna mengkhatamkan bersama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Dari Tsabit al-Bunnani, beliau mengatakan bahwa Anas
bin Malik jika sudah mendekati dalam mengkhatamkan Al-Qur’an pada malam hari,
beliau menyisakan sedikit dari Al-Qur’an, hingga ketika subuh hari beliau
mengumpulkan keluarganya dan mengkhatamkannya bersama mereka.</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;"> (HR. Darimi)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Hikmah yang dapat dipetik dari hadits Anas di atas,
adalah bahwa ketika khatam Al-Qur’an merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa
kepada Allah. Dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga, akan dapat
memberikan berkah kepada seluruh anggota keluarga. Karena, semuanya berdoa
secara bersamaan kepada Allah mengharapkan rahmat dan berkah dari-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Kiat-Kiat Agar Senantiasa Dapat Mengkhatamkan
Al-Qur’an<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Ada beberapa kiat yang barangkali dapat membantu dalam
mengkhatamkan Al-Qur’an, di antaranya adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Memiliki <i>‘azam’</i> yang kuat untuk dapat mengkhatamkannya dalam satu
bulan. Atau dengan kata lain memiliki azam untuk membacanya satu juz dalam satu
hari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Melatih diri dengan bertahap untuk dapat <i>tilawah</i> satu juz dalam satu
hari. Misalnya untuk sekali membaca (tanpa berhenti) ditargetkan setengah juz,
baik pada waktu pagi ataupun petang hari. Jika sudah dapat memenuhi target,
diupayakan ditingkatkan lagi menjadi satu juz untuk sekali membaca.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an yang tidak dapat
diganggu gugat, kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat sangat
penting. Hal ini dapat membantu kita untuk senantiasa komitmen membacanya
setiap hari. Waktu yang terbaik menurut penulis adalah ba’da subuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Menikmati bacaan yang sedang dilantunkan oleh lisan kita. Lebih baik lagi
jika kita memiliki lagu tersendiri yang stabil, yang meringankan lisan kita
untuk melantunkannya. Kondisi seperti ini membantu menghilangkan kejenuhan
ketika membacanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Usahakan untuk senantiasa membersihkan diri (baca: berwudhu’) terlebih
dahulu sebelum kita membaca Al-Qur’an. Karena kondisi berwudhu’, sedikit banyak
akan membantu menenangkan hati yang tentunya membantu dalam keistiqamahan
membaca Al-Qur’an.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Membaca-baca kembali mengenai interaksi generasi awal umat Islam, dalam
berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik dari segi tilawah, pemahaman ataupun
pengaplikasiannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-language: IN;">7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Memberikan <i>iqab</i> atau hukuman secara pribadi, jika tidak dapat
memenuhi target membaca Al-Qur’an. Misalnya dengan kewajiban infaq, menghafal
surat tertentu, dan lain sebagainya, yang disesuaikan dengan kondisi pribadi
kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">8. Diberikan motivasi dalam lingkungan keluarga jika
ada salah seorang anggota keluarganya yang mengkhatamkan al-Qur’an, dengan bertasyakuran
atau dengan memberikan ucapan selamat dan hadiah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sifat Rasulullah,
para sahabat, salafuna shaleh, dan orang-orang mukmin yang memiliki ketakwaan
kepada Allah. Seyogyanya, kita juga dapat memposisikan Al-Qur’an sebagaimana
mereka memiliki semangat, meskipun kita jauh dari mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-language: IN;">“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik.” (An-Ankabut: 69).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14.0pt;">وما فعله القارئ من الإتيان بآيات من البقرة يدل لفضله
ما أخرجه<span style="color: maroon;"> الحاكم</span> في المستدرك و<span style="color: maroon;">الترمذي</span> في سننه عن <span style="color: maroon;">ابن
عباس</span> رضي الله عنهما</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span>: </span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: green; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14.0pt;">أن رجلاً قال: يارسول الله أي
الأعمال أفضل؟ قال: الحال المرتحل. قال: يارسول الله، وما الحال المرتحل؟ قال:
يضرب من أول القرآن إلى آخره ومن آخره إلى أوله </span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span>. </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14.0pt;">وقد ذكر صاحب النهاية في تفسير هذا الحديث أن
في حديث <span style="color: maroon;">أنس </span>أنه سئل أي الأعمال أفضل؟ فقال:
الحال المرتحل. قيل: وما ذاك؟ قال: الخاتم المفتتح. وهو الذي يختم القرآن بتلاوته
ثم يفتتح التلاوة من أوله شبهه بالمسافر يبلغ المنزل فيحل فيه ثم يفتتح سيره أي
يبتدئه</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span> .<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt;">قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً
لأصحابه</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span>.<o:p></o:p></span></b></div>
<br />
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394292797358644109.post-33016632031006477832013-11-14T04:41:00.002+00:002013-11-14T04:41:34.182+00:00HAMIL DILUAR NIKAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTmdpCjWbmyKcT5vHth4OTyBacmIrXezWfyaoyHIgukwTakkMF86LXbk9ObFzurJzOjsBEsMJSmKA3vcTyRJZ1i65_Y2lG0CUXHRml3VPWi5d2eZDgbp6eTU_UzrQgwvo72E7x5TZ7Zk-1/s1600/423860_342842272414077_876886602_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTmdpCjWbmyKcT5vHth4OTyBacmIrXezWfyaoyHIgukwTakkMF86LXbk9ObFzurJzOjsBEsMJSmKA3vcTyRJZ1i65_Y2lG0CUXHRml3VPWi5d2eZDgbp6eTU_UzrQgwvo72E7x5TZ7Zk-1/s1600/423860_342842272414077_876886602_n.jpg" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_52845381455658d21303654" style="display: inline;">
Tentang Hamil di Luar Nikah<br /><br /><br />Zina adalah perbuatan yang terlarang dalam semua agama samawi. Karena hinanya dosa zina, Islam mengharamkan segala sebab yang bisa mengantarkan pada perbuatan zina. Salah satunya adalah pacaran. Penyakit akut yang telah menimpa remaja muslim saat ini. Wajar saja, jika saat ini banyak gadis SMA dan mahasiswi yang tidak perawan. Allahul musta’an<br /><span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><br />Diluar pembahasan dosa zina, ada beberapa hal perlu diperhatikan terkait hamil di luar nikah:<br /><br />Pertama, Janin Hasil Zina Tidak Boleh Digugurkan<br />Bagaimanapun proses janin ini muncul, dia sama sekali tidak menanggung dosa orang tuanya. Baik dari hasil zina maupun pemerkosaan. Karena itu, mengganggu janin ini, apalagi menggugurkannya adalah sebuah kezaliman dan kejahatan. Allah berfirman,<br /><br />وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ – بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ<br />“Dan apabila anak-anak yang dibunuh itu ditanya, dengan sebab dosa apakah dia dibunuh?” (QS. At-Takwir: 8 – 9)<br /><br />Bisakah Anda bayangkan, jawaban apa yang akan Anda sampaikan di hadapan Allah, ketika ditanya apa alasanmu membunuh anakmu?<br /><br />Kedua, anak hasil zina dinisbahkan kepada ibunya dan Tidak Boleh Kepada Bapaknya<br />Alasannya karena bapak biologis bukanlah bapaknya. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau mengatakan,<br /><br />قَضَى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ كَانَ مِنْ أَمَةٍ لَمْ يَمْلِكْهَا ، أَوْ مِنْ حُرَّةٍ عَاهَرَ بِهَا فَإِنَّهُ لا يَلْحَقُ بِهِ وَلا يَرِثُ<br />Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keputusan bahwa anak dari hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan wanita merdeka TIDAK dinasabkan ke bapak biologisnya dan tidak mewarisinya… (HR. Ahmad, Abu Daud, dihasankan Al-Albani serta Syuaib Al-Arnauth).<br /><br />Dalil lainnya adalah hadis dari Aisyah radhiallahu’anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />الولد للفراش وللعاهر الحجر<br />“Anak itu menjadi hak pemilik firasy, dan bagi pezina dia mendapatkan kerugian.”<br /><br />Imam An-Nawawi mengatakan, “Ketika seorang wanita menikah dengan lelaki atau seorang budak wanita menjadi pasangan seorang lelaki, maka wanita tersebut menjadi firasy bagi si lelaki. Selanjutnya lelaki ini disebut “pemilik firays”. Selama sang wanita menjadi firasy lelaki maka setiap anak yang terlahir dari wanita tersebut adalah anaknya. Meskipun bisa jadi, ada anak yang tercipta dari hasil yang dilakukan istri selingkuh laki-laki lain. Sedangkan laki-laki selingkuhannya hanya mendapatkan kerugian, artinya tidak memiliki hak sedikitpun dengan anak hasil perbuatan zinanya dengan istri orang lain.” (Syarh Shahih Muslim, An-Nawawi, 10:37)<br /><br />Berdasarkan keterangan di atas, para ulama menyimpulkan bahwa anak hasil zina SAMA SEKALI bukan anak bapaknya. Karena itu, tidak boleh di-bin-kan ke bapaknya.<br /><br />Bagaimana jika di-bin-kan ke bapaknya?<br />Hukumnya terlarang bahkan dosa besar. Ini berdasarkan hadis dari Sa’d, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />من ادعى إلى غير أبيه وهو يعلم أنه غير أبيه فالجنة عليه حرام<br />“Siapa yang mengaku anak seseorang, sementara dia tahu bahwa itu bukan bapaknya maka surga haram untuknya.” (HR. Bukhari no. 6385)<br /><br />Karena bapak biologis bukan bapaknya maka haram hukumnya anak itu di-bin-kan ke bapaknya.<br />Bagaimana dengan nasabnya?<br /><br />Karena anak ini tidak punya bapak, maka dia dinasabkan ke ibunya, misalnya: paijo bin fulanah. Sebagaimana Nabi Isa ‘alaihis salam di-bin-kan ke ibunya, Isa bin Maryam (dari sudut pandang penasaban).<br /><br />Ketiga, Wali Nikah<br />Jika anak yang terlahir dari zina perempuan, maka anak ini tidak punya wali dari pihak keluarganya. Karena dia tidak memiliki bapak, sehingga tidak ada jalur keluarga dari pihak bapak. Sementara wali nikah hanya ada dari pihak keluarga bapak. Karena itu, wali nikah pindah ke hakim (KUA). Penjelasan selengkapnya tentang wali nikah telah dikupas di alamat: <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fkonsultasisyariah.com%2Furutan-wali-nikah&h=eAQEBrO3Q&enc=AZM9GgJ9eULjhwrSwIbKDDw16KoTpvHo-SWkd03228jeuLQvzzo1YiSPE-NFw77QTslMfwvywsVafalN5dY-4jRR8uvEsJzPSp8u7lYn8_j5GMkhloa7OZKQNt_1MSYbzJHPyxzn1ApVoq4bavXeUvwg&s=1" rel="nofollow nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank"><span>http://</span><wbr></wbr><span class="word_break" style="display: inline-block;"></span><span>konsultasisyariah.com/</span><wbr></wbr><span class="word_break" style="display: inline-block;"></span>urutan-wali-nikah</a><br /><br />Keempat, Laki-Laki yang Menzinai Hingga Hamil, Tidak Boleh Menikahi Wanita Tersebut Sampai Melahirkan<br />Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,<br />لَا توطأ حامل حتى تضع<br />“Wanita hamil tidak boleh diajak berhubungan sampai dia melahirkan.” (HR. Abu Daud, Ad-Darimi, dan disahihkan Al-Albani)<br /><br />Laki-laki yang berzina dengan wanita, bukanlah suaminya. Sementara pengecualian yang boleh melakukan hubungan badan dengan wanita hamil adalah suami. Sebagaimana yang pernah di jelaskan di: <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fkonsultasisyariah.com%2Fmenggauli-istri-yang-sedang-hamil&h=DAQFqD3fR&enc=AZP_2muUAuldNGjCeKR5CdAcr3vy4fWsGSwK9UuWxN0HTFV5TbhvLPNsldDTDWIzCfNIAWNbRCy0-DSMjqLWc_3UxesukXxNBcIMCv70iipmVmPuNSbcqyIzUDcO5zWddw3CleYmZ8XOaM84pG6_QjjH&s=1" rel="nofollow nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank"><span>http://</span><wbr></wbr><span class="word_break" style="display: inline-block;"></span><span>konsultasisyariah.com/</span><wbr></wbr><span class="word_break" style="display: inline-block;"></span><span>menggauli-istri-yang-sedang</span><wbr></wbr><span class="word_break" style="display: inline-block;"></span>-hamil</a>. Karena konsekwensi nikah, yaitu halalnya hubungan badan, tidak ada. Oleh karena itu, nikah dalam kondisi demikian hukumnya tidak sah.<br /><br />Kemudian, dalil lain yang menunjukkan terlarangnya menikahi wanita hamil hasil zina adalah hadis dari Ruwaifi’bin Tsabit Al-Anshari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />لاَ يَحِلُّ لاِمْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ يَسْقِىَ مَاءَهُ زَرْعَ غَيْرِهِ<br />“Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk mengairi tanaman orang lain.” (HR. Abu Daud, Ahmad dan dishahihkan Ibnu Katsir dan Al-Albani)<br /><br />Maksud hadis di atas adalah seorang laki-laki dilarang ‘mengairi’ (memasukkan air mani) ke rahim wanita, yang di dalamnya terdapat janin orang lain. Padahal, janin yang berada di rahim si wanita, sama sekali bukanlah tanaman lelaki yang menzinainya. Karena hasil hubungannya sama sekali tidak dianggap sebagai keturunannya.<br /><br />Kelima, Pernikahan Tidaklah Menghilangkan Dosa Zina<br />Dosa zina tidak bisa hilang hanya dengan menikah. Jangan sampai Anda punya anggapan bahwa dengan menikah berarti pelaku zina telah mendapatkan ampunan. Dosa zina bisa hilang dengan taubat yang sungguh-sungguh. Seseorang akan tetap dianggap sebagai PEZINA selama dia belum bertaubat dari dosa zina.<br /><br />Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br />التائب من الذنب كمن لا ذنب له<br />“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa.” (HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dan dishahihkan Al-Albani)<br /><br />Untuk bisa disebut sebagai orang yang telah bertaubat, dia harus membuktikan bentuk penyesalannya dalam kehidupannya, di antaranya:<br /><br />1. Dia merasa sangat sedih dengan perbuatannya.<br />2. Meninggalkan semua perbuatan yang menjadi pemicu zina, seperti melihat gambar atau film porno.<br />3. Meninggalkan komunitas dan teman yang menggiring seseorang untuk kembali berzina. Seperti pergaulan bebas, teman yang tidak menjaga adab bergaul, suka menampakkan aurat, dst..<br />4. Berusaha mencari komunitas yang baik, yang menjaga diri, dan hati-hati dalam pergaulan.<br />5. Berusaha membekali diri dengan ilmu syar’i. Karena inilah yang akan membimbing manusia menuju jalan kebenaran.<br />6. Berusaha meningkatkan amal ibadah, sebagai modal untuk terus bersabar dalam menahan maksiat.<br /><br />Keenam, Laki-Laki dan Wanita yang Berzina Tidak Boleh Menikah Sampai Bertaubat<br />Allah mengharamkan laki-laki yang baik untuk menikah dengan wanita pezina, dan sebaliknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,<br /><br />الزَّانِي لاَ يَنكِحُ إِلاَّ زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لاَ يَنكِحُهَا إِلاّ زَانٍ أَوْ مُشْرِكُ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى المؤْمِنِينَ<br />“Lelaki pezina tidak boleh menikah, kecuali dengan wanita pezina atau wanita musyrik. Demikian pula wanita pezina tidak boleh menikah kecuali dengan lelaki pezina atau lelaki musyrik. Dan hal itu diharamkan bagi orang yang beriman.” (QS. An-Nur: 3)<br /><br />Selama pelaku zina itu belum bertaubat dengan sungguh-sungguh maka gelar pezina akan senantiasa melekat pada dirinya. Selama gelar ini ada, dia tidak diperkenankan menikah dengan pasangannya, sampai dia bertaubat.<br /><br />Allahu a’lam</span></div>
</div>
Kua Lalanhttp://www.blogger.com/profile/11969621331578734624noreply@blogger.com0