Kamis, 07 Juni 2012

KHUTBAH ISRA' MI'RAJ


KHUTBAH   ISRA MI’RAJ


الإسراء والمعراج

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Jama’ah shalat Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Dengan segala puja dan puji hanyalah milik Allah JJL,  Sehingga dengan nikmat  iman  wal Islam kita dapat menunaikan kewajiban  ibadah  sholat  jum’at dan amaliyah-amaliyah sunnah lainya..
Sholawat san salam tiada henti dilafadzkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAWW,  dan sekalian ummatnya yang memiliki iman dan taqwa haqqul yakin ila akhi zamman.

Selaku  khotib pada kesempatan yang mulia ini, mengajak jamaah pada umumnya dan  khotib  khusunya untuk mendawamkan  keimanaan dangan  miningkatkan  mutu  ketaqwaan  kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan dan menunaikan semua perintah Allah dan  meninggalkan juga menjauhi segala hal, baik lisan maupun tingah laku yang tidak dikehendaki Allah SWT.  Hal ini hendaknya kita amalakan setiap saat kapanpun dan dimanapun, dengan mengingat bahwa ajal akan datang dimanapun dan kapanpun  tak bisa ditunda dan dihalangin oleh siapapun diatas muka bumi ini.

Jama’ah  jum’at yang dimuliakan Allah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki akal sehingga mampu memahami ayat-ayat QauliyahNya (al-Quran) dan ayat-ayat KauniyahNnya (alam semesta). Ketika Allah SWT menunjukkan tanda-tanda KekuasaaanNya, melalui diperjalankannya Rasulullah SAW dengan waktu yang amat singkat (satu malam) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu dilanjutkan menuju ke Sidratul Muntaha, sepintas menurut hitungan akal manusia peristiwa tersebut tidak mungkin bisa dilakukan.
Isra mikraj merupakan fase yang cukup menentukan dalam sejarah kerasulan Nabi Muhammad
Namun dibalik kejadian itu ada rahasia Allah s.w.t. yang  baik itu tersurat maupun tersirat, jika manusia dapat mengkaji dan memahaminya, yakni  
  •  Penghormatan Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w.
 Peristiwa Isra’ dan Mi’raj hanya dialami oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan tidak dialami oleh para nabi yang lain. Ini merupakan penghormatan Allah s.w.t. kepada Rasululah Muhammad s.a.w. sekaligus pertanda bahwa beliau mempunyai tingkatan kedudukan yang jauh lebih tinggi atas semua Nabi sebelumnya. Isra' Miraj ini juga tanda kesempurnaan kasih sayang Allah kepada manusia. Sebab Nabi Muhammad s.a.w.. diutus oleh Allah s.w.t.  kepada seluruh manusia untuk sebagai rahmat semesta alam, sebagaimana firman Allah s.w.t.
 “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al Anbiya’ [21]: 107)
  • Persiapan Kekuatan Ruhani dan Jasmani.
 Isra’ dan Mi’raj Nabi merupakan persiapan kekuatan ruhani dan jasmani Rasulullah s.a.w. untuk mengemban risalah (tugas berat), cobaan berhijrah ke Madinah, serta beratnya tugas jihad fi sabilillah. Perjalanan Isra' dan mi'raj tersebut dimulai dari Masjid al-Haram dan berakhir di Masjid al-Aqsha. Perjalanan tersebut juga untuk mengenang turunnya wahyu pertama yang diterima Nabi Ibrahim a.s. dan anaknya Ismail a.s. dan turunnya wahyu kedua yang diterima oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s.. Napak tilas tempat bersejarah tersebut merupakan diantara risalah yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
  •  Ujian Keimanan Ummat Nabi Muhammad s.a.w.
 Isra’ dan Mi’raj Nabi merupakan ujian keimanan, untuk mengetahui siapa di antara para sahabat itu yang imannya benar-benar dan siapa yang imannya itu palsu. Sebagaimana kita tahu bahwa setelah selesai diisra’kan dan dimi’rajkan, pagi harinya Rasulullah mengumpulkan umat dan kaumnya untuk diberitahukan tentang perjalanannya Isra’ dan Mi’raj itu yang ditempuh hanya semalam itu.
Peristiwa aneh itu tentu tidak masuk di akal mereka, karena itu banyak di antara mereka yang mendustakan Nabi. Namun sayidina Abu Bakar 100 % mempercayainya, dia mengatakan, “Hai Muhammad, jika peristiwa tersebut lebih dari itu saya percaya”. Sehingga Abu Bakar diberi gelar al-Shiddiq (yang sangat benar). Dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, Rasulullah akhirnya mengetahui siapa yang imannya kuat dan patut diajak berjuang dan hijrah ke Madinah untuk mengemban risalah Islam kepada umat manusia. Dalam hal ini Allah s.w.t. berfirman:
Demikianlah Allah menguji umat manusia dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj untuk melihat kebenaran keimanan mereka. Banyak dari mereka yang tidak percaya akan peristiwa itu, karena tidak masuk akal pada waktu itu. Seandainya Isra’ dan Mi’raj itu terjadi pada masa sekarang, pastilah semua orang percaya, karena sekarang sudah ada kapal terbang yang mempunyai kecepatan tinggi, bisa mempercepat perjalanan, seperti halnya Buraq yang digunakan oleh Nabi Muhammad dalam Isra’ dan Mi’rajnya. Namun itu semua kembali kepada keimanan ummat Nabi Muhammad s.a.w. pada masa itu.
  • Tasliyah (Hiburan)
 Isra’ dan Mi’raj ini merupakan anugerah khusus Allah s.w.t. kepada Nabi Muhammad s.a.w.. untuk menghibur beliau yang sedang dalam keadaan duka dan sedih yang amat sangat dalam. Karena pada tahun yang sama harus ditinggalkan oleh isteri tercintanya Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Dua orang tersebut merupakan motivator dan pelindung beliau dalam menyebarkan misi dakwah Islam kepada umat manusia.
Jika diumpakan ada seorang wanita ditinggalkan suaminya dan harus menanggung kesedihan yang amat dalam, maka untuk mengurangi kesedihannya itu, orang tua atau sahabat dekatnya perlu mengajaknya berjalan-jalan di tempat yang bisa menghilangkan kesedihan, dengan cara melihat pemandangan yang indah-indah.
Demikianlah Rasulullah s.a.w.. yang sedang dalam kesedihan itu diperjalankan oleh Allah s.w.t. dengan Isra dan Mi’raj dan diperlihatkan macam-macam pemandangan yang menyenangkan, sehingga dapat mengurangi kesedihannya itu. Dengan cara diperjalankannya tersebut, maka timbullah keyakinan dalam diri Nabi bahwa Tuhan yang mengisra’ dan mi’rajkan itu pasti berkuasa penuh untuk menolongnya dalam segala hal, khususnya menghadapi musuh-musuhnya dalam berjuang menyampaikan ajaran Islam.
  • Keistimewaan Ibadah Shalat.
 Bahwa pada malam Isra’ dan Mi’raj, Allah s.w.t. mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam kepada Nabi dan umatnya. Shalat sebagai kewajiban yang berwaktu-waktu tersebut dapat menjadi media berdialog dengan Tuhan dan melaksanakan penghambaan kepada-Nya. Mengapa untuk menerima perintah shalat itu Nabi harus datang menghadap langsung kepada Tuhan?, tidak seperti halnya perintah zakat, puasa dan haji. Hal ini menunjukkan bahwa shalat punya kedudukan yang tinggi, karena perintah shalat tersebut diterima Nabi dari Allah s.w.t. secara langsung dan tidak lewat perantara.
Hendaklah kita ingat bahwa Rasulullah s.a.w. telah memperoleh kebanggaan dari peristiwa Isra' Mi'raj.  Karena Isra' Miraj ini seakan menjadi simbol  kerinduan seorang hamba untuk terus dapat berdialog dengan Tuhannya. Sehingga Nabi s.a.w. sendiri merasa tidak memperoleh kelezatan kecuali pada saat 'berdialog' dengan Allah s.w.t. Rasulullah s.a.w.. mengatakan: “Dan hiburanku dijadikan pada shalat”.  
Dari sini kita tahu bahwa shalat itu merupakan pembersihan hati yang akan membawa seorang hamba kepada nuansa yang menghibur. Isra’ Mi’raj ini juga bisa menjadi simbol perjalanan rohani kepada Tuhan. Karena itu siapa ingin "diisra’ dan mi’rajkan" Tuhannya, maka hendaklah ia memelihara shalat dan selalu munajat kepada Tuhannya. Dan jelaslah bahwa antara Isra’ Mi’raj dan Shalat ada kaitan yang sangat erat, karena shalat dihasilkan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
 Dari uraian menangkap rahasia peristiwa Isra' Mi'raj ini, manusia seakan diajak oleh Allah s.w.t. untuk selalu mengkaji dan memahami setiap peristiwa yang Allah s.w.t. gambarkan dalam ayat-ayat Qauliyah maupun KauniyahNya.
Sebagi penutup khutbah kali ini ada baiknya kita mengkaji  tentang salah satu ayat yang ada kaitanya dengan isra’ mi’raj yakni
Apabila kita punya masalah, punya hajat, punya keinginan, dan ingin kita perdengarkan  pada Allh SWT, atau  kesulitan  yang  sedang kita hadapi di dunia ini..
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ {السجدة/16}  
Kita jauhkan  pinggang  kita dari tempat tidur kita untuk bangun tahajjut
يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا
Kita memohon kepada Allah, untuk munajat  kepadaNya, disaat yang lain tidur dengan lelapnya ataupun  malahan  sibuk dengan usaha dunianya.
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Maka utamakanlah  selain  tahajjud  ialah dengan  tambahan  shodakoh ..
Jazaa ‘an bimaa kaa nuuu  ya’maluun
Ketahuilah jama’ah sekalian,  Kalau kita mau melakukan tahajjud, kemudian ditambah dengan sodakoh, kita tidak akan tahu, hadiah apa yang Allah akan berikan kepada kita, sebab kita  melakaukan  ibadah tahajjud dan shodakoh, Bisa jadi apa yang Allah akan kasi pada kita jauh lebih utama dan mulia atas apa yang kita minta selama ini.
 وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا {الإسراء/79}
Dalam sebuah  hadist Nabi Muhammad SAWW,  bersabda: bahwa tiap-tiap malam,  ada suatu saat waktu dimana, Apabila suatu  hamba meminta kebaikan untuk dunia dan akheratanya, doanya pasti diijabah  Allah, dan itu setiap malam adanya.. Dijelaskan kemudian  Rasul  SAW : Saat – saat yang paling tepat. Sedekat-dekatnya saat hamba dan Allah ialah di 1/3 malam
Oleh sebab itu,  kita  wakilkan urusan  dan  masalah  kita  kepada Allah, dan hanya Allah kita jadikan  sebagai tempat meminta, dan mewakilkan setiap urusan dan  masalah kita. Dengan ke Agunang  kemaha kuasaan Allah JJL.

Sehingga komotmen dalam momentum isra’ mi’raj ialah menuju kiestiqomahan dalam ibadah sholat yang mampu mencapai kekhusyu’an dalam sholat. Sebagaimana Syekh sa’id hawwa jelaskan dalam kitabnya al-Mustakhlash fi Tazkiyatul Anufus, bahwa khusyu’ dzohir dan bathin.
Dalam tinjauan zhahir ialah pelaksanaan sholat yang tuma’ninah, tartil dalam bacaan, dan tidak banyak melakukan hal-hal yang tidak ditentukan dalam sholat. Kemudian khusyu’ tinjauan bathin itu meliputi hadirnya hati, pahamnya dalam bacaan sholat, adanya ta’dzim dan ma’rifatullah, dan ingat semata-mata kepada Alah tidak dengan yang lainya.
Semoga  kita semua senantiasa mendapatkan kekuatan untuk menjalankan ibadah  dan keta’atan yang  telah dibebankan kepada kita, sehingga kita semua masuk kedalam  golongan  hamba-hamba Allah yang mendapatkan kebahagian di dunia wal yaumil qiyamah.
Ammin Allahumma Ammin.
(Al-Hasr 1-3)
Wallahu 'Alam bishowab
   

Dinukil dari KH. Yusuf Mansur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar