KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

(Suatu Pendekatan Hidup Berdasarkan Qur'an dan Hadis)

Pages

  • BERANDA
  • ABOUT ME
  • MAHA GURU
  • PARA GURU
  • PERKAWINAN
  • TV KITA
  • VEMALE
  • KONSULTASI

Kamis, 23 Februari 2012

WANITA PERTAMA

♥بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم♥
Maha Suci Allah dengan segala kekuasaan yang mutlaq adanya atas segala sesuatu>>
Menjadi  penghuni syurga pertama kali adalah sebuah anugerah tiada hingga, terutama siapakah yang tau bilamana yag pertama dari kalangan insan lelaki ialah Baginda Rasulullah SAW, namun siapa kira selanjutnya dari kalangan wanita bukanlah dari zuriat atau keluarga nabi  dan para auliya' lainnya, sehingga menjadi suatu yang istimewa baginya dengan segala perjuangan dan pengorbanan.

Siti Muthi’ah, Wanita Pertama yang Masuk Surga Suatu ketika, Siti fatimah bertanya kepada Rosulullah SAW. Siapakah Perempuan yang kelak pertama kali masuk surga? Rosulullah menjawab:” Dia adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah”.Siti Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rosulullah sendiri? Maka timbullah einginann fatimah untuk mengetahui siapakan gerangan permpuan itu? Dan apakah yang telah di perbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi?Setelah minta izin kepada suaminya, Ali Bin Abi Thalib, Siti Fatimah berngkat mencari rumah kediaman Muti’ah. Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan diajak ikut serta.Ketika tiba di rumah Muti’ah, Siti Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam,
“Assalamu’alaikum…!”“Wa’alaikumussalaam! Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.“Saya Fatimah, Putri Rosulullah,” sahut Fatimah kembali.“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rosululah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, Yaitu Muti’ah seraya membukakan pintu.“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.“Aduh maaf ya,” kata Muti’ah, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”“Tapi Hasan kan masih kecil?” jelas Fatimah.“Meskipun kecil, 
Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya? saya akan minta izin dulu kepada auami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.Sambil menggeleng-gelengkan kepala , Fatimah pamit dan kembali pulang.Besoknya, Fatimah dating lagi ke rumah Muti’ah, kali ini a ditemani oleh Hasan dan Husain. Beritga mereka mendatangi rumah Muti’ah. Setelah memberi salam dan dijawab gembira, masih dari dalam rumah Muti’ah bertanya:“Kau masih ditemani oleh Hasan, Fatimah? Suami saya sudah memberi izin.” “Ha? Kenapa kemarin tidak bilang? Yang dapat izin cuma Hasan, dan Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerimanya juga, “ dengan perasaan menyesal, Muti’ah kai ini juga menolak.Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Muti’ah. Dan keesokan harinya Fatimah kembali lagi, mereka disambut baik oleh perempuan itu dirumahnya.Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana, tak ada satupun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semuanya teratur rapi. Tempat tidur yang terbuat dengan kasar juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harum dan sangat segar, membuat orang betah tinggal di rumah.Fatimah sangat kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehngga Hasan dan Husain yang biasanya tak begitu betah betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.“Maaf ya, saya tak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makan buat suami saya,” kata Mutiah sambil mondar mandir dari dapur ke ruang tamu.Mendekati tengah hari , maskan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas nampan. Mutiah mengambil cambuk, yang juga ditaruh di atas nampan.“Suamimu bekerja dimana?” Tanya Fatimah“Di ladang,” jawab Muti’ah.“Pengembala?” Tanya Fatimah lagi.“Bukan. Bercocok tanam.”“Tapi, mengapa kau bawakan cambuk?”“Oh, itu?” sahut Mutiah denga tersenyu.” Cambuk itu kusediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah maskan saya cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok, maka tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau dia bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah keheranan.“Oh, bukan! Suami saya adalah seorang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri, pamit pulang.“Pantas kalau Muti’ah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, di tengah perjalannya pulang, “Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Prilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambing perbudadakan wanita oleh kaum lelaki, Tapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan prilaku yang sama.”tak hanya itu, saat itu masih ada benda kipas dan kain kecil.“Buat apa benda ini Muthi’ah?” Siti Muthi’ah tersenyam malu. Namun setelah didesak iapun bercerita. “Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan kain kecil ini hingga kering keringatnya. Ia-pun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur pulas”sungguh mulia Siti Muthi’ah, wanita yang taat kepada suaminya. maka tidaklah salah jika dia wanita pertama yang masuk surga.
Suatu ketika, Siti fatimah bertanya kepada Rosulullah. Siapakah Perempuan yang kelak pertama kali masuk surga? Rosulullah menjawab:” Dia adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah”.

Siti Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rosulullah sendiri? Maka timbullah einginann fatimah untuk mengetahui siapakan gerangan permpuan itu? Dan apakah yang telah di perbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi?

Setelah minta izin kepada suaminya, Ali Bin Abi Thalib, Siti Fatimah berngkat mencari rumah kediaman Muti’ah. Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan diajak ikut serta.

Ketika tiba di rumah Muti’ah, Siti Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam, “Assalamu’alaikum…!”

“Wa’alaikumussalaam! Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fatimah, Putri Rosulullah,” sahut Fatimah kembali.

“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rosululah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.

“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, Yaitu Muti’ah seraya membukakan pintu.

“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.

“Aduh maaf ya,” kata Muti’ah, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”

“Tapi Hasan kan masih kecil?” jelas Fatimah.

“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya? saya akan minta izin dulu kepada auami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.

Sambil menggeleng-gelengkan kepala , Fatimah pamit dan kembali pulang.

Besoknya, Fatimah dating lagi ke rumah Muti’ah, kali ini a ditemani oleh Hasan dan Husain. Beritga mereka mendatangi rumah Muti’ah. Setelah memberi salam dan dijawab gembira, masih dari dalam rumah Muti’ah bertanya:

“Kau masih ditemani oleh Hasan, Fatimah? Suami saya sudah memberi izin.” “Ha? Kenapa kemarin tidak bilang? Yang dapat izin cuma Hasan, dan Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerimanya juga, “ dengan perasaan menyesal, Muti’ah kai ini juga menolak.

Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Muti’ah. Dan keesokan harinya Fatimah kembali lagi, mereka disambut baik oleh perempuan itu dirumahnya.

Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana, tak ada satupun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semuanya teratur rapi. Tempat tidur yang terbuat dengan kasar juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harum dan sangat segar, membuat orang betah tinggal di rumah.

Fatimah sangat kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehngga Hasan dan Husain yang biasanya tak begitu betah betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.

“Maaf ya, saya tak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makan buat suami saya,” kata Mutiah sambil mondar mandir dari dapur ke ruang tamu.

Mendekati tengah hari , maskan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas nampan. Mutiah mengambil cambuk, yang juga ditaruh di atas nampan.

“Suamimu bekerja dimana?” Tanya Fatimah

“Di ladang,” jawab Muti’ah.

“Pengembala?” Tanya Fatimah lagi.

“Bukan. Bercocok tanam.”

“Tapi, mengapa kau bawakan cambuk?”

“Oh, itu?” sahut Mutiah denga tersenyu.” Cambuk itu kusediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah maskan saya cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok, maka tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau dia bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”

“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah keheranan.

“Oh, bukan! Suami saya adalah seorang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”

Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri, pamit pulang.

“Pantas kalau Muti’ah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, di tengah perjalannya pulang, “Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Prilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambing perbudadakan wanita oleh kaum lelaki, Tapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan prilaku yang sama.”

tak hanya itu, saat itu masih ada benda kipas dan kain kecil.

“Buat apa benda ini Muthi’ah?” Siti Muthi’ah tersenyam malu. Namun setelah didesak iapun bercerita. “Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan kain kecil ini hingga kering keringatnya. Ia-pun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur pulas”

sungguh mulia Siti Muthi’ah, wanita yang taat kepada suaminya. maka tidaklah salah jika dia wanita pertama yang masuk surga.


Semoga Bermanfaat...







Diposting oleh Kua Lalan di Kamis, Februari 23, 2012
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

  1. Kua Lalan27 Februari 2012 pukul 06.13

    alhamdulillah, senang bisa berbagi untuk sesama...:)

    BalasHapus
    Balasan
      Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Love Quotes


Puisi Cinta
Jual Rumah

Ikhlas Beramal

VISITORS

PROFIL

Foto saya
Kua Lalan
Indonesia
Kantor Urusan Agama Kec. Lalan,adalah media sosial Untuk kemaslahatan bagi semua ummat yang rindu akan jalan kebenaran dalam masa pencarian dan bimbingan Tuhan..
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2015 (6)
    • ►  Agustus (6)
  • ►  2014 (13)
    • ►  September (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2013 (75)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (10)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (17)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (17)
  • ▼  2012 (156)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (19)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (15)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (19)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (18)
    • ▼  Februari (18)
      • SAATNYA MUTASI KERJA
      • WANITA PERTAMA
      • KISAH SOLUSI NAZAR
      • AISYAH ISTRIKU
      • SYARAT SUAMI
      • PANGKAT PNS
      • ARSIP KHOTBAH
      • NIKAH DAN CERAI PNS
      • NAJWA SYAKIRA WILANDA
      • HIKMAH MENIKAH
      • TUJUH NASEHAT
      • KASIH SAYANG
      • SIGHAT TAKLIK
      • AMALAN JUM'AT
      • WASIAT MAULID SAWW
      • MENJAGA PANDANGAN
      • GAMBARAN RUH
      • MENUJU PERNIKAHAN
    • ►  Januari (15)
  • ►  2011 (131)
    • ►  Desember (19)
    • ►  November (13)
    • ►  Oktober (14)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (15)
    • ►  Juni (23)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (15)

Top 10 Populer

  • KHUTBAH SYA'BAN
    KHUTBAH    SYA’BAN اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَح...
  • DOA PELANTIKAN DAN SUMPAH JABATAN
    DO’A DALAM RANGKA PELANTIKAN DAN SUMPAH JABATAN الحمد لله رب العالمين، حمد الناعمين حمد الشاكرين حمدا يوافي نعمه ويكافئ مزيده، يا ...
  • AMALAN PADA HARI ASYURA
    AMALAN PADA MALAM/HARI ASYURA (10 MUHARRAM) Alhamdulillah hari ini Rabu 13 November 2013 setelah masuk waktu maghrib kita akan memasuki m...
  • DEFINISI CINTA
    Manakala hati benar-benar telah dirasuki cinta. Cinta memang membuat orang buta. Cinta membuat orang menjadi lupa, terlena hingga akhirny...
  • MUT'AH ( KAWIN KONTRAK)
    KAWIN MUT’AH Nikah mut'ah bermula pada masa peperangan khaibar yang memakan waktu berbulan-bulan lamanya, sehingga para sahabat dan Ji...
  • MALAIKAT PENCABUT NYAWA
    Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durh...
  • WANITA PERTAMA
    ♥بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم♥ Maha Suci Allah dengan segala kekuasaan yang mutlaq adanya atas segala sesuatu>> Me...
  • RENUNGAN PUASA BAGI WANITA HAMIL
    Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kepada Penguasa alam semesta ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Ra...
  • WUJUD SHOLAT
    Bismillahir-Rahmaanir-Rahi m ...  Ali bin Abi Talib r.a. berkata, “Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar...
  • TA'ARUF DI DUNIA MAYA
    Renungan Buat Ikhwan-Akhwat yang Berta'aruf di Dunia Maya “Ukhti, aku tertarik ta’aruf sama anti.” Itulah kalimat yang sering ...

Sahabat Urais

FB Admin Blog

Alhallaj Riki Mhi

Buat Lencana Anda

Silahturahim

Postingan
Atom
Postingan
Komentar
Atom
Komentar

Pena Sahabat

Shoutbox widget

Connect With Us

Instructions

Translate

Powered By Blogger

Recomended

M. Riki Wilanda. Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.