KHUTBAH
ISRA MI’RAJ
الإسراء والمعراج
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ
اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Jama’ah
shalat Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Dengan segala puja dan puji hanyalah milik Allah JJL, Sehingga dengan nikmat iman wal Islam kita dapat menunaikan kewajiban ibadah sholat
jum’at dan amaliyah-amaliyah sunnah
lainya..
Sholawat san salam tiada henti dilafadzkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAWW,
dan sekalian ummatnya yang memiliki iman dan taqwa haqqul yakin ila akhi
zamman.
Selaku khotib
pada kesempatan yang mulia ini, mengajak jamaah pada umumnya dan khotib khusunya untuk mendawamkan keimanaan dangan miningkatkan mutu ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan dan
menunaikan semua perintah Allah dan meninggalkan juga menjauhi segala hal, baik
lisan maupun tingah laku yang tidak dikehendaki Allah SWT. Hal ini hendaknya kita amalakan setiap saat
kapanpun dan dimanapun, dengan mengingat bahwa ajal akan datang dimanapun dan
kapanpun tak bisa ditunda dan dihalangin
oleh siapapun diatas muka bumi ini.
Jama’ah jum’at
yang dimuliakan Allah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki
akal sehingga mampu memahami ayat-ayat QauliyahNya (al-Quran) dan ayat-ayat
KauniyahNnya (alam semesta). Ketika Allah SWT menunjukkan tanda-tanda
KekuasaaanNya, melalui diperjalankannya Rasulullah SAW dengan waktu yang amat
singkat (satu malam) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu dilanjutkan
menuju ke Sidratul Muntaha, sepintas menurut hitungan akal manusia peristiwa
tersebut tidak mungkin bisa dilakukan.
Isra
mikraj merupakan fase yang cukup menentukan dalam sejarah kerasulan Nabi
Muhammad
Namun dibalik kejadian itu ada rahasia
Allah s.w.t. yang baik itu tersurat
maupun tersirat, jika manusia dapat mengkaji dan memahaminya, yakni
- Penghormatan Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Peristiwa Isra’ dan
Mi’raj hanya dialami oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan tidak dialami oleh para nabi
yang lain. Ini merupakan penghormatan Allah s.w.t. kepada Rasululah Muhammad
s.a.w. sekaligus pertanda bahwa beliau mempunyai tingkatan kedudukan yang jauh
lebih tinggi atas semua Nabi sebelumnya. Isra' Miraj ini juga tanda
kesempurnaan kasih sayang Allah kepada manusia. Sebab Nabi Muhammad s.a.w..
diutus oleh Allah s.w.t. kepada seluruh manusia untuk sebagai rahmat
semesta alam, sebagaimana firman Allah s.w.t.
“Dan
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam”. (QS. Al Anbiya’ [21]: 107)
- Persiapan Kekuatan Ruhani dan Jasmani.
Isra’ dan Mi’raj
Nabi merupakan persiapan kekuatan ruhani dan jasmani Rasulullah s.a.w. untuk
mengemban risalah (tugas berat), cobaan berhijrah ke Madinah, serta
beratnya tugas jihad fi sabilillah. Perjalanan Isra' dan mi'raj tersebut
dimulai dari Masjid al-Haram dan berakhir di Masjid al-Aqsha. Perjalanan
tersebut juga untuk mengenang turunnya wahyu pertama yang diterima Nabi Ibrahim
a.s. dan anaknya Ismail a.s. dan turunnya wahyu kedua yang diterima oleh Nabi
Musa a.s. dan Nabi Isa a.s.. Napak tilas tempat bersejarah tersebut merupakan
diantara risalah yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
- Ujian Keimanan Ummat Nabi Muhammad s.a.w.
Isra’ dan Mi’raj
Nabi merupakan ujian keimanan, untuk mengetahui siapa di antara para sahabat
itu yang imannya benar-benar dan siapa yang imannya itu palsu. Sebagaimana kita
tahu bahwa setelah selesai diisra’kan dan dimi’rajkan, pagi harinya Rasulullah
mengumpulkan umat dan kaumnya untuk diberitahukan tentang perjalanannya Isra’
dan Mi’raj itu yang ditempuh hanya semalam itu.
Peristiwa aneh itu tentu tidak masuk di
akal mereka, karena itu banyak di antara mereka yang mendustakan Nabi. Namun
sayidina Abu Bakar 100 % mempercayainya, dia mengatakan, “Hai Muhammad, jika
peristiwa tersebut lebih dari itu saya percaya”. Sehingga Abu Bakar diberi
gelar al-Shiddiq (yang sangat benar). Dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj
ini, Rasulullah akhirnya mengetahui siapa yang imannya kuat dan patut diajak
berjuang dan hijrah ke Madinah untuk mengemban risalah Islam kepada umat
manusia. Dalam hal ini Allah s.w.t. berfirman:
Demikianlah Allah menguji umat manusia
dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj untuk melihat kebenaran keimanan mereka.
Banyak dari mereka yang tidak percaya akan peristiwa itu, karena tidak masuk
akal pada waktu itu. Seandainya Isra’ dan Mi’raj itu terjadi pada masa
sekarang, pastilah semua orang percaya, karena sekarang sudah ada kapal terbang
yang mempunyai kecepatan tinggi, bisa mempercepat perjalanan, seperti halnya Buraq
yang digunakan oleh Nabi Muhammad dalam Isra’ dan Mi’rajnya. Namun itu semua
kembali kepada keimanan ummat Nabi Muhammad s.a.w. pada masa itu.
- Tasliyah (Hiburan)
Isra’ dan Mi’raj
ini merupakan anugerah khusus Allah s.w.t. kepada Nabi Muhammad s.a.w.. untuk
menghibur beliau yang sedang dalam keadaan duka dan sedih yang amat sangat
dalam. Karena pada tahun yang sama harus ditinggalkan oleh isteri tercintanya
Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Dua orang tersebut merupakan motivator dan
pelindung beliau dalam menyebarkan misi dakwah Islam kepada umat manusia.
Jika diumpakan ada seorang wanita
ditinggalkan suaminya dan harus menanggung kesedihan yang amat dalam, maka
untuk mengurangi kesedihannya itu, orang tua atau sahabat dekatnya perlu
mengajaknya berjalan-jalan di tempat yang bisa menghilangkan kesedihan, dengan
cara melihat pemandangan yang indah-indah.
Demikianlah Rasulullah s.a.w.. yang sedang
dalam kesedihan itu diperjalankan oleh Allah s.w.t. dengan Isra dan Mi’raj dan
diperlihatkan macam-macam pemandangan yang menyenangkan, sehingga dapat
mengurangi kesedihannya itu. Dengan cara diperjalankannya tersebut, maka
timbullah keyakinan dalam diri Nabi bahwa Tuhan yang mengisra’ dan mi’rajkan
itu pasti berkuasa penuh untuk menolongnya dalam segala hal, khususnya
menghadapi musuh-musuhnya dalam berjuang menyampaikan ajaran Islam.
- Keistimewaan Ibadah Shalat.
Bahwa pada malam
Isra’ dan Mi’raj, Allah s.w.t. mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam
kepada Nabi dan umatnya. Shalat sebagai kewajiban yang berwaktu-waktu tersebut
dapat menjadi media berdialog dengan Tuhan dan melaksanakan penghambaan
kepada-Nya. Mengapa untuk menerima perintah shalat itu Nabi harus datang
menghadap langsung kepada Tuhan?, tidak seperti halnya perintah zakat, puasa
dan haji. Hal ini menunjukkan bahwa shalat punya kedudukan yang tinggi, karena
perintah shalat tersebut diterima Nabi dari Allah s.w.t. secara langsung dan
tidak lewat perantara.
Hendaklah kita ingat bahwa Rasulullah
s.a.w. telah memperoleh kebanggaan dari peristiwa Isra' Mi'raj. Karena
Isra' Miraj ini seakan menjadi simbol kerinduan seorang hamba untuk terus
dapat berdialog dengan Tuhannya. Sehingga Nabi s.a.w. sendiri merasa tidak
memperoleh kelezatan kecuali pada saat 'berdialog' dengan Allah s.w.t. Rasulullah
s.a.w.. mengatakan: “Dan hiburanku dijadikan pada shalat”.
Dari sini kita tahu bahwa shalat itu
merupakan pembersihan hati yang akan membawa seorang hamba kepada nuansa yang
menghibur. Isra’ Mi’raj ini juga bisa menjadi simbol perjalanan rohani kepada
Tuhan. Karena itu siapa ingin "diisra’ dan mi’rajkan" Tuhannya, maka
hendaklah ia memelihara shalat dan selalu munajat kepada Tuhannya. Dan jelaslah
bahwa antara Isra’ Mi’raj dan Shalat ada kaitan yang sangat erat, karena shalat
dihasilkan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Dari uraian menangkap rahasia
peristiwa Isra' Mi'raj ini, manusia seakan diajak oleh Allah s.w.t. untuk
selalu mengkaji dan memahami setiap peristiwa yang Allah s.w.t. gambarkan dalam
ayat-ayat Qauliyah maupun KauniyahNya.
Sebagi penutup khutbah kali ini ada
baiknya kita mengkaji tentang salah satu
ayat yang ada kaitanya dengan isra’ mi’raj yakni
Apabila kita punya masalah, punya
hajat, punya keinginan, dan ingin kita perdengarkan pada Allh SWT, atau kesulitan
yang sedang kita hadapi di dunia
ini..
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ
رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ {السجدة/16}
Kita jauhkan pinggang
kita dari tempat tidur kita untuk bangun tahajjut
يَدْعُونَ
رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا
Kita memohon kepada Allah, untuk
munajat kepadaNya, disaat yang lain
tidur dengan lelapnya ataupun
malahan sibuk dengan usaha
dunianya.
وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Maka utamakanlah selain
tahajjud ialah dengan tambahan
shodakoh ..
Jazaa ‘an bimaa kaa
nuuu ya’maluun
Ketahuilah jama’ah sekalian, Kalau kita mau melakukan tahajjud, kemudian
ditambah dengan sodakoh, kita tidak akan tahu, hadiah apa yang Allah akan
berikan kepada kita, sebab kita
melakaukan ibadah tahajjud dan
shodakoh, Bisa jadi apa yang Allah akan kasi pada kita jauh lebih utama dan
mulia atas apa yang kita minta selama ini.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً
لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا {الإسراء/79}
Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAWW, bersabda: bahwa tiap-tiap malam, ada suatu saat waktu dimana, Apabila suatu hamba meminta kebaikan untuk dunia dan
akheratanya, doanya pasti diijabah
Allah, dan itu setiap malam adanya.. Dijelaskan kemudian Rasul
SAW : Saat – saat yang paling tepat. Sedekat-dekatnya saat hamba dan
Allah ialah di 1/3 malam
Oleh sebab itu, kita
wakilkan urusan dan masalah
kita kepada Allah, dan hanya
Allah kita jadikan sebagai tempat
meminta, dan mewakilkan setiap urusan dan
masalah kita. Dengan ke Agunang
kemaha kuasaan Allah JJL.
Sehingga komotmen dalam momentum isra’
mi’raj ialah menuju kiestiqomahan dalam ibadah sholat yang mampu mencapai
kekhusyu’an dalam sholat. Sebagaimana Syekh sa’id hawwa jelaskan dalam kitabnya
al-Mustakhlash fi Tazkiyatul Anufus, bahwa khusyu’ dzohir dan bathin.
Dalam tinjauan zhahir ialah pelaksanaan
sholat yang tuma’ninah, tartil dalam bacaan, dan tidak banyak melakukan hal-hal
yang tidak ditentukan dalam sholat. Kemudian khusyu’ tinjauan bathin itu
meliputi hadirnya hati, pahamnya dalam bacaan sholat, adanya ta’dzim dan
ma’rifatullah, dan ingat semata-mata kepada Alah tidak dengan yang lainya.
Semoga kita semua senantiasa mendapatkan kekuatan
untuk menjalankan ibadah dan keta’atan
yang telah dibebankan kepada kita,
sehingga kita semua masuk kedalam
golongan hamba-hamba Allah yang
mendapatkan kebahagian di dunia wal yaumil qiyamah.
Ammin Allahumma Ammin.
(Al-Hasr 1-3)
Wallahu 'Alam bishowab
Wallahu 'Alam bishowab
Dinukil dari KH. Yusuf Mansur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar