Kamis, 09 Agustus 2012

ARSIP KHOTBAH IE'DUL FITRI


KHUTBAH ‘IEDUL FITRI
MEMBANGUN KESHALEHAN INDIVIDUAL DAN SOSIL
الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.
Hadirin Jama’ah ‘Iedul Fitri Rahimakumullah
Kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita bersama dapat duduk bersimpuh mengucapkan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil sebagai perwujudan dari rasa syukur kita menyelesaikan ibadah shaum di bulan suci Ramadhan 1433 H. Dan hari ini kita memasuki hari yang penuh dengan kebahagiaan rohani, kelezatan samawi dan kenikmatan spiritual, sejalan dengan firman-Nya pada QS. Al-Baqarah ayat 185:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: .. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. {البقرة : 185}.
“…Dan hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, niscaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah: 185).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Ibadah shaum di bulan Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, sesungguhnya adalah suatu proses pendidikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan bagi orang-orang yang beriman yang menghantarkannya pada puncak nilai-nilai kemanusiaan yang disebut dengan taqwa (لعلكم تتقون). Taqwa inilah indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan dan indikator utama kesejahteraan. Firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat ayat 13.
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: يَآأَيـــُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ. {الحجرات : 13}.
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13).
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.{الأعراف: 96}.
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Ada dua hal penting yang ditumbuhkan melalui latihan-latihan selama ibadah di bulan suci Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini, yang merupakan indikator utama ketaqwaan.
Pertama, Menumbuh-kembangkan keshalehan individual pada diri kita masing-masing. Misalnya ibadah shaum melatih kita menjadi orang yang jujur karena Allah. Secara pribadi orang-orang yang beriman yang berpuasa, haruslah menjadi orang yang jujur. Karena kejujuran itu merupakan sesuatu yang sangat penting dan menentukan. Tanpa kejujuran tidak mungkin kita bisa membangun diri kita, keluarga maupun masyarakat dan bangsa kita kea rah yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّة،َ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدق حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا. وَإِيَّاكَ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجْورَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذب حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا. {رواه البخاري}.
"Rasulullah Saw. bersabda: “Hendaknya kalian selalu berusaha menjadi orang yang benar dan jujur, kerena kejujuran akan melahirkan kebaikan-kebaikan (keuntungan-keuntungan). Dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke-surga. Jika seseorang terus berusaha menjadi orang yang jujur, maka pasti dicatat oleh Allah sebagai orang yang selalu jujur. Jauhilah dusta dan menipu, karena dusta itu akan melahirkan kejahatan dan kejahatan akan menunjukkan jalan ke-neraka. Jika seseorang terus-menerus berdusta, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang selalu berdusta”. (HR. Bukhari).
Kejujuran adalah sumber utama kebaikan. Orang yang jujur pasti akan melahirkan kebaikan-kebaikan. Sebaliknya orang yang tidak jujur, orang yang selalu berdusta pada dirinya, dusta pada Allah, dusta pada keluarga dan masyarakatnya, adalah sumber dari keburukan dan kejahatan. Hal ini seperti diungkapkan dalam hadits tersebut di atas.
Kejujuran juga akan menghantarkan pada kesuksesan. Kisah Nabi Yusuf AS mampu mensejahterakan masyarakatnya, ketika beliau ditunjuk sebagai salah seorang petinggi di negeri Mesir, karena beliau memiliki sifat hafidzun (sifat jujur dan menjaga). Allah SWT berfirman:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَآئِنِ الأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ. {يوسف: 55}.
”Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf [12]: 55).
Disamping secara pribadi harus jujur, orang yang beriman pun harus melahirkan dan membangun lingkungan yang jujur. Di dalam keluarga maupun di tempat bekerja. Allah SWT berfirman:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِيْنَ. {التوبة: 119}.
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah [9]: 119).
Banyak orang yang beranggapan, bahwa kalau kita jujur, maka kehidupan kita akan mengalami kesusahan. Paradigma semacam ini harus kita rubah secara revolusioner. Justru sebaliknya, kejujuranlah yang akan menumbuhkan keberkahan, kebaikan dan kesejahteraan bagi diri kita. Apalagi pada saat-saat masyarakat sudah tidak mencintai dan menyenangi sifat jujur. Maka disitulah kita buktikan bahwa kejujuran akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Sifat kedua yang berkaitan dengan keshalehan individual, adalah sifat amanah. Apapun yang menjadi tanggung jawab dan pekerjaan kita, harus dipandang serta dianggap sebagai amanah dari Allah SWT, yang pertanggung jawabannya bukan hanya sekedar kepada manusia, akan tetapi juga kepada Allah SWT kelak kemudian hari. Orang yang amanah pasti akan mendapatkan kemakmuran dalam hidupnya. Sebaliknya orang yang khianat, pasti akan menderita kerugian dan kefakiran di dalam kehidupannya.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ. {الأنفال: 27}.
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal [8]: 27).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: الأَمَانَةُ تَجْلِبُ الرِّزْقَ وَالْخِيَانَةُ تَجْلِبُ الْفَقْرَ. {رواه الديلمي}.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Sifat amanah dan jujur itu akan menarik rizki, sedangkan khianat itu akan menarik (mengakibatkan) kefakiran.” (HR. Dailamiy).
Indikator ketiga dari keshalehan individual adalah, bahwa orang yang beriman dan melaksanakan ibadah shaum pada bulan Ramadhan harus memiliki etos kerja yang tinggi dan mempunyai sifat mujahadah. Artinya puasa ini melatih kita bagaimana kita dapat mempersembahkan yang terbaik dalam hidup ini. Ketika bekerja, mengajar, berdagang, maupun pekerjaan-pekerjaan yang menjadi amanah dan tanggung jawab kita, maka kita persembahkan hasil yang terbaik. Orang-orang yang mujahadah dan sungguh-sungguh – jangankan berhasil – andaikan tidak berhasil sesuai dengan targetnya pun, sudah mendapatkan nilai yang mulia di hadapan Allah SWT.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ. {العنكبوت: 69}.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69).
Orang-orang Islam yang beriman dilarang memiliki sikap malas. Sikap malas tidak mau bekerja adalah bagian dari musuh bersama (common enemy) yang harus dijauhi. Rasulullah SAW sering berdo’a:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْز ِوَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. {رواه البخارى ومسلم}.
"Rasulullah Saw. bersabda : "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain.”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati". (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemiskinan pun sesungguhnya sering terjadi bukan karena kekurangan sumber alam, bukan karena kekurangan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan bukan pula karena kekurangan keterampilan. Kemiskinan seringkali terjadi karena sikap malas dan menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidupnya hanya pada orang lain. Inilah yang disebut dengan kemiskinan kultural. Karena itu, di dalam berbagai macam ayat kita diperintahkan untuk bekerja dan bertebaran di muka bumi ini.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ فَانتَشِرُوا فيِ اْلأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. {الجمعة: 10}.
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 10).
Dan dalam ayat yang lainnya, Allah SWT berfirman:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فيِ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ. {الملك: 15}.
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk [67]: 15).
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ. {التوبة: 105}.
“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]: 105).
Kita kaum muslimin, harus senantiasa mencintai pekerjaan kita. Karena sesungguhnya bekerja itu adalah bagian dari ibadah. Orang-orang yang berusaha mencari rizki yang halal dengan bekerja semaksimal mungkin, akan selalu mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَنْ بَاتَ كالاَّ مِنْ طَلَبِ الحَلاَلِ بَاتَ مَغْفُوْرًا له. {رواه ابن عساكر من طريق عمرو بن أبى الأزهر عن أبان بن أبى عياش وهما متهمان عن أنس}.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa tertidur karena kelelahan dalam mencari rizki yang halal, maka ia tertidur dalam keadaan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.” (HR. Ib ‘Asakir).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Keshalehan yang kedua, yang harus kita bangun melalui ibadah shaum adalah keshalehan sosial. Dalam arti bahwa, kita sebagai orang-orang yang beriman tidak boleh kita merasakan kesenangan secara pribadi dan orang lain dalam keadaan susah. Kita harus memperhatikan tetangga kita, lingkungan kita, masyarakat kita dan orang-orang yang berada di sekitar kita secara lebih luas, apalagi yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam. Apapun yang dialami oleh kaum muslimin, dimana pun mereka berada, sesungguhnya harus dirasakan oleh kita. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: وَمَنْ لَمْ يَهْتَمْ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ. {الحديث}.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan orang-orang muslim, maka dia bukan termasuk golongan kaum muslim.” (al-Hadits).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فيِ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادُدِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. {رواه البخارى}.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Engkau lihat orang-orang mukmin dalam keadaan saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila sala satu anggauta tubuhnya sakit, maka anggauta tubuh lainnya akan merasakan panas dingin (demam)”. (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW juga mengancam pada orang yang tertidur karena kekenyangan sementara tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan, padahal dia mengetahuinya.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: يَا أَنَس مَا آمَنَ بِيْ مَنْ بَاتَ شَبْعَانَا وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ. {رواه الديلمي والطبراني عن أنس}.
"Rasulullah Saw. bersabda: "Wahai Anas, tidak dikatakan beriman kepadaku orang yang tidur kekenyangan, sedangkan tetangganya mengalami kelaparan, dan dia mengetahuinya." (HR. Ad-Daelamiey dan Thabrani dari Anas).
Apalagi pada saat sekarang ini, banyak sekali terjadi musibah diberbagai tempat, seperti yang terjadi di Garut, Tasikmalaya, Cianjur dan di tempat lainnya baru-baru ini, maka kepedulian dan keshalehan sosial harus semakin kita asah dan bangkitkan, agar kita mampu memberikan yang terbaik buat saudara-saudara kita maupun lingkungan kita.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Salah satu tools dan alat untuk membangun keshalehan sosial ini dan sekaligus untuk menumbuhkan serta membangun kesejahteraan masyarakat adalah perintah untuk senantiasa berzakat, berinfaq atau bershadaqah. Zakat, infaq dan shadaqah adalah bukti dari keimanan kita kepada Allah SWT serta bukti dari kecintaan kita kepada sesama. Harus kita sadari, bahwa dengan berzakat harta kita akan semakin bertambah, seperti digambarkan dalam firman-Nya:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا آتَيْتُم مِّن رِّباً لِّيَرْبُوَ فيِ أَمْوَالِ النَّاسِ فَلاَ يَرْبُو عِندَ اللهِ وَمَا آتَيْتُم مِّن زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ. {الروم: 39}.
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum [30]: 39).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَانَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ...{الحديث}.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan pernah berkurang harta karena sebabb dikeluarkan zakat/infaqnya…” (al-Hadits).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اَلتَّوَاضُعُ لاَيَزِيْدُ الْعَبْد إِلاَّ رِفْعَةً، فَتَوَاضَعُوْا يَرْفَعَكُمُ اللهُ تَعَالَى وَالْعَفْوُ لاَيَزِيْدُ الْعَبْد إِلاَّ عِزّاً فَاعْفُوْا يَعِزُّكُمُ اللهُ تَعَالَى وَالصَّدَقَةُ لاَتَزِيْدُ الْمَالَ إِلاَّ كَثْرَةً فَتَصَدَّقُوْا يَرْحُمكُمُ اللهُ. {رواه ابن ابى الدّنيا}.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Sikap rendah hati itu hanya akan menambah seseorang makin menjadi mulia, maka dari itu berlaku rendah hatilah kalian, niscaya Allah SWT akan memuliakanmu. Sikap pemaaf hanya akan menambah seseorang makin mulia, oleh karena itu banyak maaflah kalian, niscaya Allah SWT akan memuliakanmu. Dan amal sedekah itu hanyalah akan menambah seseorang makin banyak hartanya, maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah SWT akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian”. (HR. Ibnu Abu Dunya).
Karena itu, zakat, infaq dan shadaqah ini harus dijadikan sebagai life style (gaya hidup), budaya dan kepribadian kita. Bahwa tangan di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan di bawah (peminta). Sikap meminta karena kebutuhan yang mendesak itu diperbolehkan. Akan tetapi kalau sikap meminta-minta dijadikan sebagai sebuah pekerjaan dan profesi, tentu saja sangat dicela oleh ajaran agama.
Dengan zakat, infaq dan shadaqah yang dikelola dengan baik oleh amil zakat yang amanah, terpercaya dan bertanggung jawab, maka pasti akan dapat meningkatkan kesejahteraan para kaum masakin dan dhua’afa. Secara empirik hal ini telah terbukti pada masa Umar bin Abdul Azis yang memerintah + 22 bulan, ketika zakat dikelola oleh amil zakat yang amanah, profesional dan bertanggung jawab, maka pada masa tersebut tidak ada masyarakat yang termasuk dalam kategori mustahiq/penerima zakat. Adapun potensi zakat di Indonesia secara makro pun sangatlah besar, yaitu + Rp. 19,3 triliun setiap tahun. Dapat dibayangkan jika potensi ini dapat digali dengan baik dan dikelola oleh amil yang amanah, maka tentu akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Inilah beberapa hal yang berkaitan dengan keshalehan sosial yang harus kita tumbuhkan bersama-sama. Mudah-mudahan Allah SWT akan senantiasa memberikan keberkahan dan kekuatan kepada kita semua. Amien yaa rabbal ‘alamien.
Semoga Allah menerima segala amal ibadah yang kita lakukan, menyempurnakan segala kekurangannya, dan mudah-mudahan kita semuanya termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang bertaqwa. Mari kita berdo’a dan memohon kepada Allah SWT.
DO’A
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلاَهُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ: أَيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأيــُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Kami panjatkan segala puji dan syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah Engkau limpahkan kepada kami, nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat ilmu pengetahuan dan nikmat iman serta Islam. Ya Allah, ya Tuhan kami. Jadikanlah kami semua hamba-hamba-Mu yang pandai mensyukuri nikmat-Mu, dan janganlah Engkau jadikan kami hamba-hamba yang ingkar dan kufur terhadap segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.
لَئِنْ شَكَْرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, kesalahan dan dosa kedua orang tua kami, kesalahan dan dosa saudara-saudara kami, kaum muslimin dan muslimat yang telah melalaikan segala perintah-Mu dan melaksanakan larangan-Mu. Andaikan Engkau tidak mengampuni dan memaafkan kami, kami takut pada adzab-Mu di akhirat nanti dan pertentangan bathin dalam kehidupan dunia ini. Ya Allah. Janganlah Engkau limpahkan adzab-Mu kepada kami, karena dosa dan kesalahan kami. Kami yakin ya Allah, rahmat dan ampunan-Mu jauh lebih luas daripada adzab-Mu.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Terimalah segala amal ibadah kami, terimalah ibadah puasa kami, terimalah shalat kami dan amal ibadah kami yang lain. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu bertaqwa, yang ridha dan ikhlas untuk melaksanakan segala aturan-Mu, yang ridha dan ikhlas, menjadi Islam sebagai kurikulum kehidupan, yang ridha dan ikhlas, Al-Qur'an sebagai imam dan petunjuk kami, yang ridha dan ikhlas, Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan kami.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Berbagai macam ujian dan musibah kini sedang menimpa masyarakat dan bangsa kami. Kami yakin musibah itu bukan karena Engkau membenci kami, akan tetapi sebagai peringatan agar kami semua lebih dekat dan lebih cinta kepada-Mu. Agar kami semuanya lebih memiliki sikap سمعنا وأطعنا akan segala ketentuan-Mu. Agar kami semua kembali pada agama-Mu, yaitu agama Islam yang Engkau ridhai.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونْ فَاذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْـئَلُوْهُ مِنْ فَضْـلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.


_________________________________________________________________
Sumber  : Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar