KHUTBAH ‘IEDUL
FITRI
MEMBANGUN
KESHALEHAN INDIVIDUAL DAN SOSIL
الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ
وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ
لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ
الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ
كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ
الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ
وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.
Hadirin Jama’ah
‘Iedul Fitri Rahimakumullah
Kita bersyukur
kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan
kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita bersama dapat duduk bersimpuh
mengucapkan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil sebagai perwujudan dari rasa
syukur kita menyelesaikan ibadah shaum di bulan suci Ramadhan 1433 H. Dan hari
ini kita memasuki hari yang penuh dengan kebahagiaan rohani, kelezatan samawi
dan kenikmatan spiritual, sejalan dengan firman-Nya pada QS. Al-Baqarah ayat
185:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: .. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. {البقرة :
185}.
“…Dan hendaknya
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, niscaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah:
185).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Ibadah shaum di
bulan Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, sesungguhnya adalah suatu proses
pendidikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan bagi orang-orang yang
beriman yang menghantarkannya pada puncak nilai-nilai kemanusiaan yang disebut
dengan taqwa (لعلكم تتقون). Taqwa inilah indikator utama kemuliaan, indikator utama
kebahagiaan dan indikator utama kesejahteraan. Firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat
ayat 13.
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: يَآأَيـــُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ
خَبِيْرٌ. {الحجرات : 13}.
”Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13).
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى
آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.{الأعراف: 96}.
"Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah
’Iedul Fitri Rahimakumullah
Ada dua hal penting
yang ditumbuhkan melalui latihan-latihan selama ibadah di bulan suci Ramadhan
yang penuh dengan keberkahan ini, yang merupakan indikator utama ketaqwaan.
Pertama,
Menumbuh-kembangkan keshalehan individual pada diri kita masing-masing.
Misalnya ibadah shaum melatih kita menjadi orang yang jujur karena Allah.
Secara pribadi orang-orang yang beriman yang berpuasa, haruslah menjadi orang
yang jujur. Karena kejujuran itu merupakan sesuatu yang sangat penting dan
menentukan. Tanpa kejujuran tidak mungkin kita bisa membangun diri kita,
keluarga maupun masyarakat dan bangsa kita kea rah yang lebih baik. Rasulullah
SAW bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّة،َ
فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدق حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا. وَإِيَّاكَ
وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجْورَ
يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذب حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ
كَذَّابًا. {رواه البخاري}.
"Rasulullah
Saw. bersabda: “Hendaknya kalian selalu berusaha menjadi orang yang benar dan
jujur, kerena kejujuran akan melahirkan kebaikan-kebaikan
(keuntungan-keuntungan). Dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke-surga. Jika
seseorang terus berusaha menjadi orang yang jujur, maka pasti dicatat oleh
Allah sebagai orang yang selalu jujur. Jauhilah dusta dan menipu, karena dusta
itu akan melahirkan kejahatan dan kejahatan akan menunjukkan jalan ke-neraka. Jika
seseorang terus-menerus berdusta, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang
selalu berdusta”. (HR. Bukhari).
Kejujuran adalah
sumber utama kebaikan. Orang yang jujur pasti akan melahirkan
kebaikan-kebaikan. Sebaliknya orang yang tidak jujur, orang yang selalu
berdusta pada dirinya, dusta pada Allah, dusta pada keluarga dan masyarakatnya,
adalah sumber dari keburukan dan kejahatan. Hal ini seperti diungkapkan dalam
hadits tersebut di atas.
Kejujuran juga akan
menghantarkan pada kesuksesan. Kisah Nabi Yusuf AS mampu mensejahterakan
masyarakatnya, ketika beliau ditunjuk sebagai salah seorang petinggi di negeri
Mesir, karena beliau memiliki sifat hafidzun (sifat jujur dan menjaga). Allah
SWT berfirman:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَآئِنِ
الأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ. {يوسف: 55}.
”Berkata Yusuf:
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang
yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf [12]: 55).
Disamping secara
pribadi harus jujur, orang yang beriman pun harus melahirkan dan membangun
lingkungan yang jujur. Di dalam keluarga maupun di tempat bekerja. Allah SWT
berfirman:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اتَّقُواْ اللهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِيْنَ. {التوبة: 119}.
”Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar.” (QS. At-Taubah [9]: 119).
Banyak orang yang
beranggapan, bahwa kalau kita jujur, maka kehidupan kita akan mengalami
kesusahan. Paradigma semacam ini harus kita rubah secara revolusioner. Justru
sebaliknya, kejujuranlah yang akan menumbuhkan keberkahan, kebaikan dan
kesejahteraan bagi diri kita. Apalagi pada saat-saat masyarakat sudah tidak
mencintai dan menyenangi sifat jujur. Maka disitulah kita buktikan bahwa
kejujuran akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah
’Iedul Fitri Rahimakumullah
Sifat kedua yang
berkaitan dengan keshalehan individual, adalah sifat amanah. Apapun yang
menjadi tanggung jawab dan pekerjaan kita, harus dipandang serta dianggap
sebagai amanah dari Allah SWT, yang pertanggung jawabannya bukan hanya sekedar
kepada manusia, akan tetapi juga kepada Allah SWT kelak kemudian hari. Orang
yang amanah pasti akan mendapatkan kemakmuran dalam hidupnya. Sebaliknya orang
yang khianat, pasti akan menderita kerugian dan kefakiran di dalam
kehidupannya.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
لاَ تَخُونُواْ اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ
تَعْلَمُونَ. {الأنفال: 27}.
”Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal [8]: 27).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: الأَمَانَةُ تَجْلِبُ الرِّزْقَ
وَالْخِيَانَةُ تَجْلِبُ الْفَقْرَ. {رواه الديلمي}.
“Rasulullah Saw.
bersabda: “Sifat amanah dan jujur itu akan menarik rizki, sedangkan khianat itu
akan menarik (mengakibatkan) kefakiran.” (HR. Dailamiy).
Indikator ketiga
dari keshalehan individual adalah, bahwa orang yang beriman dan melaksanakan
ibadah shaum pada bulan Ramadhan harus memiliki etos kerja yang tinggi dan
mempunyai sifat mujahadah. Artinya puasa ini melatih kita bagaimana kita dapat
mempersembahkan yang terbaik dalam hidup ini. Ketika bekerja, mengajar,
berdagang, maupun pekerjaan-pekerjaan yang menjadi amanah dan tanggung jawab
kita, maka kita persembahkan hasil yang terbaik. Orang-orang yang mujahadah dan
sungguh-sungguh – jangankan berhasil – andaikan tidak berhasil sesuai dengan
targetnya pun, sudah mendapatkan nilai yang mulia di hadapan Allah SWT.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ. {العنكبوت:
69}.
“Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69).
Orang-orang Islam
yang beriman dilarang memiliki sikap malas. Sikap malas tidak mau bekerja
adalah bagian dari musuh bersama (common enemy) yang harus dijauhi. Rasulullah
SAW sering berdo’a:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ
مِنَ الْعَجْز ِوَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُبِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوذُبِكَ مِنْ
فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. {رواه البخارى ومسلم}.
"Rasulullah
Saw. bersabda : "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian,
sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan
dikendalikan orang lain.”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan
dari fitnah (ketika) hidup dan mati". (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemiskinan pun
sesungguhnya sering terjadi bukan karena kekurangan sumber alam, bukan karena
kekurangan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan bukan pula karena kekurangan
keterampilan. Kemiskinan seringkali terjadi karena sikap malas dan
menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidupnya hanya pada orang lain. Inilah yang
disebut dengan kemiskinan kultural. Karena itu, di dalam berbagai macam ayat
kita diperintahkan untuk bekerja dan bertebaran di muka bumi ini.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ
فَانتَشِرُوا فيِ اْلأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ
كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. {الجمعة: 10}.
“Apabila telah
ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS.
Al-Jumu’ah [62]: 10).
Dan dalam ayat yang
lainnya, Allah SWT berfirman:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ
اْلأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فيِ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ وَإِلَيْهِ
النُّشُورُ. {الملك: 15}.
“Dialah Yang
menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk [67]: 15).
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ
وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ. {التوبة: 105}.
“Dan katakanlah:
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]: 105).
Kita kaum muslimin,
harus senantiasa mencintai pekerjaan kita. Karena sesungguhnya bekerja itu
adalah bagian dari ibadah. Orang-orang yang berusaha mencari rizki yang halal
dengan bekerja semaksimal mungkin, akan selalu mendapatkan ampunan dari Allah
SWT.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَنْ بَاتَ كالاَّ مِنْ طَلَبِ
الحَلاَلِ بَاتَ مَغْفُوْرًا له. {رواه ابن عساكر من طريق عمرو بن أبى الأزهر عن
أبان بن أبى عياش وهما متهمان عن أنس}.
“Rasulullah Saw.
bersabda: “Barangsiapa tertidur karena kelelahan dalam mencari rizki yang
halal, maka ia tertidur dalam keadaan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.” (HR.
Ib ‘Asakir).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah
’Iedul Fitri Rahimakumullah
Keshalehan yang
kedua, yang harus kita bangun melalui ibadah shaum adalah keshalehan sosial.
Dalam arti bahwa, kita sebagai orang-orang yang beriman tidak boleh kita
merasakan kesenangan secara pribadi dan orang lain dalam keadaan susah. Kita
harus memperhatikan tetangga kita, lingkungan kita, masyarakat kita dan
orang-orang yang berada di sekitar kita secara lebih luas, apalagi yang
berkaitan dengan kepentingan umat Islam. Apapun yang dialami oleh kaum
muslimin, dimana pun mereka berada, sesungguhnya harus dirasakan oleh kita.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: وَمَنْ لَمْ يَهْتَمْ بِأَمْرِ
الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ. {الحديث}.
“Rasulullah Saw.
bersabda: “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan orang-orang muslim, maka
dia bukan termasuk golongan kaum muslim.” (al-Hadits).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فيِ
تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادُدِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ
إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ
وَالْحُمَّى. {رواه البخارى}.
“Rasulullah Saw.
bersabda: “Engkau lihat orang-orang mukmin dalam keadaan saling mencintai,
saling mengasihi dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila sala satu
anggauta tubuhnya sakit, maka anggauta tubuh lainnya akan merasakan panas
dingin (demam)”. (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW juga
mengancam pada orang yang tertidur karena kekenyangan sementara tetangganya
tidak bisa tidur karena kelaparan, padahal dia mengetahuinya.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: يَا أَنَس مَا آمَنَ بِيْ مَنْ
بَاتَ شَبْعَانَا وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ. {رواه
الديلمي والطبراني عن أنس}.
"Rasulullah
Saw. bersabda: "Wahai Anas, tidak dikatakan beriman kepadaku orang yang
tidur kekenyangan, sedangkan tetangganya mengalami kelaparan, dan dia
mengetahuinya." (HR. Ad-Daelamiey dan Thabrani dari Anas).
Apalagi pada saat
sekarang ini, banyak sekali terjadi musibah diberbagai tempat, seperti yang
terjadi di Garut, Tasikmalaya, Cianjur dan di tempat lainnya baru-baru ini,
maka kepedulian dan keshalehan sosial harus semakin kita asah dan bangkitkan,
agar kita mampu memberikan yang terbaik buat saudara-saudara kita maupun
lingkungan kita.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah
’Iedul Fitri Rahimakumullah
Salah satu tools
dan alat untuk membangun keshalehan sosial ini dan sekaligus untuk menumbuhkan
serta membangun kesejahteraan masyarakat adalah perintah untuk senantiasa
berzakat, berinfaq atau bershadaqah. Zakat, infaq dan shadaqah adalah bukti
dari keimanan kita kepada Allah SWT serta bukti dari kecintaan kita kepada
sesama. Harus kita sadari, bahwa dengan berzakat harta kita akan semakin
bertambah, seperti digambarkan dalam firman-Nya:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا آتَيْتُم مِّن رِّباً
لِّيَرْبُوَ فيِ أَمْوَالِ النَّاسِ فَلاَ يَرْبُو عِندَ اللهِ وَمَا آتَيْتُم
مِّن زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ. {الروم:
39}.
“Dan sesuatu riba
(tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba
itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum [30]: 39).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَانَقَصَ مَالٌ مِنْ
صَدَقَةٍ...{الحديث}.
“Rasulullah Saw.
bersabda: “Tidak akan pernah berkurang harta karena sebabb dikeluarkan
zakat/infaqnya…” (al-Hadits).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اَلتَّوَاضُعُ لاَيَزِيْدُ
الْعَبْد إِلاَّ رِفْعَةً، فَتَوَاضَعُوْا يَرْفَعَكُمُ اللهُ تَعَالَى
وَالْعَفْوُ لاَيَزِيْدُ الْعَبْد إِلاَّ عِزّاً فَاعْفُوْا يَعِزُّكُمُ اللهُ
تَعَالَى وَالصَّدَقَةُ لاَتَزِيْدُ الْمَالَ إِلاَّ كَثْرَةً فَتَصَدَّقُوْا
يَرْحُمكُمُ اللهُ. {رواه ابن ابى الدّنيا}.
“Rasulullah Saw.
bersabda: “Sikap rendah hati itu hanya akan menambah seseorang makin menjadi
mulia, maka dari itu berlaku rendah hatilah kalian, niscaya Allah SWT akan
memuliakanmu. Sikap pemaaf hanya akan menambah seseorang makin mulia, oleh
karena itu banyak maaflah kalian, niscaya Allah SWT akan memuliakanmu. Dan amal
sedekah itu hanyalah akan menambah seseorang makin banyak hartanya, maka bersedekahlah
kalian, niscaya Allah SWT akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian”. (HR. Ibnu
Abu Dunya).
Karena itu, zakat,
infaq dan shadaqah ini harus dijadikan sebagai life style (gaya hidup), budaya
dan kepribadian kita. Bahwa tangan di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan
di bawah (peminta). Sikap meminta karena kebutuhan yang mendesak itu
diperbolehkan. Akan tetapi kalau sikap meminta-minta dijadikan sebagai sebuah
pekerjaan dan profesi, tentu saja sangat dicela oleh ajaran agama.
Dengan zakat, infaq
dan shadaqah yang dikelola dengan baik oleh amil zakat yang amanah, terpercaya
dan bertanggung jawab, maka pasti akan dapat meningkatkan kesejahteraan para
kaum masakin dan dhua’afa. Secara empirik hal ini telah terbukti pada masa Umar
bin Abdul Azis yang memerintah + 22 bulan, ketika zakat dikelola oleh amil
zakat yang amanah, profesional dan bertanggung jawab, maka pada masa tersebut
tidak ada masyarakat yang termasuk dalam kategori mustahiq/penerima zakat.
Adapun potensi zakat di Indonesia secara makro pun sangatlah besar, yaitu + Rp.
19,3 triliun setiap tahun. Dapat dibayangkan jika potensi ini dapat digali
dengan baik dan dikelola oleh amil yang amanah, maka tentu akan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Inilah beberapa hal
yang berkaitan dengan keshalehan sosial yang harus kita tumbuhkan bersama-sama.
Mudah-mudahan Allah SWT akan senantiasa memberikan keberkahan dan kekuatan
kepada kita semua. Amien yaa rabbal ‘alamien.
Semoga Allah
menerima segala amal ibadah yang kita lakukan, menyempurnakan segala
kekurangannya, dan mudah-mudahan kita semuanya termasuk ke dalam kelompok
orang-orang yang bertaqwa. Mari kita berdo’a dan memohon kepada Allah SWT.
DO’A
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ للهِ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
وَلاَهُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ: أَيــُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ
عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأيــُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ
بِإِحْسَانٍِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Allahumma ya Allah,
ya Tuhan kami. Kami panjatkan segala puji dan syukur atas segala rahmat dan
karunia yang telah Engkau limpahkan kepada kami, nikmat sehat wal ‘afiat,
nikmat ilmu pengetahuan dan nikmat iman serta Islam. Ya Allah, ya Tuhan kami.
Jadikanlah kami semua hamba-hamba-Mu yang pandai mensyukuri nikmat-Mu, dan
janganlah Engkau jadikan kami hamba-hamba yang ingkar dan kufur terhadap segala
nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.
لَئِنْ شَكَْرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ.
Allahumma ya Allah,
ya Tuhan kami. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, kesalahan dan dosa
kedua orang tua kami, kesalahan dan dosa saudara-saudara kami, kaum muslimin
dan muslimat yang telah melalaikan segala perintah-Mu dan melaksanakan
larangan-Mu. Andaikan Engkau tidak mengampuni dan memaafkan kami, kami takut
pada adzab-Mu di akhirat nanti dan pertentangan bathin dalam kehidupan dunia
ini. Ya Allah. Janganlah Engkau limpahkan adzab-Mu kepada kami, karena dosa dan
kesalahan kami. Kami yakin ya Allah, rahmat dan ampunan-Mu jauh lebih luas
daripada adzab-Mu.
Allahumma ya Allah,
ya Tuhan kami. Terimalah segala amal ibadah kami, terimalah ibadah puasa kami,
terimalah shalat kami dan amal ibadah kami yang lain. Ya Allah, jadikanlah kami
hamba-hamba-Mu yang selalu bertaqwa, yang ridha dan ikhlas untuk melaksanakan
segala aturan-Mu, yang ridha dan ikhlas, menjadi Islam sebagai kurikulum
kehidupan, yang ridha dan ikhlas, Al-Qur'an sebagai imam dan petunjuk kami,
yang ridha dan ikhlas, Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan kami.
Allahumma ya Allah,
ya Tuhan kami. Berbagai macam ujian dan musibah kini sedang menimpa masyarakat
dan bangsa kami. Kami yakin musibah itu bukan karena Engkau membenci kami, akan
tetapi sebagai peringatan agar kami semua lebih dekat dan lebih cinta
kepada-Mu. Agar kami semuanya lebih memiliki sikap سمعنا وأطعنا akan
segala ketentuan-Mu. Agar kami semua kembali pada agama-Mu, yaitu agama Islam
yang Engkau ridhai.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُوْنَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْي
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونْ فَاذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ
وَاسْـئَلُوْهُ مِنْ فَضْـلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.
_________________________________________________________________
Sumber : Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar